Berdasarkan iman kami berkewajiban untuk percaya dan
menegaskan bahwa Gereja adalah satu kudus, katolik, dan apostolik. Kami percaya
akan Gereja dengan teguh dan kami mengakui dengan segala kesederhanaan bahwa di
luar Gereja tidak ada keselamatan atau pengampunan dosa, seperti pengantin pria
dalam Kidung Agung menyatakan: “ Tetapi dialah satu-satunya merpatiku, idam-idamanku,
satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang melahirkannya (Kid 6:9)”.
Dan dia menghadirkan satu Tubuh Mistik Kristus yang tunggal, dimana Kristus
adalah kepalanya dan Kristus sang kepala adalah Allah (1 Kor 11:3). Dalam dia
selanjutnya hanya ada satu Tuhan, satu iman, dan satu Baptisan (Ef 4:5). Karena
pada saat air bah hanya ada satu bahtera Nuh, yang melambangkan satu Gereja,
dimana bahtera itu, setelah selesai menjadi satu kapal, hanya memiliki satu
nahkoda dan pemandu, yaitu Nuh, dan kita membaca bahwa, diluar bahtera ini,
seluruh isi bumi telah dihancurkan.
Kami menghormati Gereja ini sebagai satu, karena Tuhan telah berkata melalui
mulut Nabi-Nya: “Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman
anjing (Mzm 22: 21).” Dia berdoa bagi jiwa-Nya, yaitu untuk diri-Nya sendiri,
hati-Nya dan tubuh-Nya; dan yang dimaksud tubuh ini ialah Gereja. Dia telah
menyebutnya satu karena kesatuan Pengantinnya dalam iman, Sakramen dan
cintakasih dalam Gereja. Inilah jubah Tuhan, jubah yang tak berjahit, yang tak
dicabik tapi diundi (Yoh 19: 23-24). Jadi hanya ada satu Gereja yang tunggal
karena hanya ada satu kepala dan satu tubuh, bukan dua kepala seperti monster;
yaitu Kristus dan Wakil Kristus, Petrus dan pengganti Petrus, karena Tuhan
sendiri berkata kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-domba-Ku (Yoh 21:17).”,
berarti domba-Ku secara umum, bukan mereka secara khusus, sehingga kita dapat mengerti
bahwa semua telah dipercayakan-Nya kepada Petrus. Jadi jika orang-orang Yunani
itu atau siapapun yang merasa bahwa mereka tidak terikat kepada Petrus dan
pengganti-penggantinya, maka mereka juga harus mengaku bahwa mereka bukanlah
domba Kristus, karena Tuhan kita berkata dalam Injil Yohanes, “hanya ada satu
kawanan dan satu gembala (Yoh 10:16).” Kita telah diberitahu juga oleh teks
Injil bahwa Gereja dalam kekuasaannya memiliki dua pedang; yaitu kekuasaan
rohani dan duniawi. Ketika Rasul berkata: “Tuhan, ini dua pedang (Luk 22:38)”
maka itu dimaksudkan bahwa dalam Gereja juga selalu ada dua pedang itu, dan
Tuhan kita tidak mengatakan bahwa dua pedang itu terlalu banyak melainkan bahwa
dua pedang itu cukup. Jadi siapapun yang menyangkal bahwa pedang kekuasaan
duniawi ada dalam diri Petrus maka dia tidak mendengarkan dengan baik Firman
Tuhan yang mengatakan: “Masukkan pedang itu ke dalam sarungnya (Mat 26:52).”
Sebab, biarpun kedua pedang itu milik Gereja, yaitu pedang rohani dan duniawi,
tapi yang pertama dilayani dalam Gereja dan yang kedua melalui Gereja; yang
pertama ada di tangan para Imam dan yang kedua ada di tangan Raja dan Ksatria,
tetapi oleh kehendak dan pengorbanan para Imam. Bagaimanapun, satu pedang harus
tunduk kepada yang lain dan kekuasaan duniawi harus tunduk kepada kekuasaan
rohani. Karena Rasul berkata: “Tidak ada pemerintahan yang tidak berasal dari
AlLah, dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah (Rom 13:1-2)”,
tapi mereka tidak akan diadakan jika satu pedang itu tidak ditundukkan keapda
yang lain dan jika yang lebih rendah tidak dipimpin oleh yang lebih
tinggi.
Karena menurut Dionisius yang terberkati, adalah hukum Illahi bahwa yang
terendah hanya dapat mencapai yang tertinggi melalui pengantaraan. Begitu juga
menurut hukum alam, semua benda tidak diatur secara sama dan langsung, tetapi
yang terendah oleh pengantaraan, dan bawahan oleh atasan. Jadi harus diakui
dengan jelas bahwa kekuasaan rohani adalah lebih tinggi dalam derajat dan kelas
daripada kekuasaan duniawi manapun, seperti juga hal-hal rohani melampaui yang
duniawi. Ini dapat kita lihat dengan jelas tidak hanya dari persembahan,
pemberkatan, dan pengudusan perpuluhan, tetapi juga dapat dilihat dari
kekuasaan itu sendiri dan oleh pengaturan atas benda-benda. Karena itu dengan
kebenaran sebagai saksi kami, kami menyatakan bahwa adalah milik dari kekuasaan
rohani untuk mendirikan kekuasaan duniawi dan untuk menjatuhkan penghakiman
bahwa kekuasaan duniawi itu telah menyimpang. Juga sebagai pemenuhan nubuat
dari Nabi Yeremia mengenai Gereja dan kekuasaan Gerejani: ”Hari ini aku akan
mengangkat engkau diatas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan (Yer 1:10)”
dan seterusnya. Jadi, jika kekuasan duniawi berada dalam kesalahan, ia akan
dihakimi oleh kekuasaan rohani diatasnya: dan jika kekuasaan rohani yang rendah
berada dalam kesalahan, ia akan dihakimi oleh kekuasaan rohani diatasnya; tapi
jika kekuasaan tertinggi diatas segalanya ada dalam kesalahan, maka ia hanya
akan dihakimi oleh Allah dan bukan oleh manusia, sebab menurut kesaksian Rasul:
“manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh
orang lain (1 Kor 2: 15). Kekuasaan ini, bagaimanapun juga, walaupun ia
diberikan kepada manusia dan dijanlankan oleh manusia, tidak manusiawi tapi terutama
illahi, diberikan kepada Petrus oleh Firman Illahi dan diteguhkan kembali
olehnya dan pengganti-penggantinya karena Tuhan yang diakui oleh Petrus, Tuhan
itu jugalah yang berkata kepada Petrus, “ Apapun yang kau ikat didunia ini,
akan terikat di surga, dst (Mat 16:19)”. Dan siapapun yang melawan kekuasaan
ini, yang diadakan oleh Allah, telah menentang ketetapan Allah (Rom 13: 2),
kecuali jika dia mengarang ajaran tentang dua asal mula seperti Manicheus, yang
telah kami hakimi sebagai bidaah dan sesat, sebab menurut pengakuan Musa tidak
ada permulaan-permulaan tapi hanya ada satu permulaan yaitu Allah yang
menciptakan langit dan bumi (Kej 1:1). Selanjutnya, kami menyatakan, kami
mewartakan, dan kami mendefinisikan bahwa adalah sangat perlu bagi semua orang
untuk keselamatan mereka, tunduk kepada kekuasaan Paus Roma.
sumber:Ekaristi.org