Minggu-minggu ini, dunia facebook dikejutkan akan berita berubahnya Roti
yang sudah dikonsekrasikan menjadi segumpal darah di paroki St. Fransiskus
Xaverius Kidul Loji, Yogyakarta seperti yang diberitakan oleh Sesawi.net
Sebenarnya kita tidak salah untuk menceritakan hal ini kepada orang-orang
atas kejadian tersebut. Namun kita tidak bisa menduga itu adalah sebuah
mukjizat, karena masih belum ada pengakuan dari hirarki gerejawi. Bagaimana
jika seandainya Gereja menemukan suatu kecacatan pada peristiwa ini dikemudian
waktu sehingga Peristiwa ini tidak jadi diakui sebagai mukjizat? Bukankah ini
akan hanya memalukan diri kita sendiri karena saking senangnya dan begitu
menggempar-gemparkan peristiwa ini kesana-kemari?
Setau saya peristiwa ini masih dalam
proses penyelidikan sehingga bagaimana sikap kita sebagai orang Katolik? Yang harus
kita lakukan adalah menunggu, berharap dan sesering mungkin berdoa kepada Tuhan
agar penyelidikan ini secepat mungkin akan selesai. Sebab ini adalah sebuah
kewajiban bagi orang Katolik untuk tunduk pada Magisterium atau kuasa mengajar
Gereja. Menurut pendapat saya, saya berharap agar peristiwa ini benar-benar
sebuah mukjizat yang Tuhan tunjukkan kepada kita akan begitu kudusnya Ekaristi,
karena peristiwa ini akan berdampak positif bagi kita dan negara kita seperti:
1.Hal ini akan memperkaya iman Putra-putri Gereja Katolik akan perubahan nyata, roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang sebenarnya! Dan bukan sebagai lambang saja yang diakui oleh saudara-saudari kita Protestan.
2.Indonesia akan dinyatakan sebagai tempat ziarah. dan ini pun akan mampu memperkaya devisa negara kita.
Didalam Perayaan Misa kudus kita harus yakin, bahwa Kristus benar-benar hadir dan merubah roti dan
anggur menjadi sungguh-sungguh Tubuh dan Darahnya. Bahkan bagi saya sendiri
ketika imam mengkonsekrasikan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus,
disitulah Kristus benar-benar hadir dalam diri imam membuat sebuah mukjizat
yang tak kita lihat, namun kita harus benar-benar percaya kalau itu benar Tubuh
dan Darah Kristus sendiri.
Nah, apa yang kita refleksikan atas peristiwa tersebut?
1. Apakah kita selama hidup menjadi orang katolik, benar-benar percaya dan menyadari bahwa setiap ketika kita merayakan perayaan Ekaristi dan ketika menyambut Tubuh dan Darah Kristus sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus?
2. Dalam 1 Korintus 11:27,Rasul Santo Paulus mengatakan,“Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.” Apakah kita telah memeriksa hati kita, apakah kita sedang berada dalam keadaan berdosa berat atau tidak?
3. Apakah kita, dalam menyambut Tubuh dan Darah Kristus pada saat Perayaan Ekaristi, menggunakan pakaian yang sopan dan pantas? Atau kita masih memilih pakaian yang sesuka hati hendak digunakan dalam menyambut Tubuh dan Darah Kristus, ingatlah kata-kata pemazmur:”Rumahku adalah Rumah Doa”
4. Apakah kita mengikuti Perayaan Ekaristi dengan fokus dengan mata menghadap kealtar, memperhatikan Kristus bersabda dan mempersembahkan Tubuh dan Darahnya untuk kita santap?