Rahasia kepercayaan kita mengenai Putera
Allah ialah bahwa Ia menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia (1 Tim 3:16).
Kristus adalah Tuhan dan manusia. Kita menerima kedua aspek ini dengan penuh
kepercayaan. Walaupun manusia, Ia adalah Allah yang sesungguhnya, tidak kurang
daripada Bapa dan Roh Kudus; tetapi walaupun Tuhan, Ia adalah manusia
yang sesungguhnya seperti manusia lain kecuali dalam hal dosa. Kedua aspek itu
terjalin di dalam persatuan yang penuh rahasia dan tidak terpecahkan.
Yesus menampilkan diri
sebagai Putera Allah, tetapi hanya dengan hati-hati dan penuh kebijaksanaan.
Walaupun demikian, keluarga-Nya sendiri menganggap-Nya tidak waras lagi (Mrk
3:21).Asal-usul yang adikodrati dapat dilihat
dalam gelar “Putera Manusia”. Daniel mengemukakan gelar ini sebagai suatu
lambang orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi (Dan 7:18). Putera Manusia
harus berjuang melawan musuh-musuh Tuhan. Tetapi Putera Manusia juga datang
dengan awan-awan di langit, lambang pengadilan Tuhan atas musuh-musuh dan
disusuli dengan pendirian kerajaan kebahagiaan. Dengan demikian Kristus adalah
Putera Manusia. Pada satu pihak, Ia adalah biasa seperti yang lain, tetapi pada
waktu yang sama Ia juga berdiri di depan tahta Yang Lanjut Usia-Nya, ialah Yang
Mahatinggi (Dan 7:22).
Bukti ke-Allah-anNya dapat dilihat juga
dalam cara bagaimana Ia melakukan mujizat-Nya. Memang ada juga nabi yang
membuat mujizat, tetapi sifatnya sangat lain daripada apa yang dilakukan Yesus.
Ia selalu berjalan keliling dan di mana-mana Ia menyembuhkan orang sakit dan
mengusir setan. Yesus melakukan mujizat yang begitu banyak, dengan cara yang
begitu sederhana dan penuh cinta kasih. Orang-orang lain melakukan mujizat atas
nama Tuhan, Ia melaksanakannya atas nama Diri-Nya sendiri. Ia langsung
mengatakan: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan
pulanglah ke rumahmu!" (Mrk 2:11). Dari orang-orang lain kita tidak pernah
mendengar ucapan seperti: "Aku mau, jadilah engkau tahir." (Mat 8:3). Bukti yang lain mengenai ke-Allah-anNya
ialah bahwa Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti para
ahli taurat (Mrk 1:22). Di sini tidak hanya dimaksudkan kepastian dan keyakinan
yang Ia miliki, tetapi bahwa Ia sebagai guru dan pemberi undang-undang juga mempunyai
kekuasaan untuk berkhotbah, untuk menentukan dan untuk memerintah. Nabi-nabi
berkata: Demikianlah firman Tuhan, sebaliknya Yesus mengeluarkan perkataan:
Tetapi Aku berkata kepadamu. (Mat 5:22)
Suatu peristiwa penting lagi terjadi
ketika Ia berkata kepada seorang lumpuh yang berada di depan-Nya: "Hai
anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" (Mrk 2:5). Maksud jahat dan keheranan
besar membuat para ahli taurat berpikir: Mengapa orang ini berkata begitu? Ia
menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri? (Mrk
2:7). Yesus menunjukkan ke-Allah-anNya dengan
berkata: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa
mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, "Kepadamu
Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
(Mrk 2:10-11).
Juga wanita pelacur dapat mendengarkan
dari mulut Yesus: Dosamu telah diampuni (Luk 7:48). Para hadirin mulai berpikir
dalam hatinya: Siapakah Ia ini sehingga Ia dapat mengampuni dosa? (Luk
7:49). Kita dapat merasakan keheranan para hadirin, bahwa hanya Tuhan yang
dapat mengampuni dosa. Dari beberapa peristiwa dapat kita
saksikan juga hubungan erat antara Bapa dan Putera. Kristus dapat mendengar
dari mulut Bapa: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku
berkenan." (Mrk 1:11). Dan dari pihak Kristus sendiri dapat dicatat
perkataan: “Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa...” Yoh 14:31.
Hubungan yang erat selalu ditonjolkan di
mana-mana, dan pada setiap kesempatan, dan berpuncak pada perkataan-perkataan
yang sangat berbobot: “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:20) ; “barangsiapa
melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yoh 12:45) ; “Aku di
dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:11) ; “segala milik-Ku adalah
milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku.” (Yoh 17:10).
Musuh-musuh-Nya mendengar itu semua dan
mereka menjadi marah karena Ia mau menyamakan Diri dengan Allah. “Sebab itu
orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia
meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah
Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.” (Yoh
5:18). Dan mereka sendiri mengatakan terus terang: "Bukan karena suatu
pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau
menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja,
menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yoh 10:33)
Kesaksian yang Ia berikan, bahwa Ia adalah
Putera Allah yang datang untuk mendirikan Kerajaan Allah, dinilai orang sebagai
penghujatan terhadap Allah. Demi kesaksian ini, Ia dihukum mati. Musuh-musuhNya
mendengar itu tetapi tidak percaya. Tetapi para murid-Nya memberikan kesaksian
dengan hati penuh kepercayaan: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang
hidup!" (Mat 16:16). Lebih jelas daripada ini adalah pengakuan rasul
Tomas: “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28).
Sumber: RP. H. Embruiru, Aku Percaya hlm
41-44.
0 komentar:
Post a Comment