Misa Latin Tradisional/ Misa Tridentina |
Banyak umat Katolik zaman sekarang, yang kini tidak
mengenal lagi Misa Latin Tradisional (Usus Antiquor atau Tridentina), dengan
mendengar namanya saja orang-orang akan berpikir bahwa Misa Latin Tradisional
adalah Misa yang kuno dan sudah tidak dirayakan lagi setelah Konsili
Vatikan II sehingga yang dirayakan oleh Gereja Latin hanyalah Misa Forma Novus
Ordo dan menghapus keberadaan Misa Tridentina. Dalam artikel ini akan dibahas
mengenai perbedaan dari kedua format Misa tersebut dalam Perayaan Ekaristi.
1) Misa Tridentina/Usus Antiquor (Forma
Ekstraordinaria)
Misa Tridentine adalah tata cara perayaan Ekaristi
yang dirayakan oleh Gereja Roma sebelum Konsili Vatikan II, yang dipromulgasikan
setelah Konsili Trente (1545-1563). Liturgi Misa Tridentina sendiri telah masuk
dalam edisi 1570-1962 didalam Roman Missal, berdasarkan Bulla Quo Primus oleh
Paus Pius V.
2) Misa Novus Ordo (Forma Ordinaria)
Misa Novus Ordo adalah tata cara Perayaan Ekaristi
yang dirayakan oleh Gereja Roma setelah Konsili Vatikan II, yang
dipromulgasikan oleh Paus Paulus VI salah satu dari 4 Paus Pemimpin Konsili
Vatikan II. Terbentuknya Misa Forma Novus Ordo ini dilatar belakangi oleh
kejadian sekitar abad 19-20 yang dimana pada masa tersebut, terjadilah sebuah
gerakan liturgis yang menuntut terjadinya keikutsertaan awam dalam Liturgi
Gereja. Untuk maksud partisipasi umat secara aktif inilah, Konsili Vatikan II,
Konstitusi tentang Liturgi (Sacrosanctum Concillium/ SC), menetapkan
bahwa di samping bahasa Latin, dimungkinkannya digunakannya bahasa setempat/
vernakular dimana Perayaan Ekaristi dirayakan (lih. SC 36), agar umat dapat
memahami makna perayaan Ekaristi dengan lebih mudah dan mendalam (karena Misa
Tridentina hanya menggunakan Bahasa Latin dalam perayaannya).
Sehingga terjadilah perkembangan dari Misa Tridentine
ke Misa Novus Ordo, maka
penyesuaian liturgi dinyatakan dalam Konstitusi tentang Liturgi, Sacrosanctum
Concilium, 50, Konsili Vatikan II menyatakan:
“Tata perayaan Ekaristi hendaknya ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga lebih jelaslah makna masing-masing bagiannya serta hubungannya satu dengan yang lain. Dengan demikian Umat beriman akan lebih mudah ikut-serta dengan khidmat dan aktif. Maka dari itu hendaknya upacara-upacara disederhanakan, dengan tetap mempertahankan hal-hal yang pokok. Hendaknya dihilangkan saja semua pengulangan dan tambahan yang kurang berguna, yang muncul dalam perjalanan sejarah. Sedangkan beberapa hal, yang telah memudar karena dikikis waktu, hendaknya dihidupkan lagi selaras dengan kaidah-kaidah semasa para Bapa Gereja, bila itu nampaknya memang berguna atau perlu.”
Perbedaan umum
antara Misa Tridentine dan Misa Novus Ordo
Secara umum, terdapat dua perbedaan
secara ‘ordinari’ (bagian yang tidak berubah) dan proper (bagian yang berubah)
antara Misa Tridentine dan Novus Ordo. Pertama, secara ordinari dapat dilihat
dengan jelas bahwa Misa Tridentina begitu banyak memohon doa dari para Malaikat
dan orang kudus (seperti yang tercantum dalam doa tobat ‘versi Tridentine’) dan
banyak pula mengisi hampir dari struktur Perayaan Ekaristi dengan doa-doa yang
diambil dari kitab Mazmur (seperti doa dikaki Altar) dan dinyatakan begitu
ekspresif oleh pelayan Liturgi. Sedangkan dalam Misa Novus Ordo, Perayaan
Ekaristi begitu terfokus kepada Allah Trinitas dan amat sedikit menyebut nama Maria,
para Malaikat dan orang kudus meskipun tidak seluruhnya dan terkesan bahwa
Novus Ordo lebih sederhana daripada dari Misa Tridentina.
Misa Novus Ordo oleh Paus Fransiskus |
Sedangkan secara proper, pada Misa Tridentine hanya terdapat dua
bacaan, satu dari surat- surat para Rasul di Perjanjian Baru (cth Kisah Para
Rasul, Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika) dan satu lagi yang
diambil dari ke 4 kisah Injil. Misa Tridentine pun hanya menggunakan satu
siklus bacaan setahun. Sedangkan pada Novus Ordo, dalam Perayaan Ekaristi
mingguan terdapat 3 bacaan, satu dari Perjanjian Lama, kedua dari surat-surat
para Rasul dalam Perjanjian Baru dan ketiga diambil dari ke 4 Kisah Injil dan
didalam Misa Novus Ordo terdapat tiga jenis siklus bacaan (Tahun A,B,C) yang
digilir dalam selang 3 tahun. Hal ini untuk mendukung penyesuaian kalender
liturgis agar sesuai dengan masa/ perayaan yang sedang diperingati secara
keseluruhan.
