0 komentar

Puncak Liturgi Gereja Katolik - Trihari Suci dan Minggu Paskah


Kamis Putih adalah hari pertama dari Tri Hari Suci Paskah. Pada hari ini kita merayakan kembali perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama 12 Rasul. Disebut sebagai perjamuan terakhir, karena pada malam itu Yesus mengadakan perjamuan yang terakhir bersama dengan murid-murid-Nya Malam itu, Yesus menunjukkan kasih-Nya hingga rela kehilangan nyawa bagi umat manusia. Pada malam itu Yesus menyerahkan tubuh dan Darah-Nya pada Bapa di Surga dalam wujud roti dan anggur yang diberikan kepada para rasul.


KAMIS PUTIH
Perayaan pada Hari Kamis dalam Pekan Suci ini disebut Kamis Putih karena warna liturgi pada hari itu berwarna warna putih. Imam mengenakan kasula (jubah luar) berwarna putih. Bunga-bunga penghias altar juga sebaik mungkin warna putih. Warna putih ini melambangkan kemuliaan dan kesucian. Misa Kamis Putih sebaiknya dilaksanakan pada malam hari seperti  Yesus melakukannya. Perayaan Kamis Putih sebagai perayaan khusus perjamuan Ekaristi yang diadakan oleh Tuhan Yesus pada Perjamuan Terakhir ini ditetapkan sejak Konsili Hippo (393 M).

Ada hal yang sedikit berbeda pada Misa Kamis Putih bila dibandingkan dengan Misa yang biasa kita ikuti. Misa yang umumnya kita ikuti terdiri atas: Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi, dan Ritus Penutup. Sedangkan Misa Kamis Putih terdiri atas: 



* Liturgi Sabda
* Liturgi Sabda dan upacara pembasuhan kaki
* Liturgi Ekaristi
* Pemindahan Sakramen Mahakudus dan tuguran

* Ritus Pembuka
Ritus pembuka diawali dengan lagu pembuka dan berakhir setelah Imam menyampaikan doa pembukaan. Hal khusus yang dilakukan pada Misa Kamis Putih adalah dibunyikannya lonceng Gereja selama umat menyanyikan Gloria/Kemuliaan. Gloria ini selama Masa Prapaskah tidak dinyanyikan. Pembunyian lonceng ini juga merupakan saat terakhir lonceng gereja dibunyikan sebelum nanti mulai dibunyikan kembali saat kita menyanyikan Gloria pada perayaan Malam Paskah. 

* Liturgi Sabda dan upacara pembasuhan kaki

Liturgi Sabda merupakan saat bagi kita mendengarkan dan merenungkan firman Tuhan. Karena itu sikap kita yang terbaik adalah mendengarkan tanpa membaca teks yang ada. Bacaan-bacaan yang telah kita dengar itu akan dijabarkan lebih lanjut oleh Imam saat homili. Upacara Pembasuhan Kaki akan dilakukan untuk mengenangkan kembali kegiatan yang sudah dilakukan Yesus sebelum perjamuan malam terakhir dilakukan. Orang-orang yang dibasuh kakinya 12 orang laki-laki sebagai lambang 12 Rasul Yesus. Pembasuhan kaki harus dilakukan oleh Imam, dianjurkan sekali tidak  diwakilkan pada Diakon atau orang tertentu. Alasannya, karena pada saat Misa, Imam adalah “Kristus yang lain” yang nampak pada rupa Imam. Pembasuhan kaki ini sendiri merupakan Tradisi bangsa Yahudi yang dilakukan oleh para pelayan kepada tuannya setelah mereka pulang dari berpergian sebelum makan. Tujuannya untuk membersihkan tuannya dari kotoran dan debu. Tujuan dari pembasuhan kaki itu sendiri adalah untuk berani rendah hati karena Yesus pun berani merendahkan Diri-Nya.

