Dewasa
kini, begitu banyak Devosi yang diarahkan oleh umat beriman kepada Santo-santa
sebagai tanda penghormatan kepada mereka. Seperti yang kita ketahui bersama,
para Santo-santa memiliki tempat dan peranan yang begitu unik didalam kehidupan
Gerejawi. Didalam Gereja Katolik kita diajak untuk mengerti bahwa kita semua
adalah anak-anak Allah yang telah dibaptis didalam Kristus Yesus. Gereja
Katolik meyakini kekudusan hidup mereka dapat menjadi panutan atau teladan bagi
setiap umat beriman dalam memetik nilai-nilai kehidupan yang tentu saja
berhubungan tentang perjuangan hidup.
Para Santo-santa adalah anggota Gereja yang telah mencapai kesempurnaan dan telah menyatukan diri sepenuhnya kepada Kristus (Theosis). Maka dengan menimba cinta dari para Santo-santa, kita dapat dikuatkan dalam kesatuan dan keseluruhan Tubuh Mistik Kristus itu sendiri. Sehingga sebagai persekutuan umat beriman, dimana para Santo-santa merupakan Gereja yang telah jaya dan kita yang merupakan Gereja yang masih berziarah dibumi, kita mampu saling mendoakan. Dimana kita dapat memohon doa mereka dan disamping itu pula mereka tidak henti-hentinya mendoakan kita.
Diantara
begitu banyak Para kudus ada salah seorang yang memainkan peran yang begitu
penting didalam sejarah penyelamatan umat manusia yaitu Santa Maria. Maria sebagai Bunda Allah memiliki posisi yang terkesan
unik diantara semua Para kudus bahkan diantara segala ciptaan. Maria merengkuh
kehendak Allah dengan sepenuh hati, Ia menyerahkan hidupnya kepada Allah guna
pembebasan umat manusia dari dosa. Telah berabad-abad lamanya, Gereja
mengarahkan hati demi penghormatan sepenuhnya kepada Bunda Maria. Gereja
menghormatinya sebagai Bunda Allah, sebagai model sempurna kemuridan dan
memohon doa-doanya kepada Allah atas nama kita. Maria merupakan model sempurna
dari iman dan cinta kasih Gereja (LG 53). Dalam diri Maria pula, Gereja Katolik
menemukan mode penyerahan dan penyucian diri secara total kepada pribadi dan
karya Kristus yang menjadi sumber dan alasan penyelamatan bagi semua orang (LG
56).
Namun
terkadang banyak pula Devosi yang terkesan berlebihan terhadap Maria, dan hal
ini dapat memberikan kesan bahkan efek penyembahan terhadap Maria. Penyembahan terhadap Maria bukan hanya terjadi pada era
kini, namun pada era Gereja Perdana. Dan penyembahan terhadap Maria dikenal
sebagai sekte Collyridianisme. Sekte ini muncul di wilayah Arabia sekitar
tahun 350-450. Sampai sekarang
belum diketahui secara pasti siapa pendiri sekte ini. Dan ketika Para Bapa Gereja mendengar hal ini mereka
langsung mendiskusikannya dan mengutuk ajaran sesat ini. Tokoh Bapa Gereja dikenal menentang teguh ajaran sesat
ini adalah Epifanius. Epifanius adalah
seorang Uskup Salamis di Siprus, Ia dulunya adalah seorang pemuda Yahudi yang
kemudian hari menjadi seorang Katolik.
Epifanius, Uskup Salamis, Pembela Iman Katolik |
Pengutukan
sekte ini berkaitan dengan bertentangannya ajaran ini,
dengan ajaran Gereja Katolik yang mengutuk keras penyembahan berhala yang juga telah
dikutuk oleh Allah sendiri: “Jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku (Kel 20:3)." Gereja Katolik dalam hidup peribadatannya, terdapat 2 alur
peribadatan yaitu Adoration/ penyembahan
dan penghormatan/hiperdulia dan kita wajib untuk memisahkan kedua konteks ini. Yang berhak
dan wajib kita berikan penyembahan hanyalah Allah saja namun disamping itu kita
mengenal Para kudus yang telah bersatu seluruhnya dengan Allah dan ini yang
harus kita berikan penghormatan. Penghormatan kita terhadap Para kudus
terkhususnya Maria sama sekali tidak mengurangi penyembahan kita kepada Allah.
Tidak jarang pula, devosi berlebihan ini ditunjukkan oleh gelar dan ucapan kita kepada Bunda Maria. “Bunda Maria, sumber segala rahmat keselamatan. selamatkanlah kami orang yang berdosa ini.” Ini adalah sebuah bentuk kekeliruan yang mendalam, kita harus tahu bahwa Maria hanyalah ciptaan, memang betul Maria memiliki peran yang penting dalam penyelamatan umat Manusia, Ia melahirkan Putra Allah sehingga Allah yang merupakan sumber segala rahmat dapat mengambil kodrat kemanusiaannya yang suci dan tanpa dosa. Namun yang perlu digarisbawahi disini adalah Maria bukanlah sumber segala rahmat, karena sumber segala rahmat itu adalah Allah sendiri. Maka dari itu, kita sebagai umat Katolik mampu membela Iman kita, apabila kita dituduh telah menyembah Maria seperti yang dilakukan oleh sekte Collyridianisme. Karena yang berhak disembah hanyalah Allah saja dan bukan Maria.
Tidak jarang pula, devosi berlebihan ini ditunjukkan oleh gelar dan ucapan kita kepada Bunda Maria. “Bunda Maria, sumber segala rahmat keselamatan. selamatkanlah kami orang yang berdosa ini.” Ini adalah sebuah bentuk kekeliruan yang mendalam, kita harus tahu bahwa Maria hanyalah ciptaan, memang betul Maria memiliki peran yang penting dalam penyelamatan umat Manusia, Ia melahirkan Putra Allah sehingga Allah yang merupakan sumber segala rahmat dapat mengambil kodrat kemanusiaannya yang suci dan tanpa dosa. Namun yang perlu digarisbawahi disini adalah Maria bukanlah sumber segala rahmat, karena sumber segala rahmat itu adalah Allah sendiri. Maka dari itu, kita sebagai umat Katolik mampu membela Iman kita, apabila kita dituduh telah menyembah Maria seperti yang dilakukan oleh sekte Collyridianisme. Karena yang berhak disembah hanyalah Allah saja dan bukan Maria.
Dominus illuminatio mea!