Selanjutnya yaitu mengenai tata
cara hadap-imam dalam Perayaan Ekaristi yang dalam Forma Tridentina (menghadap
ke Timur/Tabernakel) sedangkan Novus Ordo (menghadap ke arah umat beriman),
dalam konteks ini Paus
Paulus VI dalam Konstitusi Apostolik Missale Romanum (silahkan
klik), menjelaskan bahwa prinsip dasar direvisi tata cara Missale adalah
agar:
1) Ritus Misa disusun dengan
seksama agar dapat mengekspresikan dengan lebih mendalam lagi hal-hal kudus yang
terkandung didalamnya.
2) Ritus Misa direvisi sehingga
hakekat dan maksud dasar dari bagian-bagiannya, dan juga hubungan antara
bagian-bagian tersebut, dapat lebih jelas dinyatakan dan sehingga partisipasi
khidmat dan aktif dari umat beriman dapat tercapai dengan lebih mudah.
3) Harta Rohani dalam Kitab Suci
dibukakan dengan lebih limpah, sehingga kekayaan ini dapat disampaikan kepada
umat dalam liturgi Sabda.
4) Sebuah ritus untuk
konselebrasi harus disusun dan dimasukkan ke dalam Missale.
Maka pembaharuan liturgi yang
dilakukan oleh Paus Paulus VI ini bertujuan agar umat dapat semakin mendalami
dan sekaligus aktif dalam doa-doa Liturgi Gereja. Perubahan arah hadap Imam
sendiri, tidak disebutkan secara eksplisit dan juga tidak ditegaskan apakah hal
tersebut adalah mutlak dan tidak bisa diubah oleh Missale Romanum. Namun
perubahan arah hadap imam ini baru dapat disimpulkan setelah kita membaca PUMR
(Pedoman Umum Missale Romawi) yang menjelaskan lebih lanjut, baik sikap imam
(lih. PUMR, 124) maupun tata perletakan altar (PUMR, 299).
Perihal mengenai imam menghadap
ke altar/ tabernakel memang terkesan mencerminkannya sebagai pemimpin ibadah
dan atas nama umat mempersembahkan kurban kepada Allah. Namun dengan posisi
imam menghadap ke umat, juga sesungguhnya tidak mengubah kaedah tersebut. Setelah
promulgasi Misa Novus Ordo ini,
Paus Paulus VI tetap mengizinkan Misa Latin Tradisional dirayakan di berbagai
tempat termasuk Inggris dan Wales. Dua imam kudus yang terkenal, St. Josemaria Escriva dan St. Padre Pio juga masih tetap
merayakan Misa Latin Tradisional hingga akhir hayatnya.
Selanjutnya, Paus Emeritus
Benediktus XVI dalam surat apostoliknya, Summorum Pontificum menegaskan bahwa pada intinya,
yang dikehendaki oleh Konsili Vatikan II adalah agar penghormatan yang khidmat
dari penyembahan ilahi harus diperbaharui dan disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang. Sehingga, harap diketahui bahwa kedua Tata Perayaan
Ekaristi Tridentine maupun Novus Ordo merupakan Tata Perayaan Misa yang sah
dalam Gereja Latin.
Paus Em. Benediktus XVI sendiri melalui Summorum
Pontificum tahun 2007 juga memberikan kemungkinan kepada perayaan misa
dengan cara Misa Tridentine (menurut Paus Pius V, 1570). Seperti yang
ditegaskannya “Karena
itu, adalah diijinkan untuk merayakan Kurban Misa mengikuti edisi tipikal dari
Misa Roma, yang dipromulgasikan oleh Beato Yohanes XXIII pada 1962 dan
tidak pernah dibatalkan (abrogated), sebagai suatu bentuk luarbiasa
dari Liturgi Gereja.”Yang artinya
adalah, Misa Tridentina dan Novus Ordo merupakan kekayaan luar biasa Liturgi
Gereja dalam Ritus Romawi, walaupun dirayakan dengan ekspresi yang berbeda,
namun keduanya berasal dari ritus Romawi yang sama. Karena kedua perayaan
Ekaristi yang berasal dari zaman Kristus dan para Rasul.
Di Indonesia, Perayaan Misa pada umumnya dilakukan dengan Misa Paulus VI/Novus Ordo, namun seperti telah disebutkan di atas, tidak mengurangi penghormatan ataupun makna Misa Kudus, tetapi malah ingin menjadikannya menjadi semakin agung walaupun diadakan dengan lebih sederhana.
Demikian, semoga ulasan singkat ini bermanfaat. Dominus illuminatio mea!
Di Indonesia, Perayaan Misa pada umumnya dilakukan dengan Misa Paulus VI/Novus Ordo, namun seperti telah disebutkan di atas, tidak mengurangi penghormatan ataupun makna Misa Kudus, tetapi malah ingin menjadikannya menjadi semakin agung walaupun diadakan dengan lebih sederhana.
Demikian, semoga ulasan singkat ini bermanfaat. Dominus illuminatio mea!