* Liturgi Ekaristi 

Liturgi Ekaristi dimulai dengan lagu persembahan. Bila ada kolekte yang dikumpulkan, dapat diiringi dengan lagu Ubi Caritas est atau lagu lain yang sesuai. Prefasi yang digunakan pada Misa Kamis Putih juga prefasi konsekrasi yang khusus atau yang biasanya Doa Syukur Agung I. Hosti yang telah dikonsekrasikan pada Misa Kamis Putih harus sedapat mungkin cukup, untuk dapat digunakan pada saat Ibadat Jumat Agung,karena pada Saat Jumat Agung tidak ada Konsekrasi. Karena itu, sebelum Misa Kamis Putih, tabernakel perlu dikosongkan.

Setelah komuni, Altar dibersihkan dari segala hiasan, bunga-Bunga, kain altar dilipat dan dibereskan, dan tempat air suci dikosongkan untuk diisi kembali pada Malam Paskah. Salib besar yang ada di belakang altar juga ditutup dengan kain ungu sebagai tanda berkabung. Pada saat ini, musik atau lonceng Gereja tidak lagi digunakan. 


* Pemindahan Sakramen Mahakudus dan Tuguran 

Misa Kamis Putih tidak diakhiri ritus penutup atau berkat dari Imam melainkan langsung dilanjutkan dengan pemindahan Sakramen MahaKudus. Sakramen MahaKudus  yang ditempatkan dalam sibori ini akan diarak ke tempat yang telah disiapkan. Prosesi pemindahan Sakramen MahaKudus ini diiringi dengan lagu Pange Lingua. Tuguran artinya berjaga-jaga. Pada malam Kamis Putih ini kita berjaga-jaga bersama-sama Yesus yang saat itu sedang berdoa di Taman Getsemani. 
Altar Gereja Makam Suci, Yerusalem

JUMAT AGUNG
Suasana yang sunyi, nyanyian tanpa musik, altar yang kosong, tabernakel terbuka lebar, lampu merah yang menandakan kehadiran Tuhan dipadamkan, lampu Gereja yang mati. Jumat Agung adalah hari kita memperingati wafat Kristus. Pada hari itu, seluruh umat Katolik diharapkan melakukan tindakan pantang atau puasa (bagi yang mampu). Satu hal penting yang perlu kita ketahui adalah seluruh perayaan yang kita lakukan pada Jumat Agung adalah ibadat bukan Perayaan Ekaristi. Pada hari Jumat Agung, tidak ada peristiwa konsekrasi atau doa syukur agung yang biasa dilakukan Imam. Komuni yang dibagikan pada ibadat Jumat Agung adalah Hosti yang telah dikonsekrasikan pada malam sebelumnya (Kamis Putih). Dan sakramen yang boleh diberikan pada hari Jumat Agung hanyalah Sakramen Tobat dan Sakramen Perminyakan. 

Bagian-bagian Ibadat Jumat Agung

Ibadat Jumat Agung sebaiknya dilakukan pada sore hari menjelang jam 3 dan  Ibadat Jumat Agung terdiri dari 3 bagian yaitu:

A. Ibadat Sabda

Ibadat Sabda diawali dengan perarakan Imam dan para Putra-Putri Altar. Perarakan ini dilakukan tanpa suara dan tanpa lagu sedikit pun. Pada saat berada di depan altar yang kosong, imam dan petugas misa akan menelungkup di depan Altar selama beberapa saat atau kurang lebih 5 menit sambil mengucapkan doa dalam hati. Tindakan ini dilakukan sebagai duka mendalam yang sedang dialami Gereja Katolik. Setelah Imam dan para misdinar naik ke Altar lalu duduk di panti imam, mulai dibacakan bacaan pertama yang dilanjutkan dengan dinyanyikannya mazmur tanggapan dan perlu diingat agar tidak memakai musik, serta selanjutnya  pembacaan bacaan kedua yang dibawakan oleh Lektor. Dan selanjutnya adalah Passio,Passio ini diambil dari Injil Yohanes. Bacaan Ini yang menceritakan kisah sengsara Yesus ini dibacakan dengan cara dilagukan oleh tiga orang petugas yang berperan sebagai narator, Yesus, dan beberapa peran lain. Sebelum menyanyikan Passio, para petugas akan diberkati terlebih dahulu oleh Imam. Setelah Passio Yesus berlalu disambut dengan homili dari Imam atau waktu hening untuk merenungkan wafat Kristus. Setelah Homili atau waktu hening ini ini berlalu disambut dengan doa umat Intensi doa ini dinyanyikan oleh Imam atau diakon sedangkan pada bagian doa dapat dibacakan bersama dengan umat. 

