Musik telah menjadi bagian dalam sejarah
keselamatan umat Allah dan sangat banyak sekali didalam kitab Perjanjian Lama
kita membaca peran musik yang begitu penting semisal dalam hal memuji Allah
yang sangat banyak terdapat didalam kitab Mazmur. Mzm 57:7-8 “Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau
bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku
mau membangunkan fajar. Contoh tokoh dalam kitab
suci yang memainkan Alat Musik adalah Daud yang memuji Allah dengan kecapi
Gereja Perdana sendiri sudah mengenal
musik, terutama nyanyian dan musik instrumental. Dalam Perjanjian Baru, kita
bisa melihat Yesus dan Para Rasul menyanyikan kidung “Hallel” sesudah merayakan Perjamuan Paskah (bdk. Mat 26:30, Mrk 14:26). Praktik musik nyanyian Gereja Perdana sendiri sudah
ditegaskan dan dilakukan oleh para Rasul seperti didalam Surat Kolose atau
Efesus ( Kol 3:16, Ef 5:19). Di pihak lain Gereja Katolik tetap mempertahankan
madah-madah yang ditetapkan oleh Gereja Perdana seperti madah (Favorit saya
yang begitu membuat bulu kuduk merinding pada malam Paskah dan Malam Natal) “Gloria
in Excelsis Deo” yang pada abad ke-2 yang
ditetapkan oleh Paus St. Telesphorus dan“Te Deum” yang diciptakan oleh Santo Agustinus.
Musik-musik Gereja sangat berkembang
pesat hingga akhirnya pada abad ke-7, Paus St. Gregorius Agung (590-604) menyusun
tata lagu-lagu gregorian untuk keperluan Misa Kudus dan ibadat harian. Pada
abad ke-9 mulai berkembang nyanyian polifoni . Pada Konsili Trente, ditetapkan
peraturan agar para uskup menghindari mencampurkan nyanyian dan musik Gereja
dengan nyanyian dan alat musik yang tidak sesuai dengan Kekristenan.
Pada abad ke-20, Paus St. Pius X mengeluarkan
dokumen Tra le Sollecitudini dengan tujuan untuk
menjadi kitab undang-undang tentang musik Gereja.Kemudian pada Konsili Vatikan
II dalam dokumen Konstitusi Sacrosanctum Concilium no. 112 menyatakan, “Tradisi musik Gereja semesta merupakan
kekayaan yang tak terperikan nilainya, lebih gemilang dari ungkapan-ungkapan
seni lainnya, terutama karena nyayian suci yang terikat pada kata-kata merupakan
bagian Liturgi meriah yang penting atau integral.” Tra le Sollecitudini dan Sacrosanctum Concilium menyatakan untuk pertama kalinya
bahwa musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Liturgi Gereja.
Dominus illuminatio mea!
Dominus illuminatio mea!