Teresa Neumann lahir pada tanggal 8
April 1898 di Konnersreuth, Jerman dari sebuah keluarga Katolik yang terbilang
miskin. Suatu ketika, saat umurnya menginjak 20 tahun, ia melihat kebakaran
hebat yang melanda sebuah pabrik didekat rumahnya dan bermaksud untuk menolong
warga setempat yang berusaha untuk memadamkan api. Namun, malah ia yang menjadi
korban, yang mengakibatkan cedera yang parah pada syaraf tulang belakangnya
sehingga ia harus merelakan kedua kakinya lumpuh dan matanya mengalami buta
total. Teresa kemudian melewati hari-harinya dengan berdoa dan bermeditasi. Di kemudian hari, ia juga bergabung di Ordo Ketiga Fransiskan.
Namun secara ajaib, ia mengalami kesembuhan. Ketika waktu itu ia bersama dengan
Pater Naber (salah seorang Pastor di tempat tinggalnya), menurut sang Pastor, "ketika itu Teresa menggambarkan kepadanya sebuah penglihatan, dimana ia
(Teresa) melihat sebuah cahaya terang yang berbicara kepadanya apakah ia mau
disembuhkan namun Teresa berkata kepada cahaya tersebut bahwa hasilnya akan
sama saja apabila dia disembuhkan, tetap sama seperti itu atau bahkan meninggal
dunia. Saat itu pula, cahaya tersebut membalas bahwa ia akan menerima sebuah
sukacita kecil berupa penyembuhan yang berasal dari Allah namun setelah itu
akan tetap menerima banyak penderitaan di masa yang akan datang."
Setelah peristiwa tersebut, hidup Teresa
berubah drastis. Kira-kira setahun kemudian dia menerima stigmata di bagian
jantung dan kedua telapak tangannya dan mulai saat itu, ia berpuasa penuh
selama 36 tahun hingga ajalnya, sehingga makanan satu-satunya hanyalah Tubuh
Kristus.
Setiap hari sepanjang hidup Teresa dengan setia, Pater Naber membawakan baginya Komuni. Pater Naber pun kagum akan spiritualitas dan semangatnya untuk berpuasa sehingga ia pun menulis: “Di dalam diri Teresa, janji Allah tergenapi: “Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan Darah-Ku benar-benar minuman.” Dan karena hal ini pihak Nazi yang berkuasa di Konnersreuth pun, menarik jatah makannya dan memberikan kepadanya jatah untuk sabun, dua kali lipat untuk mencuci pakaiannya dan berbagai keperluan lainnya seperti handuk, karena setiap hari Kamis menjelang Jumat saat sengsara Yesus dimulai hingga pada hari Minggu, Teresa akan mengalami keadaan ekstasi yang mengakibatkan tubuhnya bersimbah darah. Melihat fenomena ini, pemimpin Nazi yaitu Adolf Hitler terkesan segan kepada Teresa.
Setiap hari sepanjang hidup Teresa dengan setia, Pater Naber membawakan baginya Komuni. Pater Naber pun kagum akan spiritualitas dan semangatnya untuk berpuasa sehingga ia pun menulis: “Di dalam diri Teresa, janji Allah tergenapi: “Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan Darah-Ku benar-benar minuman.” Dan karena hal ini pihak Nazi yang berkuasa di Konnersreuth pun, menarik jatah makannya dan memberikan kepadanya jatah untuk sabun, dua kali lipat untuk mencuci pakaiannya dan berbagai keperluan lainnya seperti handuk, karena setiap hari Kamis menjelang Jumat saat sengsara Yesus dimulai hingga pada hari Minggu, Teresa akan mengalami keadaan ekstasi yang mengakibatkan tubuhnya bersimbah darah. Melihat fenomena ini, pemimpin Nazi yaitu Adolf Hitler terkesan segan kepada Teresa.
Teresa secara
keseluruhan mempersembahkan sendiri dirinya dan penderitaannya karena dengan
penderitaan ini, Allah menurunkan tangan bagi para pendosa yang ingin bertobat.
Setiap kali dia dipanggil untuk mendampingi seseorang yang sedang sekarat, dia
akan menjadi saksi dalam pengadilan jiwa orang tersebut dan itu selalu terjadi
saat orang tersebut meninggal dunia.
Gereja setempat pun dengan tekun
mempelajari apa makna dibalik puasa yang dilakukan oleh Teresa dan dengan
petunjuk dan arahan dari Uskup Keuskupan Ratisbonne dapat disimpulkan bahwa
“makna dari puasa Teresa adalah untuk menunjukkan kepada seluruh dunia, nilai
yang begitu berharga dari Ekaristi Kudus, untuk membuat dunia mengerti bahwa
Kristus sungguh-sungguh hadi dalam roti Ekaristi dan bahwa hidup manusia
nyatanya dapat bertahan dengan Ekaristi Kudus.” Dia pun akhirnya wafat pada tanggal 18 September 1962.
Teresa dalam keadaan Ektasi dan menerima stigmata |
Berikut sepenggal kisah dari Teresa Neumann dalam hubungan eratnya dengan Ekaristi, semoga menguatkan Iman pembaca sekalian. Dominus illuminatio mea!