B. Penghormatan / Penciuman Salib

Upacara penghormatan salib ini ditandai dengan perginya Imam dan misdinar keluar Gereja untuk mengambil salib yang akan diarak masuk ke dalam gereja. Salib ini dipanggul oleh Imam dan diarak dari bagian belakang gereja atau tempat ibadat menuju altar. Pada saat perarakan salib, ada tiga tempat di mana kayu salib berselubung kain ungu yang dipanggul akan dibuka untuk ditunjukkan kepada umat. Di bagian belakang gereja, bagian tengah gereja, dan di depan altar. Pada saat kayu salib diangkat dan dibuka selubungnya, Imam akan melagukan ajakan pada umat untuk melihat kayu salib. Dan pada setiap perhentian, selubung kain ungu dibuka satu per satu hingga sampai di depan altar, salib tidak diselubungi kain ungu lagi. Setelah salib diletakkan di depan altar, Imam,diakon dan para Misdinar akan mencium salib sebagai tanda penghormatan terhadap Kristus yang tergantung di kayu salib.

Selanjutnya Imam dan Para Misdinar akan memegang salib tersebut dan memberi kesempatan pada umat untuk mencium salib. Selama upacara penghormatan salib, dinyanyikan lagu-lagu untuk mengenangkan misteri keselamatan yang dilakukan Tuhan untuk menebus dosa-dosa kita. 

C. Komuni 

Ini adalah Bagian terakhir dari ibadat Jumat Agung. Sebelum upacara komuni ini berlangsung, misdinar akan menebarkan kain putih di altar yang tadinya kosong. Dan 2 Misdinar sambil membawa lilin, lagi akan pergi bersama Imam untuk menemani mengambil sibori atau Sakramen Maha Kudus di ruang tuguran atau kalau Gereja yang punya kapel adorasi, mungkin saja diambil dari sana juga. Dan perlu diketahui bahwa ibadat Jumat Agung, tidak ada salam damai. Upacara komuni diawali dengan ajakan Imam untuk menyanyikan doa Bapa Kami. Setelah doa Bapa Kami, Imam akan langsung mengucapkan ritus komuni. Setelah pembacaan ritus komuni, hosti dibagikan kepada umat. Bila ada hosti yang sisa, hosti yang diletakkan dalam sibori itu akan dibantu dihabiskan oleh Imam. Bagian terakhir dari Upacara Komuni yang juga merupakan penutup ibadat Jumat Agung adalah berkat penutup. Setelah memberikan berkat penutup, Imam ,misdinar dan petugas lainnya akan meninggalkan altar dan tetap dalam suasana hening tanpa nyanyian. Salib ditinggalkan di depan altar bersama lilin menyala. 

Penutup 

Jumat Agung mungkin memang hari paling menyedihkan dalam Gereja Katolik, karena pada hari itu kita mengenangkan wafat Kristus yang mati di kayu salib demi menebus dosa kita semua. Pada hari itu kita diingatkan bahwa kita adalah pendosa namun dosa-dosa kita telah ditebus melalui kematian Yesus di kayu salib. Karena itu, kita harus menunjukkan rasa hormat kita dengan mempersembahkan seluruh dosa kita kepada Tuhan melalui sakramen rekonsiliasi yang akan diberikan oleh Imam.






SABTU SUNYI

Pada hari Sabtu pagi sampai menjelang malam, Gereja tidak melakukan kegiatan peribadatan apapun. Tabernakel masih terbuka dan lampu Tabernakel juga masih mati. Selain itu, tempat air suci di pintu-pintu masuk gereja juga dikeringkan. Suasana terasa muram. Sakramen yang boleh dibagikan pada hari tersebut pun hanya Sakramen Tobat dan Sakramen Perminyakan. Gereja memang tidak melakukan kegiatan peribadatan apa pun selama Sabtu Sunyi, karena Gereja masih mengenangkan Yesus yang berada di dalam makam. Sepanjang pagi sampai sore di hari Sabtu itu, Gereja mengajak umat untuk hening dan merenungkan sengsara dan wafat Tuhan di kayu Salib, memberitahu umat bahwa Yesus sedang turun ke dunia orang mati; dan menanti dengan penuh kerinduan kebangkitan Yesus dengan berdoa dan berpuasa. Pada hari Sabtu Sunyi, Yesus beristirahat dalam makam karena Ia telah memperoleh kemenangan. Gereja pun menantikan dengan penuh kerinduan bangkitnya Kristus dari alam maut


