1.Beberapa orang berpendapat bahwa Paus tidak dapat berbuat salah
Tentu saja pernyataan seperti ini salah
total. Paus adalah manusia, seperti semua orang tidak sempurna pengetahuannya
dan punya keterbatasan manusiawi. Dalam hidup sehari-hari Paus tentu saja dapat
melakukan kesalahan misalkan saja dalam menghitung, menghafal atau berbagai
macam hal lainnya. Didalam Gereja Katolik dikenal istilah Infabilitas Paus. Infallibilitas Paus adalah ketidakdapatan sesat seorang Paus Roma
berdasarkan tugas beliau selaku gembala segenap umat beriman serta yang
meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32); dan menetapkan
ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif. Infallibilitas sendiri tidak hanya dimiliki oleh
Paus sendiri. Sebenarnya, infallibilitas juga dimiliki oleh Magisterium Gereja
Katolik, yaitu Paus bersama Para Uskup yang bersatu dengan Paus, ketika
mengajarkan secara otentik ajaran Iman dan Moral.
Kristus memberikan kepada Petrus dan
Para Rasul kuasa“mengikat dan melepaskan” dan dari sinilah
karunia Infabilitas dianugerahkan. Kristus sendiri berkata kepada St. Petrus
bahwa :
Mat 16:19 “Kepadamu Petrus akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."
Mat 18:18 “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
Infallibilitas Paus
dalam Kitab Suci dan Pengajaran Bapa Gereja
Infallibilitas adalah dogma yang telah hadir dalam Kitab Suci dan Gereja perdana. Kita bisa melihatnya dalam beberapa kutipan yang ada didalam Alkitab
Didalam Yohanes 21:15-17 dengan jelas menunjukkan kepada
kita bahwa Kristus menyerahi mandat penggembalaan pertama-tama kepada Petrus.
Dan tentu saja Sang wakil Kristus ini haruslah dikaruniai karisma
Infallibilitas sebagai senjata untuk mengusir serigala yang mengancam
domba-domba Kristus. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Petrus Sang
Wakil Kristus memang memiliki karunia infallibilitas tersebut.
Lukas 22: 31-32 – Yesus juga berdoa
supaya Iman Petrus tidak dapat gugur dan meminta Petrus menjadi seorang yang
meneguhkan Para Rasul lain – “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut
untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau ,
supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau Petrus, jikalau engkau Petrus sudah
insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Untuk menguatkan iman
saudara-saudaranya, tentunya Petrus haruslah memiliki karunia infallibilitas
dan karunia itu juga diwariskan kepada para pengganti Petrus (Paus) melalui
suksesi apostolik.
Mat 16:18 “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Jikalau Sang Batu Karang mengajarkan
kesesatan (yang berarti alam maut telah menguasai Gereja), maka pernyataan
Yesus di atas adalah kebohongan semata. Tapi, apakah Kristus berbohong? Tentu
tidak. Untuk menepati janji-Nya, Ia menganugerahkan infallibilitas sebagai
senjata untuk mengalahkan alam maut.
Konsili Vatikan I dan
II Mengenai Infallibilitas Paus
Didalam Konsili Vatikan II ditegaskan bahwa sebuah dogma yang ditetapkan oleh Paus akan dilindungi oleh karunia Infabilitas apabila 3 syarat dibawah ini terpenuhi seluruhnya:
Didalam Konsili Vatikan II ditegaskan bahwa sebuah dogma yang ditetapkan oleh Paus akan dilindungi oleh karunia Infabilitas apabila 3 syarat dibawah ini terpenuhi seluruhnya:
1. Paus harus berbicara dari Takhta St. Petrus (ex-Cathedra) dalam kapasitas beliau sebagai seorang pengganti Petrus
2. Keputusan Paus harus mengikat Gereja secara keseluruhan.
3. Keputusan tersebut harus mengenai ajaran Iman dan moral.
Infallibilitas menjadi anugerah secara
khusus bagi Paus sebagai Gembala umat beriman Katolik diseluruh dunia (Mat
16:17-19 ; Joh 21:15-17). Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium art.
