Pertama-tama saya akan menjelaskan terlebih dahulu definisi dari Paskah Yahudi dengan Paskah Kristiani.
Paskah Yahudi
Paskah Yahudi
Perayaan Paskah kita memang awalnya berasal dari Paskah Yahudi. Adapun
peraturan yang harus ditaati oleh seorang Yahudi ialah, bisa kita dapatkan di
Keluaran 12 dan Ulangan 16:
1. Unsur utama perayaan paskah ialah adanya seorang anak “domba paskah”. Waktu perayaan yakni bulan pertama Nisan (atau disebut pula bulan Abib, Kel 23:15 yang jatuh sekitar bulan Maret menurut kalender kita), di Israel bertepatan dengan musim semi, saat ketika juga padang-padang mulai menumbuhkan rerumputan, Tanggal 15 bulan itu, yakni pada saat bulan purnama, adalah ciri yang sangat khas pada semua peribadatan atas tahun lunar.
2. Tetapi Kel 12:18 masih berbicara juga tentang sesuatu yang lain: yakni “roti tak beragi”. Penyatuan kedua hari raya itu dalam Kel 12 diberi pendasarannya dengan menyebutkan, bahwa domba paskah harus dimakan bersama roti tak beragi dan sayuran pahit.Itulah juga sebabnya mengapa Hari Raya Paskah dalam Ul 16:16, seperti dalam Kel 23:15, sudah disamakan dengan, bahkan disebut juga “Hari Raya Roti Tak Beragi”, persis seperti kelak akan dipraktek juga dalam PB (Mat 26:17, Mrk 14:12, dan Luk 22:7).
Itulah juga sebabnya mengapa kemudian hari, Santo Paulus mengatakan: “Buanglah
ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang
tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu
Kristus. Karena itu marilah kita berpeseta, bukan dengan ragi yang lama, tetapi
dengan roti yang tak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran” (1 Kor
5:7-8). Penggabungan Hari Paskah asli sebagai peringatan pembebasan umat Israel
dari tanah Mesir dengan syukuran para petani yang diatur oleh Ul. 16 ini
menyebabkan juga diberikannya aturan lain tentang hari raya petani itu. Maka
disusulkanlah dalam Ul.16 “Hari Raya Pondok Daun (ay 13-15)
Paskah Kristiani
Kekristenan mewarisi iman dan
peribadatannya dari agama Yahudi melalui Kitab Sucinya, tetapi pewarisan itu
tidak semena-mena diambil,melainkan menurut Sabda Yesus sendiri, bahwa tidak
ada satu yota atau titikpun yang dihapuskan dari warisan itu, karena Dia datang
bukan untuk menghapusnya, melainkan menggenapi dan menyempurnakannya (Mat
5:17-18). Oleh karena itu, kita tidak bisa berkata
bahwa Paskah yahudi dan Paskah Kristiani tidak ada hubungannya sama sekali!
Unsur pokok Hari Raya Paskah, yakni domba paskah, dalam kekristenan hal itu
ditiadakan, sebab Kristus sendiri lah yang menjadi dombanya. Perjamuan anak
domba paskah dalam kekristenan itu kini dirayakan pada Hari Kamis Putih, dimana
Kristus mempersembahkan Tubuh dan Darahnya menjadi santapan kita.
Pembebasan bangsa manusia dari perbudakan
dosa, yang dahulu dilambangkan dengan pembebasan bangsa Israel dari
perbudakan Mesir oleh Allah “dengan tangan yang kuat”, sekarang dinyatakan
dengan pengorbanan sampai mati dikayu salib, Sang Domba Paskah Kristus, yakni
dengan ”membangkitkan-Nya dari antara orang mati”. Ketetapan tradisi Kel.12 bahwa perayaan
Hari Raya Paskah ini kelak terpadu juga dengan unsur syukuran panenan “Hari
Raya Roti Tak Beragi”, masih dipraktekan juga oleh Kekristenan sampai saat
ini, tetapi lebih dalam unsut waktunya, yakni Hari Raya Pentakosta, yang diatur
dalam “Hari Raya Tujuh Minggu”, saat ketika Orang Israel dalam perjalanannya
dari tanah mesir menuju Gunung sinai. Oleh karena itu Hari Raya Pentakosta
menjadi penutup dari “Masa Paskah”, yang menjadi ekstensi dari perayaan
peribadatan terbesar dalam Kekristenan.