Pada saat raga Yesus beristirahat dalam makam, jiwa Yesus turun ke dunia orang mati mencari Adam dan Hawa yang disiksa oleh Iblis. Yesus menarik mereka keluar dari dunia orang mati. Yesus memberi kehidupan baru bagi Adam dan Hawa, selain mencari Adam dan Hawa, Yesus juga turun ke dunia orang mati untuk mengunjungi semua orang yang telah datang, sebelum Yesus hadir ditengah-tengah kita untuk mewartakan sukacita kebangkitan seperti para Nabi terdahulu.



MALAM PASKAH
Berbeda dengan suasana Sabtu Sunyi yang hening dan begitu muram. Malam Paskah adalah saat di mana kita merasakan sukacita besar sambil berjaga-jaga menantikan kebangkitan Tuhan. Yesus yang wafat akhirnya beralih dari alam kematian menuju kebangkitan. Pada perjanjian lama, Malam Paskah merupakan peristiwa penantian lewatnya Tuhan di tanah Mesir untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Firaun. Saat Malam Paskah ini umat Katolik juga akan memperbaharui kembali Sakramen Babtis yang telah diterima. Malam Paskah dapat juga disebut dengan vigili Paskah. Vigili berasal dari kata vigilis yang artinya berjaga-jaga atau bersiap-siap. Pada perayaan malam Paskah ini kita berjaga-jaga bersama Yesus. Bersiap-siap menantikan kebangkitan Yesus dari kematian menuju kehidupan yang baru. Tata cara perayaan malam Paskah dijalankan oleh Gereja Katolik didasarkan pada dekrit Ad Vigiliam Paschalem (tentang Vigili Paskah) yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1951. Berdasarkan Dekrit tersebut maka perayaan Malam Paskah dibagi atas 4 bagian yaitu: 

A. Upacara cahaya

Bagian pertama dari perayaan Malam Paskah adalah upacara cahaya dan Madah Pujian Paskah. Bagian ini penuh dengan tindakan dan gerakan simbolik. Karena itulah, upacara cahaya selalu diawali dengan penjelasan singkat tentang maksud, diadakannya perayaan Malam Paskah secara menyeluruh. Upacara cahaya sebaiknya dilakukan di luar gereja, dalam kondisi gelap gulita. Saat upacara cahaya, Imam memberkati api baru, yang saat dinyalakan langsung mengusir kegelapan dan memberikan terang ke sekeliling tempat upacara cahaya itu dilakukan. Hal ini diibaratkan seperti Yesus yang merupakan cahaya terang dalam kehidupan kita yang gelap. 

Setelah memberkati api baru dengan wiruk, Imam akan memberkati lilin Paskah yang akan dinyalakan selama masa Paskah pada saat perayaan Ekaristi di Gereja. Lilin Paskah yang digunakan haruslah lilin yang baru dan ukurannya disesuaikan untuk keperluan masa Paskah. Pada lilin Paskah itu Imam akan menusukkan dupa dengan tanda salib (+), lambang alpha (Α) dan omega (Ω) dan angka tahun di mana perayaan Malam Paskah dilakukan. Tindakan Imam tersebut untuk menegaskan kepada umat bahwa Yesus adalah sang awal dan sang akhir, dan bahwa segala kemuliaan dan kekuasaan adalah milik Yesus sepanjang segala abad. 


