O Yesusku, tidak ada suatu pun yang lebih baik jiwa
daripada kerendahan hati. Dalam kerendahan hatilah terletak rahasia
kebahagiaan, yakni ketika jiwa mengetahui bahwa dirinya sendiri, ia hanyalah
kepapaan dan kehampaan, dan bahwa apa pun juga harta yang ia miliki semua itu
adalah anugerah dari Allah.
Ketika suatu jiwa menyadari bahwa segala sesuatu diberikan kepadanya secara cuma-cuma dan bahwa satu-satunya hal yang ia miliki adalah kepapaannya sendiri, pada saat itulah ia diteguhkan dalam sembah sujud lestari yang ia lakukan dengan rendah hati dihadapan keagungan Allah. Dan melihat jiwa dalam sikap yang seperti itu Allah semakin melimpahinya dengan rahmat-Nya.
Ketika jiwa terus-menerus membenamkan diri semakin
dalam didalam jurang kehampaan dan kepapaanya, Allah menggunakan
kemahakuasaan-Nya untuk meninggikannya. Kalau ada jiwa yang sungguh-sungguh
berbahagia di dunia ini maka ini hanyalah mungkin kalau jiwa itu sungguh rendah
hati. Mula-mula, cinta diri akan sangat menderita, tetapi sesudah jiwanya
berjuang dengan gigih, Allah akan memberikannya banyak terang, dan dengan
terang itu dapat melihat betapa segala sesuatu itu tak bernilai dan penuh
dengan tipu daya. Hanya Allah yang ada didalam hati.
Suatu jiwa yang rendah hati tidak akan mengandalkan
dirinya sendiri, tetapi menaruh seluruh harapannya pada Allah. Allah membela
jiwa yang rendah hati dan berkenan masuk ke dalam relung hatinya, dan jiwa itu
akan menikmati kebahagiaan yang tiada taranya, yang tida dapat dipahami oleh
seorang pun. [Buku Harian Santa Faustina, No. 593]
"Beati pauperes spiritu"--"Berbahagialah mereka yang rendah hati."
"Beati pauperes spiritu"--"Berbahagialah mereka yang rendah hati."