Pada hari Minggu 12 Mei
Paus Fransiskus memimpin Misa untuk kanonisasi 813 Martir Otranto; Beata Laura di Santa Caterina da Siena, perawan dan pendiri Kongregasi Misionaris Maria Imakulata, Beata Maria Guadalupe Garcia Zavala, pendiri
Kongregasi Abdi St Margaret Mary (Alacoque). Pengumuman kanonisasi itu dibuat pada konsistori
pada tanggal 11 Februari - konsistori bersejarah karena di saat bersamaan ada
pengumuman dari Benediktus XVI bahwa ia akan mengundurkan diri dari Tahkta Kepausan.
Gambar diatas adalah Katedral Keuskupan
Agung Otranto di wilayah Puglia, Italia. Nama Katedral ini adalah Katedral
Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga. Di belakang altar dan tabernakel, nampak tengkorak dan
tulang belulang sebagian dari 813 Martir Otranto, yang disusun sedemikian rupa di
balik jendela kaca tembus pandang. Lalu bagaimana kisah heroik 813 Martir Otranto ini? Berikut kisahnya yang dapat pula
diakses di blog ICCT
Penaklukkan
Constantinople dilakukan oleh Sultan Mehmet II El-Fatih (The Conqueror).
Setelah kejatuhan kota Kristen yang megah ini, Eropa terbuka lebar bagi tentara
Turki Islam. Mereka meringsek ke jantung Eropa. Meski berhasil dihalau dari
Belgrade oleh Hungaria, tentara Turki Islam ini mendapatkan Serbia. Beberapa
perang di semenanjung Balkan terjadi. Sultan Mehmet dikalahkan oleh Raja
Moldavia Stephen The Great pada Pertempuran Vaslui, 1475. Tetapi sang sultan
berhasil menang atas tentara Moldavia setahun kemudian pada Pertempuran Valea
Alba. Sekarang target sultan adalah Wallachia. Ambisi ini ditahan oleh Pangeran
Wallachia yang terkenal, Vlad III Tepes, atau Vlad the Impaler, atau mungkin
lebih terkenal dengan Vlad Dracula. Sultan ini berhenti sejenak dan memikirkan
taktik lain.
Sultan Mehmet II, selain
menggunakan gelar El-Fatih, menggunakan gelar Kayser-i Rum (Caesar of Rome)
dengan alasan telah menduduki Constantinople (New Rome) dan dirinya sendiri
adalah keturunan Theodora Kantakouzenos (adik Kaisar John VI Kantakouzenos)
yang dinikahkan dengan Sultan Orhan I (1326-59). Sultan Mehmet kini ingin
menguasai Roma sendiri.
Target kali ini adalah kota pelabuhan
Brindisi, di Puglia (Apulia). Komandan tentara Turki, Pasha Ahmed berencana
menguasai Brindisi lalu langsung menyerang Roma sementara bala bantuan Turki
akan datang dan mengamankan laju ekspansi mereka. Rencana ini bagus karena
Venesia tidak menghalani karena sedang terikat perjanjian damai dengan Sultan
Mehmet II sejak 1479. Namun rupanya angin Laut Adriatik tidak mendukung. Mereka
harus mendarat di Roca, dekat kota Otranto. Di sinilah kisah heroik kita yang
tidak dikira akan dimulai.
Otranto adalah kota di pesisir timur
Semenanjung Salento, “tumit” dari “sepatu boot” Italia. Pada zaman itu, sekitar
1480, Otranto diperintah oleh Naples/Aragon. Bagi mereka yang faham sejarah
akan mengetahui bahwa Aragon akan berkaitan dengan Spanyol dan memang benar,
bahkan Otranto akan menyumbang andil terhadap Inkuisisi Spanyol. Saya akan
membahasnya terpisah. Sebuah fakta sejarah yang menarik adalah Katedral Otranto
adalah tempat pemberkatan 12.000 Tentara Salib Pertama (1095-9) yang dipimpin
oleh Bohemond of Taranto. Kota ini rupanya sudah akrab dengan Perang Salib. Tak
lama lagi mereka akan bertemu dengan Salib mereka.