Setelah itu Imam akan menancapkan 5 biji dupa di atas gambar salib yang dikelilingi lambang alpha – omega dan angka tahun. Kelima biji dupa itu melambangkan 5 luka Yesus yang didapat saat Ia disalib. Lilin Paskah yang telah dinyalakan kemudian akan diarak masuk oleh Imam diikuti  oleh petugas lain ke dalam gereja. Peristiwa ini untuk mengenangkan kembali perjalanan bangsa Israel di padang gurun setelah keluar dari tanah Mesir. Pada waktu malam mereka hanya dibimbing oleh tiang api. Selama perjalanan Imam menuju altar, para Misdinar akan membagi-bagikan api suci kepada umat, dan tidak adanya penerangan lain selain lilin Paskah. Pada saat perarakan ini lilin akan 3 kali diangkat (di awal belakang, di tengah, dan di depan altar) sambil menyanyikan “Kristus, cahaya dunia” dan dijawab dengan nyanyian pula oleh umat “Syukur kepada Allah” sambil berlutut. Sesampai di depan altar, lilin Paskah diletakkan di tempatnya. kadang ada umat yang tidak sabaran lalu menyalakan lilin menggunakan korek api yang dia bawa. Hal ini sama sekali tidak diperkenankan karena menyalakan lilin kita menggunakan api dari lilin Paskah yang menjadi tanda bahwa kita adalah penerus karya Kristus di dunia ini. Lilin Paskah ini sendiri akan dinyalakan selama masa Paskah sampai sore hari menjelang Pesta Kenaikan Tuhan. Lilin Paskah yang dinyalakan terus-menerus ini melambangkan Yesus yang telah bangkit namun tetap hadir di tengah murid-murid-Nya. Setelah Imam dan para Misdinar dan petugas lain samapi dialtar. Imam atau diakon akan menyanyikan Madah Pujian Paskah (Exultet). 

B. Liturgi Sabda

Bagian kedua dari upacara malam Paskah adalah Liturgi Sabda. Pada bagian ini dibacakan ayat-ayat dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Seluruh bacaan ini diselingi dengan mazmur dan doa singkat yang dipimpin oleh Imam.pada malam ini terdapat 9 bacaan pada liturgi sabda yang terdiri atas 7 bacaan perjanjian lama dan 2 dari perjanjian baru (1 bacaan dari Surat Paulus kepada jemaat di Roma dan 1 bacaan Injil). Pada bacaan Perjanjian Lama, disini menceritakan kisah penyelamatan yang dimulai dari kisah penciptaan dunia hingga pewartaan janji keselamatan Allah oleh para nabi. Ada 3 bacaan dari Perjanjian Lama yang wajib dibacakan yaitu Kisah Penciptaan, Kisah Pengorbanan Ishak oleh Abraham, dan penyeberangan Laut Merah. 

Setelah selesai membaca bacaan dari Kitab Perjanjian Lama, Gloria  dinyanyikan secara meriah sambil membunyikan lonceng yang dilakukan oleh misdinar. Sebelum menyanyikan Gloria, lilin altar dan lampu gereja dapat dinyalakan sedangkan lilin umat yang tadi dinyalakan dapat dipadamkan. Bacaan setelah Gloria diambil dari surat Paulus kepada umat di Roma. Bacaan ini disebut bacaan epistola. 


Alleluya pada bait pengantar Injil yang dinyanyikan, Alleluya dilagukan 3 kali. Alleluia ini dilagukan oleh Imam atau Diakon. Teks bait pengantar Injil diambil dari Mazmur 117. Injil yang dibacakan pada malam Paskah ini mewartakan kebangkitan Tuhan. Bacaan Injil ini merupakan puncak dari liturgi sabda. Setelah Injil dibacakan, Imam memberikan homili.