25 secara tegas berbicara mengenai infallibilitas Paus.
“Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma, Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif. Oleh karena itu sepantasnyalah dikatakan, bahwa ketetapan-ketetapan ajaran beliau tidak mungkin diubah dari dirinya sendiri, dan bukan karena persetujuan Gereja. Sebab ketetapan-ketetapan itu dikemukakan dengan bantuan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada Gereja dalam diri Santo Petrus.”
Pada Abad keempat, St. Hieronimus
(Penerjemah Kitab Suci dari Bahasa Yunani ke Bahasa Latin serta salah seorang
dari empat Bapa Gereja Besar di Barat) menuliskan pernyataan berikut:
“Saya berbicara dengan pengganti Sang Nelayan dan Murid Salib. Hanya dengan mengikuti Kristus pemimpin saya, saya dipersatukan dalam persekutuan dengan Yang Terberkati, yaitu dia yang duduk di tahta Petrus. Di atas Karang itu, aku tahu bahwa Gereja dibangun. Siapapun yang makan domba di luar rumah ini adalah fana. Siapapun yang tidak berada dalam perahu Nuh akan binasa ketika banjir melanda.”(Surat Kepada Paus St. Damasus di Roma 15:1-2)
B. St. Klemens mengajarkan tentang
otoritas dari Tuhan
“Terimalah nasihat kami, dan kamu tidak akan menyesal. Sebab selama Tuhan hidup, dan Tuhan Yesus hidup, dan Roh Kudus, … demikianlah ia, yang dengan kerendahan hati dan bergegas dalam kelemahlembutan, tanpa menyesal, telah melaksanakan perintah- perintah yang diberikan oleh Tuhan [melalui kami], menjadi terdaftar dan namanya terletak di antara mereka yang diselamatkan melalui Yesus Kristus… tetapi jika orang- orang tertentu menjadi tidak taat akan kata- kata yang diucapkan oleh Dia [Yesus Kristus] melalui kami, biarlah mereka mengerti bahwa mereka akan menyusahkan diri sendiri di dalam pelanggaran yang tidak kecil dan bahaya; tetapi kami tidak bersalah atas dosa ini.” (THE FIRST EPISTLE OF CLEMENT TO THE CORINTHIANS 58:2, 59:1 ; diterjemahkan oleh administrator katolisitas dot org)
C. Pada abad kelima, St. Petrus Krisologus juga menekankan perlunya
persetujuan dari Paus Roma dalam pembahasan mengenai ajaran iman.
“Kami mendesakmu dengan sungguh hormat, saudara yang terhormat, untuk memperhatikan dengan taat apa yang telah dituliskan oleh Paus Yang Terberkati di Kota Roma, karena Petrus Yang Terberkati, yang hidup dan memimpin dalam tahtanya miliknya, menyediakan iman yang benar kepada mereka yang mencarinya. Karena kita ... tidak dapat membahas kasus mengenai iman tanpa persetujuan dari Uskup Roma.”(St. Peter Chrysologus, Letters 25:2)
D.Konsili Kalsedon pada tahun 451
menuliskan surat kepada Paus St. Leo Agung yang berisi pernyataan sebagai
berikut:
“Anda telah ditetapkan sebagai penerjemah suara Petrus yang terberkati kepada semuanya dan kepada semuanya anda mengabarkan berkat-berkat dari iman itu. Dan begitu juga kami, dengan bijak mengambilmu sebagai pemandu kami dalam segala hal yang baik, telah menunjukkan kepada putera-puteri Gereja warisan kebenaran mereka.” (Konsili Kalsedon, kepada Leo, 451 M).
