Gereja Katolik dalam sejarah hidupnya, yang mencapai rentang
waktu lebih dari 2000 tahun, memiliki begitu banyak nilai-nilai sejarah dan
masalah-masalah yang dihadapi oleh Gereja. Tidak sedikit ajaran-ajaran sesat
(bidaah) yang menghantam Gereja Katolik, seperti halnya bidaah Arianisme,
sebuah pandangan yang dianut oleh pengikut Arius (seorang Imam eks-Katolik dari
Alexandria) yang menolak keilahian Yesus Kristus dan Tritunggal Mahakudus. Bidaah
ini sendiri dipandang sebagai bidaah terbesar
yang pernah dihadapi oleh Gereja Katolik pada abad ke-4.
Lambang Kepausan, Paus Fransiskus |
Adapula bidaah Nestorianisme (ditolak oleh Konsili Kalsedon
(451) yang dipimpin oleh Paus St. Leo Agung) yang mengajarkan bahwa, Pribadi manusia Yesus dan Pribadi Allah Putera adalah dua
pribadi yang berbeda yang bersatu di dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain,
bidaah ini mengajarkan bahwa Yesus memiliki dua Pribadi dengan dua kodrat. Sedangkan
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah satu Pribadi dengan
dua kodrat, Allah dan Manusia. Bidaah ini juga menolak gelar Bunda Allah
terhadap Bunda Maria.
Dalam kasus ini, Gereja membutuhkan tolak ukur dan penentu dari
setiap ajaran iman dan moral yang ada, disini dibutuhkan pula kuasa dalam hal
mengajarkan suatu dokrin yang tidak dapat salah (infallible). Dan penentu dari
setiap ajaran doktrin ini ialah pribadi Petrus dan para penerusnya yaitu Paus
Roma. Hal ini dapat berakibat fatal apabila tidak ada penentu dari setiap
ajaran iman yang ada, dengan demikian maka setiap orang akan berpegang pada
opini pribadi untuk membenarkan apa yang dia yakini dan hal ini tentu tidak
akan menjadi tanda kesatuan ajaran Kristen.
Sifat ajaran Gereja Katolik adalah tetap dan tak akan pernah
berubah, kedua ciri khas ini menggambarkan pula pribadi Kristus sebagai
Pendirinya yang konsisten. Disinilah peran penting Pribadi Paus ikut serta
dalam menentukan dan menetapkan suatu ajaran. Dalam tahun-tahun permulaan
berdirinya Gereja, yaitu 5 abad pertama. Para Paus dipandang sebagai seorang
yang mempunyai wibawa yang memimpin dan mengajarkan iman dan moral.
Seperti halnya, St. Petrus (33-67), memimpin sinode
pertama Gereja di Yerusalem. Ia menyatakan bahwa orang-orang non-Yahudi dapat
diterima ke dalam Gereja tanpa perlu disunat.
Paus ke-2, St. Linus (67-76), dikenal sebagai orang
yang berperan dalam pengembangan kaum klerus dan pembagian tugas dan fungsi
mereka.
Paus ke-10, St. Pius I (140-155), ia menolak dengan
tegas bidaah agnotisisme (yang mengingkari adanya kebenaran) dan menetapkan
proses penentuan tanggal Paskah.
Paus ke-11, St. Anisetus (155-166), menekankan
Perayaan Paskah sebagai perayaan yang utama dalam Kekristenan.
Paus ke 20, St. Fabianus
(236-50), berperan penting dalam pembagian kota Roma, ia mengutus tujuh
diakon ke berbagai tempat untuk memberitakan Injil disana, Kekristenan pun
dalam masa kepemimpinannya mengalami periode yang relatif aman dari
penganiayaan Kaisar Diokletianus.
Paus ke-26, St. Feliks I (269-274), menegaskan
ajaran bahwa Kristus adalah sungguh Allah sungguh manusia, memiliki dua kodrat
dalam satu pribadi.
Paus ke-33, St. Silvester
(314-35), mengutus Uskup Hosius dari Cordoba untuk memimpin Konsili Nicea
untuk menghadapi ajaran sesat yang dipimpin oleh Arius. Beserta Pater Vitus dan
Pater Vinsensius yang menandatangani dekrit Konsili Nicea dalam nama “Gereja Roma dan Gereja-gereja seluruh Italia, Spanyol dan
seluruh Barat”.
Paus ke-35, St. Julius I (337-352),
menetapkan bahwa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember.
Paus ke-37, St. Damasus I (366-384), menentukan
kitab-kitab yang dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci dan menolak beberapa
kitab untuk dimasukkan ke dalam Kanon Kitab Suci (contohnya “injil” Thomas, “injil” Maria Magdalena, “injil”
Petrus, Wahyu kepada Paulus, Apokrifa
Yakobus, Apokrifa Yohanes, Kisah Petrus dan Kedua Belas Rasul, dll). Ia
memerintahkan St. Hieronimus untuk menerjemahkan Kitab Suci berbahasa Yunani ke
dalam Bahasa Latin dengan nama Vulgata. Kitab-kitab yang ditentukan oleh Paus
St. Damasus ke dalam Kanon Kitab Suci adalah Kitab Suci Katolik dengan Deuterokanonika yang merupakan Kitab Suci yang rasuliah, yang
berasal dari zaman para rasul.
Dari nama beberapa Paus diatas, terlihat bahwa Para Paus
memiliki peran penting dalam hal menetapkan atau menolak ajaran-ajaran yang ada,
dalam konteks ini Paus dapat melakukan seluruh hal tersebut karena Paus
memiliki Kuasa Tidak Dapat Salah
dalam hal mengajar iman dan moral. Ini sudah pernah dibahas, silahkan klik link ini. Disini sungguh terbukti janji
Kristus kepada GerejaNya, “Dan engkau Petrus diatas batu karang ini, Aku
mendirikan GerejaKu dan alam maut tak akan menguasainya (Mat 16:18)”.
Daftar Paus Gereja Katolik dapat dilihat disini.
Dominus illuminatio mea!