C. Liturgi Babtis

Liturgi Babtis merupakan bagian ketiga dari perayaan Malam Paskah. Pada bagian ini kita merayakan perjalanan Yesus dan perjalanan kita sendiri bersama Yesus. Liturgi babtis diawali dengan pemberkatan air yang ada dalam bejana babtis. Setelah itu akan dinyanyikan Litani Para Kudus. Hal yang istimewa adalah bila pada perayaan Malam Paskah ada penerimaan Sakramen Babtis, nama Santo dan Santa yang digunakan oleh para calon babtis sebagai nama babtis sebaiknya disertakan saat menyanyikan Litani Para Kudus. Pada bagian ini, lilin Paskah akan dicelupkan tiga kali ke dalam air yang diletakkan dalam bejana babtis. Pemberkatan air itu menjadi tanda pengudusan air suci yang dilakukan oleh Yesus sebagai Sang pemberi hidup baru. Air yang telah dicelupi lilin paskah ini nanti akan digunakan untuk  penerimaan Sakramen Babtis pada perayaan Malam Paskah atau disimpan pada bejana babtis untuk keperluan penerimaan Sakramen Babtis pada lain hari. air yang telah diberkati melalui pencelupan lilin Paskah tersebut akan dipercikkan kepada umat yang hadir untuk mengingatkan kembali kehidupan baru yang telah diterima melalui babtis.

Pemberkatan air suci akan diikuti dengan penerimaan Sakramen Babtis pada calon Babtis. Upacara penerimaan Sakramen Babtis ini akan diikuti dengan pembaharuan janji babtis. Saat mengucapkan pembaharuan janji babtis ini, sekali lagi lilin yang dibawa umat dinyalakan menggunakan api yang berasal dari lilin Paskah dan bukan dari korek api. Pembaharuan janji babtis ini menjadi tanda kesiapsediaan kita untuk berbalik dari segala dosa kita dan kembali kepada Tuhan. Liturgi Babtis ini diakhiri dengan doa umat. 

D. Liturgi Ekaristi

Liturgi Ekaristi yang menjadi bagian akhir dari perayaan Malam Paskah merupakan puncak dari keseluruhan liturgi Paskah. Liturgi Ekaristi diawali dengan persembahan, yang dilanjutkan prefasi Paskah dan Doa Syukur Agung. Pada kesempatan ini pula, para babtisan baru akan menerima Sakramen Ekaristi pertama mereka. Bagian akhir dari Liturgi Ekaristi Malam Paskah yang juga menutup keseluruhan rangkaian perayaan Malam Paskah adalah pemberian Berkat Meriah Paskah. Berkat meriah ini diberikan dengan cara dilagukan bersahut-sahutan antara Imam dan umat.


MINGGU PASKAH

Minggu Paskah disebut juga Hari Raya Kebangkitan Tuhan. Hari Raya Kebangkitan Tuhan ini adalah hari raya dari segala hari raya. Hari itu menjadi hari yang sangat istimewa karena Yesus telah bangkit dari kematian. Yesus telah mengalahkan dosa dan maut dengan kebangkitan-Nya. Hal yang menjadi pembeda yang besar  perayaan Ekaristi pada hari itu dengan perayaan Ekaristi pada hari Minggu atau hari raya yang lain adalah dihilangkannya seruan tobat dengan pemercikan air suci. 

Ini dikarenakan Kristus telah bangkit dari dosa dan telah menebus seluruh dosa kita. Air suci yang digunakan untuk memerciki umat adalah air perayaan Malam Paskah. Air itu pula yang ditempatkan di pintu masuk gereja yang digunakan umat  saat akan memasuki gereja. Selain adanya pemercikan air suci, pada hari ini juga dilagukan Madah Paskah. Madah Paskah ini dinyanyikan sebelum bait pengantar Injil. Lilin Paskah yang telah dinyalakan dengan Api Baru pada perayaan Malam Paskah ditempatkan di posisi yang cukup tinggi dekat  altar. Lilin Paskah ini dinyalakan sepanjang masa Paskah selama 50 hari pada saat ada perayaan Ekaristi. Bila masa Paskah telah berakhir, lilin Paskah ini tetap disimpan dan dinyalakan bila ada upacara penerimaan Sakramen Babtis. 




PENUTUP

Tiga hari Suci (Triduum) Paskah: Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah-yang diikuti dengan Hari Raya Kebangkitan Tuhan adalah saat-saat terpenting dalam tahun liturgi Gereja Katolik. Pada hari-hari itu kita diingatkan kembali bahwa Yesus bersedia mati untuk menebus dosa-dosa kita dan dibangkitkan. Karena itu, kematian bukan lagi akhir dari hidup kita melainkan awal dari kehidupan baru.


Selamat Hari Raya Paskah! Selamat menjalani kehidupan baru dalam Tuhan!

Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top