Lebanon digambarkan sebagai
asal muasal Kekristenan, karena Yesus Kristus mengunjungi Tirus bersama BundaNya,
Maria, dan membuat sebuah mukjizat kepada Puteri wanita Siro-Fenisia, seperti
yang tercatat dalam Matius 15:21-28 dan Markus 7:24-30. Lebanon adalah rumah
Gereja Katolik Maronit. Salah satu dari enam Kepatriarkan didalam Gereja
Katolik Timur.
Santo Maron |
Maron, seorang sahabat St. Yohanes
Krisostomus, adalah seorang biarawan dari abad keempat yang meninggalkan Antiokhia
menuju Sungai Orontes untuk memasuki kehidupan asketik, yang mengikuti tradisi
(pola hidup) St. Antonius dari Gurun dan St. Pachomius dari Mesir. Dikemudian
hari, Ia memiliki banyak pengikut yang mengadopsi kehidupan monastiknya.
Setelah kematian St. Maron pada tahun 410, murid-muridnya mendirikan sebuah
biara yang didedikasikan untuk mengenangnya dan membentuk nukleus dari Gereja
Maronit.
Gereja Maronit segera menerima ajaran
Iman dari Konsili Kalsedon pada tahun 451. Saat itu 350 biarawan dibunuh oleh
Kaum Monofisit Antiokia, umat Gereja Maronit segera mengungsi ke pegunungan di
Lebanon. Saling surat menyurat pun menjadi sebuah sebuah perantara bagi
mengenai peristiwa ini, yang membawa hasil pada pengakuan Kepausan terhadap
Maronit oleh Paus Santo Hormidas pada 10 Februari 518.
Kematian Patriark Antiokhia sebagai
martir pada tahun 602 meninggalkan Maronit tanpa seorang pemimpin, dan
peristiwa ini menuntun mereka untuk memilih Patriark Maronit pertama mereka,
St. Yohanes Maron pada tahun 685.
Sedikit informasi terdengar dari Maronit
selama 400 tahun, karena mereka diam-diam melarikan diri dari Invasi
Islam ke pegunungan di Lebanon, hingga pada masa Perang Salib ketika
Raymond dari Toulouse menemukan Maronit di pegunungan dekat Tripoli, Lebanon dialam
perjalanannya untuk menaklukan kota Yerusalem. Gereja Maronit sekali lagi
mengkonfirmasi kesetiaan mereka kepada Paus pada tahun 1181. Patriark Maronit,
Yeremia, menghadiri Konsili Lateran IV pada tahun 1215, diresmikannya
Universitas Maronit di Roma pada tahun 1584 oleh Paus Gregorius XIII. Gereja
Maronit selalu setia kepada Roma.
Gereja Maronit, berdasarkan asal-usul
kehidupan monastik mereka, berhasil bertahan terhadap tekanan dan bahkan
penganiayaan dalam usaha mereka, untuk tetap teguh melestarikan Gereja mereka. Lebanon
adalah satu-satunya negara di Asia yang menganut budaya Kristen, terutama
karena Gereja Maronit. Perayaan Liturgi Ilahi atau Misa Kudus juga diucapkan
dalam bahasa asli, yaitu bahasa Arab di Lebanon. Dan sedangkan pada saat
Konsekrasi didalam Perayaan Ekaristi, juga dirayakan dalam Bahasa Aram, Bahasa
Tuhan kita Yesus Kristus.
Gereja Maronit di Lebanon hingga saat
ini mengizinkan pria berkeluarga menjadi Imam. Mereka menerima karunia
seksualitas manusia dari Allah, yang berkata, ”Tidaklah baik jika manusia itu
sendiri” (Kejadian 2:18). Alkitab dalam bahasa Ibrani pun mencatat orang-orang
Lewi yang merupakan Imam Israel juga diizinkan untuk menikah (Imamat 21:7-13;
Yehezkiel 44:22). Santo Petrus sendiri, Paus pertama kita, adalah seorang yang
berkeluarga, seperti yang kita ketahui dari penyembuhan mertuanya pada Injil
(Matius 8:14-15, Markus 1:29-31, Lukas 4:38-39).
Santo Paulus juga menegaskan kembali dalam tradisi: “Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas” (1 Kor 9:5). Imam yang memilih untuk selibat diberikan sebuah kehormatan besar didalam Gereja-gereja Timur dan banyak Imam memilih hal tersebut demi Kerajaan Allah (Matius 19:12). Praktek selibat dipraktekkan oleh Uskup dan para imam yang masih lajang pada penahbisan atau telah menjadi duda. Paus terakhir yang merupakan pria berkeluarga adalah Paus Adrianus II (atau yang dikenal Hadrianus II) yang menjabat sebagai Paus dari tahun 867 M hingga 872 M.
Santo Paulus juga menegaskan kembali dalam tradisi: “Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas” (1 Kor 9:5). Imam yang memilih untuk selibat diberikan sebuah kehormatan besar didalam Gereja-gereja Timur dan banyak Imam memilih hal tersebut demi Kerajaan Allah (Matius 19:12). Praktek selibat dipraktekkan oleh Uskup dan para imam yang masih lajang pada penahbisan atau telah menjadi duda. Paus terakhir yang merupakan pria berkeluarga adalah Paus Adrianus II (atau yang dikenal Hadrianus II) yang menjabat sebagai Paus dari tahun 867 M hingga 872 M.
Gereja Katolik Maronit tumbuh subur
terutama sejak Konsili Vatikan II, dan sekarang menjadi Gereja Katolik Timur terbesar
ketiga. Gereja Katolik Maronit memiliki 3.300.000 umat di Lebanon dan
seluruh dunia, termasuk paroki-paroki di Argentina, Australia, Brazil, Kanada,
Siprus, Meksiko, dan Amerika Serikat. Kita sungguh terberkati karena boleh
memiliki Seminari Maronit, Ratu Kita dari Libanon di
Washington D.C., yang didirikan pada tahun 1961.
Kepala Gereja Katolik Maronit sekarang
adalah Patriark Antiokia untuk Maronit, Patriarkh Kardinal Bechara Pierre Rai.
Interior Altar Gereja Katolik Maronit |