Pada 29 Juli 1480, armada
Turki tampak di kaki langit. Dengan kekuatan 18.000 pasukan, 90 galley, 15
kapal galleas bersenjata berat, dan 48 galliot, Turki beringsut menuju Otranto,
yang hanya dijaga oleh 400 pasukan di bawah pimpinan Count Francesco Largo.
Otranto tidak dilengkapi dengan meriam. Count Largo mengirim utusan ke Utara
untuk memperingati bahaya Turki ini. Penduduk Otranto teringat akan kisah
Penjarahan Constantinople 1453 di mana ketika kota berhasil ditembus, tentara
Turki masuk dan mendapati penduduk sedang berkumpul berdoa di Hagia Sophia,
Gereja Orthodox terbesar. Para imam, bayi dan manula dibunuh. Wanita diambil
oleh tentara. Sisanya dijual sebagai budak. Untuk Otranto, Pasha Ahmed
menawarkan sebuah kemurahan: Bila menyerah, penduduk Otranto akan dilepaskan.
Jawaban Otranto melambangkan keteguhan hati.
Kepada utusan Turki pertama, Count menolak menyerah. Utusan kedua menemui panah
ketika berusaha menuju kota. Bahkan sang Count memanjat tembok kota dan
melempar kunci gerbang kota ke laut. Rupanya tekat penduduk telah bulat. Orang
Kristen tidak akan menyerah kepada orang Islam.
Tekad prajurit penjaga kota rupanya berbeda
dengan tekat penduduk. Prajurit melarikan diri dengan memanjat tembok kota.
Dari 400 prajurit, kini tersisa 50 orang saja. Penduduk Otranto dikhianati oleh
penjaga mereka sendiri. Untungnya, kunci kota telah dibuang ke laut sehingga
pilihan menyerah telah dicoret. Dengan begini, penduduk Otranto akan menerima
hadiah yang lebih besar.
Tentara Turki menyerang
dengan meriam dan serdadu sementara penduduk berusaha menahan mereka dengan
menumpahkan minyak panas, air mendidih, batu, patung, dan perabot rumah tangga
dari atas tembok. Usaha mereka bertahan 2 minggu sampai pada tanggal 12 Agustus
1480, tembok kota Otranto bobol. Tentara Turki dengan mudahnya menguasai kota
yang hanya dipertahankan oleh 50 tentara Neapolitan ditambah dengan penduduk
yag tidak terlatih dan kelelahan. Tentara Turki bergerak menuju ke Katedral
Otranto dan menukan pemandangan lazim seperti di Hagia Sophia.
Seluruh penduduk Otranto telah berkumpul di
Katedral. Di antara mereka ada Uskup Agung Stefano Agricola, Uskup Stephen
Pendinelli dan Count Largo. Tentara Turki menuntut Uskup Agung untuk melempar
salibnya, menolak iman Kristen dan memeluk Islam. Sang Uskup Agung lebih takut
terhadap Tuhannya. Dia lalu dipenggal. Uskup Pendinelli dan Count Laro juga
menolak. Mereka digergaji hingga wafat. Semua imam dibunuh. Semua penduduk
berumur di atas 50 tahun dibantai. Wanita dan anak berumur di bawah 15 tahun
dikirim sebagai budak di Albania. Sisanya akan menunggu putusan Pasha Ahmed.
Semua ornamen Kristen dilepas dan Katedral yang indah diubah menjadi istal.