Penetapan Tanggal Perayaan Paskah Kristiani
Perbedaan yang paling mencolok antara
Paskah Yahudi dan Paskah Kristiani adalah waktu perayaaanya. Perayaan hari
Paskah Yahudi, seperti telah kita lihat sesuai dengan Kel 12:2-3, terikat
dengan tanggal yang tetap, yakni tanggal 15 bulan Nisan, maka harinya bisa
berubah-ubah, seperti Hari Raya Kelahiran Tuhan kita juga dikaitkan dengan
tanggal yang tetap yaitu 25 Desember, sehingga harinya bisa berubah-ubah setiap
tahunnya. Nah, sebalikanya, Hari Raya Paskah Kristiani,berbeda dengan Hari Raya
Paskah Yahudi, dikaitkan dari hari yang tetap, yakni hari pertama dalam pekan,
hari Minggu.
Mengapa? Karena Kebangkitan Kristus,
menurut kesaksian seluruh penginjil, pasti sudah terjadi “Pagi-pagi sekali pada
hari pertama dalam pekan” (Mat 28:1, Mrk 16:1, Lk 24:1, dan Yoh 20:1). Dan
sejak tahun-tahun pertama keberadaan Gereja, Rupanya sudah biasa juga umat
memperingati Kebangkita Kristus pada: “Hari Pertama dalam pekan” (lih 1Kor
16:2). Nah, kalau kita mengikuti Injil Sipnotik , maka Hari Raya Paskah
pada waktu itu jatuh pada Hari Jumat Agung, karena hari perjamuan Paskah
harus dirayakan pada tanggal 14 Nisan (Kamis), sehingga tanggal 15- nya jatuh
pada hari Jumat, hari Wafatnnya Yesus.
Jadi, kalau Yesus bangkit hari Minggu,
maka itu berarti pada tanggal 17 Nisan, atau 2 hari setelah Paskah Yahudi.
Tetapi kalau kita mengikuti pemberitaan Yoh (19:31), hari jumat ketika Yesus
disalibkan, “hari itu adalah hari persiapan Paskah, Kel 12:16), maka Hari Raya
Paskah Yahudi pada waktu itu jatuh pada hari sabtu, karena itu juga maka sabar
setelah Yesus wafat itu adalah “Sabat Besar” (Yoh 19:31). Jadi, wafat Kristus
bertetapan dengan saat disembelihnya domba Paskah, sesuai dengan yang dikatakan
Alkitab.
Ini berarti menurut Yohanes, Yesus
mengadakan Perjamuan Malam Terakhir-Nya tidak sesuai dengan ketetapan Hukum
Taurat Yahudi (tanggal 14 Nisan). Dan Dia bangkit sehari sesudah Hari Raya
Paskah Yahudi tersebut. Maka dengan pelbagai pertimbangan antara lain pertimbangan
hsitoris (Jumat hari wafat dan Minggu hari Kebangkitan Kristus) dan
pertimbangan tradisional (perayaan paskah Yahudi menurut Kel.12), karena tidak
mungkin merayakan Paskah pada tanggal yang menetap seperti Tradisi Yahudi, maka
diusahakanlah untuk menetapkan tanggal Perayaan Kebangkitan Tuhan pada hari
Minggu yang tanggalnya jatuh sedekat mungkin dengan Hari Raya Paskah Yahudi,
Ketetapan resmi oleh Gereja dalam masalah penentuan Hari Raya Paskah Kristiani
itu dibuat oleh Konsili Nicea (325).
Mungkin ada yang bertanya, mengapa tanggal
21 maret ditetapkan sebagai tanggal penentu? Dalam sistem kalender Gregorian yang
kita pakai saat ini, seurang-kurangnya untuk belahan bumi sebelah utara, pada
tanggal 21 Maret tersebut terjadilah apa yang dalam Ilmu Perbintangan yang
disebut aequienox musim semi, yakni hari (siang) yang memilik
lama yang sama panjangnya (aequi-) dengan malam (nox)- nya.
Semoga Bermanfaat
Dominus Illuminatio Mea!