E. St. Siprianus, Uskup Kartago
tulisannya mengenai infabilitas Paus (256 M):
“Akankah para penganut ajaran sesat berani untuk datang kepada tahta Petrus di mana iman yang apostolik berasal dan tidak ada sedikit pun kesesatan dapat datang?” (Letter 59 {55}, 14)
2. Beberapa orang berpendapat bahwa Paus tidak berdosa.
Pengertian ini salah kaprah. Jangan pernah mengganggap bahwa Paus itu manusia setengah dewa, bagaimana pun juga Paus adalah manusia, sama seperti kita. Kita tahu bahwa setiap orang tidak pernah terlepas dari yang namanya noda dosa. Bahkan Santo Petrus, Paus pertama Gereja Katolik pun berdosa (mengkhianati Yesus tiga kali, menghalangi jalan Yesus menuju Salib). Namun ada sebuah garis yang membedakan Paus dengan kita umat beriman, yaitu Pangkat nya sebagai sang suksesor apostolik dari Rasul Petrus dan karena karunia hidup selibat yang hanya bisa didapatkan oleh orang tertentu saja. Paus sendiri mempunyai kebiasaan mengaku dosa sekurang-kurangnya satu minggu sekali. Dan menurut beberapa informasi, Paus biasanya mengakukan dosanya dengan
seorang biarawan fransiskan yang datang ke Roma sekali seminggu untuk menjadi
bapa pengakuan Bapa suci.
3. Paus adalah AntiKristus
Saya
yakin setelah melihat gambar diatas beberapa orang akan mengganggap Paus Roma
adalah seorang AntiKristus padahal secara jelas sekali lambang salib terbalik
adalah lambang salib Santo
Petrus karena dulunya Petrus ketika hendak
dimartir oleh kaisar Nero yang begitu kejam memilih untuk disalibkan secara
terbalik, karena Ia merasa tidak layak disalib seperti Kristus dan Salib ini
salah satu simbol Kepausan. Sayangnya, Salib St. Petrus ini diputar
balikkan oleh faktanya oleh Satanist. selain itu ada juga beberapa orang yang
beranggapan bahwa Paus memiliki gelas Vicarius Filii Dei yang tentunya jika
digabungkan akan menghasilkan angka 666 yang merupakan angka setan dalam kitab
Wahyu dan Saya sudah pernah membahas hal ini sebelum nya disini
4.Wibawa
jabatan Paus digerogoti dan dijatuhkan oleh perilaku para Paus terdahulu yang
berperilaku buruk.
Pada zaman Yesus sendiri Ia selalu
menegaskan wewenang yang diberikan oleh Tuhan dalam hal ajaran dan praktik
keagamaan. “masuki Mat 23:2-3” Kita tentu tahu ada beberapa 265 paus yang
perilakunya buruk contohnya saja Alexander VI. Dulunya Paus Alexander
VI terlibat kisah asmara dengan beberapa
perempuan termasuk Giulia Farnese (dikenal
sebagai Julia the Beautiful), dan memiliki anak tidak sah
banyak dengan istrinya dulu,Vannozza dei Cattani (yang
pernah dinikahi oleh Alexander VI), Gaya hidupnya yang hedonistik
sangatlah memalukan. Bahkan pada saat kejahatan dan kekerasan marak di
jalan-jalan di Roma, Paus malah menyibukkan diri dengan menghadiri pementasan
drama komedi, perjamuan mewah, melakukan penyamaran dan pesta dansa. Semua aktifitasnya
tersebut dibayar dengan dana gereja, menurut buku “The Borgia Pope”
( Kessinger Publishing, 2006). Sebagai reaksi atas gaya hidupnya yang playboy,
menurut rumor yang mulai muncul ke permukaan bahwa Alexander VI sering mengatur
pesta seks. Namun Tuhan tidak akan pernah mengizinkan Gereja-Nya tersesat
hanya karena tingkah laku seorang Paus yang tidak bisa menjadi contoh yang baik
bagi masyarakat luas. Tuhan selalu punya cara dan jalan yang baik untuk Gereja
yang didirikan-Nya sendiri dan satu-satunya dimuka bumi ini yaitu Gereja
Katolik.
5.Jabatan
seorang Paus akan membuat seseorang akan menjadi seseorang yang selalu suci.
Dominus illuminatio mea!