Pasha Ahmed mengumpulkan penduduk yang tersisa, sekitar 813 orang. Kepada mereka, dia menawarkan pilihan mati atau memeluk Islam. Bahkan lewat seorang pastor yang murtad, Giovanni, Pasha Ahmed menawarkan imbalan bagi mereka yang memilih masuk Islam. Ada satu orang dari 813 orang itu yang berdiri. Dia adalah seorang penjahit bernama Antonio Primaldi (atau Antonio Pezzulla). Dia berkata:
Saudara-saudaraku, hingga hari ini kita telah bertarung mempertahankan negri kita, untuk menyelamatkan nyawa kita dan demi tuan-tuan kita. Sekarang saatnya kita bertarung untuk menyelamatkan jiwa kita demi Tuhan kita, yang telah wafat di Salib demi kita. Adalah hal yang baik, bila kita juga mati demi Ia, berdiri dengan teguh dan mantap dalam iman, serta dengan kematian di dunia ini, kita akan memenagkan kehidupan kekal dan kemuliaan para martir
Seluruh penduduk yang
tersisa menetapkan keputusaan mereka: mati demi Kristus. Keesokan harinya 14
Agustus 1480, ke-813 orang ini dibawa ke Bukit Minerva. Primaldi merupakan
orang pertama yang dipenggal. Tubuhnya sementara tidak berkepala tegap berdiri
dan tidak dapat digeser selama eksekusi berlangsung. Terkejut dengan mukjizat
ini, salah satu penjagal bertobat dan dibunuh di tempat. Nama orang beruntung
ini adalah Berlabei. Demikianlah 813 penduduk Otranto menemui kejayaan mereka
sebagai martir. Nampaknya oleh dunia mereka diabaikan karena menemui nasib
tragis, namun kisah mereka akan terus diingat sebagai tanda cinta kepada Tuhan
Yesus dan mereka akan menerima kemuliaan Surgawi yang jauh lebih baik dari pada
pilihan Giovanni.
Tubuh Santo Antonio Primaldo yang masih tetap berdiri, meski kepalanya sudah dipenggal |
Mari kita lihat apa yang terjadi setelah
penjagalan Otranto dan betapa pilihan heroik mereka telah menyelamatkan seluruh
Gereja. Paus Sixtus IV mendapatkan peringatan dari utusan yang dikirm dari
Otranto. Dengan segera dia mengumpulkan pasukan dari Hungaria, Prancis dan
beberapa bagian Italia. Venesia menolak karena masih terikat dengan perjanjian
damai. Sekarang dengan waktu 2 minggu yang dibeli dengan nyawa 813 orang,
Italia membangun pertahanan yang memadai untuk menahan gempuran Turki. Pada
musim semi 1481, Pasha Ahmed mundur dari Semenanjung Italia, meninggalkan
benteng Otranto yang dikawal oleh tentara Turki. Otranto sendiri berhasil
direbut lagi pada September 1481.
Sesuatu yang besar terjadi di Gebze, pusat
komando Turki. Sultan Mehmet II meninggal tiba-tiba di umur 49 tahun pada 3 Mei
1481. Kemungkinan dia diracuni oleh Venesia. Sekarang terjadi perebutan
kekuasaan oleh Bayezid II dengan Cam. Pasha Ahmed tidak disukai oleh Bayezid,
dipanggil ke Constantinople dan dipenjara. Sang jendral kemudian dihukum mati
pada 18 November 1482 di Adrianople. Impian Turki menguasai Italia sirna
bersama Pasha Ahmed.
Kisah heroik Otranto tidak terlupakan.
Tulang-tulang mereka digali ketika kota itu direbut kembali. Tulang-tulang ini
disimpan sebagai relik di Katedral baru yang dibangun di atas reruntuhan
Katedral lama. Beberapa tulang dikirim ke Gereja Santa Caterina in Formello di
Naples. Pada 5 Oktober 1980, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Otranto dan
mempersembahkan Misa menghormati para martir ini. Pada Juli 2006, Paus
Benediktus XVI menerbitkan pernyataan resmi bahwa 813 orang Otranto dibunuh
karena kebencian atas iman Kristen (hatred for The Faith, in odium fidei) dan
mengakui dengan resmi bahwa mereka adalah martir. Paus Yohanes Paulus II
tersentuh dengan kisah 813 martir ini dan teringat akan nasib sengsara orang
Kristen yang hidup di tanah Islam. Marilah kita dengan berani dan gembira
memanggul Salib kita. Hidup Kristus Raja.
*>[Dominus illuminatio mea et salus mea!~ Tuhanlah cahayaku dan keselamatanku!]