Hampir setiap hari kita
sebagai umat Katolik melihat dalam penanggalan liturgi Gereja, Gereja Katolik
merayakan peringatan orang kudus. Kita memperingati mereka dan sekaligus
memohon doa dari mereka. Didalam Gereja Katolik kita diajak untuk mengerti bahwa
kita semua adalah anak-anak Allah yang telah dibaptis didalam Kristus Yesus. Di
Surga (Gereja yang jaya), Bumi (Gereja berziarah), Api Penyucian (Gereja yang
menderita) kita dihubungkan dalam suatu relasi atau komunitas sehingga dapat
saling mendoakan. Ada ribuan orang kudus yang dikanonisasi oleh Gereja Katolik.
Gereja Katolik meyakini kekudusan hidup mereka dapat
menjadi panutan atau teladan bagi setiap umat beriman dalam memetik nilai-nilai
kehidupan yang tentu saja berhubungan tentang perjuangan hidup. Banyak sekali
orang kudus yang dapat kita ambil teladannya seperti Santo Paus Pius X yang
begitu menghayati perayaan Ekaristi begitu banyak hasil karya beliau yang
mengubah Gereja Katolik seperti penerimaan Komuni pertama yang usianya
diperendah atau Beata Maria dari sengsara Yesus yang menaruh kehidupannya 100%
kedalam tangan Allah dan menurut catatan kehidupan Beata Maria dari sengsara
Yesus, dalam 15 tahun terakhir ia hanya mengkonsumsi Tubuh Kristus (sungguh
luar biasa).
Menurut catatan sejarah Gereja
Katolik memulai perayaan untuk semua martir pada tanggal 13 Mei 609 dan 610,
ketika Paus Bonifasius IV mengkonsekrasikan Pantheon di Roma dan
mempersembahkannya kepada Perawan Maria. Lalu pesta semua orang kudus dipindah
ke tanggal 1 November oleh Paus Gregorius III dalam sebuah oratori di Basilika
Santo Petrus. Dan sejak saat itu Gereja memperingati hari raya semua orang
kudus pada hari itu.
Para Bapa Gereja, antara lain St. Cyril dari Yerusalem (313-386)
mengajarkan demikian tentang penghormatan kepada para orang kudus:
“Kami menyebutkan mereka yang telah wafat: pertama- tama para patriarkh, nabi, martir, bahwa melalui doa- doa dan permohonan mereka, Tuhan akan menerima permohonan kita …. (Catechetical Lecture 23:9)
Sering kali orang Katolik difitnah karena berdoa melalui perantaraan
para kudus, maka Katolisitas Indonesia akan mencantumkan beberapa ayat yang
akurat yang menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Gereja Katolik tidak
bertentangan dengan Kitab Suci.
Dalam Perjanjian Lama:
-Abraham berdoa untuk kepentingan penduduk kota Sodom dan Gomora (Kej
18:16-33).
-Musa sering berdoa untuk kepentingan umat
Israel, antara lain untuk memintakan ampun setelah bangsa itu berdosa dan akan
dipunahkan oleh Tuhan (Kel 32:11-14).
Dalam Perjanjian Baru:
-Yesus berdoa untuk para murid-Nya dan
untuk dunia (Yoh 17).
-Paulus senantiasa berdoa bagi umatnya (Rm 1:10: Ef
1:16; dsb). Sebaliknya, Paulus juga sadar bahwa keselamatannya tergantung juga
pada doa-doa umatnya (Fil 1:19); oleh karena Itu ia pun minta supaya umatnya
berdoa baginya (1 Tes 5:25; 2 Tes 3:1 dsb).
-Yak 5:14-16 berbunyi: “Kalau ada seorang di antara kamu
yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan
dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan … Karena itu hendaklah
kamu… saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan
yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”
-1 Tim 2:1 berbunyi “Naikkanlah
permohonan doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang…”
Jadi pada hakekatnya berdoa kepada Santo /
Santa adalah kita meminta Santo / Santa memohonkan / menyampaikan doa-doa kita
kepada Yesus (Allah) hal semacam ini tidak bertentangan dengan 1 Timotius 2:5.
Dalam Wahyu 5:8 dan Wahyu 8:3-4 menunjukkan bahwa doa kita dapat sampai kepada
Allah juga melalui perantaraan Mahluk Surgawi. Paham ini tidak bertentangan
juga dengan Ulangan 18:10-11 karena ini bukan praktek memanggil arwah orang
mati, berkomunikasi dengan arwah, dll.
Dalam Ulangan 18:10-11 itu adalah hal-hal
yang sangat dipaksakan dan tidak wajar (memanggil arwah dari dunia bawah
“syeol”) oleh karena itu praktek ini dikecam oleh Allah sedangkan paham Katolik
berdoa kepada Santo / Santa karena kita memiliki keyakinan bahwa mereka itu
tidak mati tetapi hidup karena Allah kita adalah Allah orang Hidup bukan Allah
orang Mati (Mrk 12:26-27) dalam Mrk 9:4 Yesus bercakap-cakap dengan Elia &
Musa padahal mereka sudah lama meninggalkan dunia ini (apakah Yesus memanggil
Arwah? tentu saja tidak! ini menunjukkan bahwa meskipun orang itu sudah mati
sebenarnya ia itu hidup “Barangsiapa
Percaya kepadaku ia akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang hidup
dan percaya kepadaKu tidak akan Mati selama-lamanya” (Yoh 11:25-26).
Kita Berdoa kepada
Orang Kudus karena kita percaya “Doa
orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16) mereka yang sudah ada
didalam surga tentu saja sudah bebas dari dosa dan mereka sudah memandang Allah
dari wajah ke wajah tentu saja mereka itu orang benar maka dari itu kita
meminta bantuan mereka untuk mendoakan kita kepada Yesus.
Like Katolisitas
Indonesia Fanpage on Facebook
Dominus Illuminatio Mea!
Dominus Illuminatio Mea!