Kanonisasi Paus Yohanes XXIII & Paus Yohanes Paulus II bagian II


Allah selalu memanggil manusia didalam kekudusan. “Menjadi kudus bukanlah keistimewaan beberapa orang namun panggilan bagi semua orang” demikianlah yang diungkapkan oleh Paus Fransiskus. Orang-orang yang telah menjaga kekudusan hidupnya dikukuhkan oleh Gereja sebagai saksi bahwa kesucian bukanlah suatu hal yang mustahil untuk di manifestasikan didalam hidup. Para kudus merupakan saksi dari semuanya itu. Bunda Gereja dengan sukacita menyambut dua putra agungnya yang semasa hidupnya telah duduk di Takhta St. Petrus dan kini diangkat menjadi santo: Yohanes XXIII & Yohanes Paulus II. Melihat begitu besarnya peran dua santo ini didalam hidup Gereja, dimana Paus Yohanes XXIII dalam karyanya yaitu Konsili Vatikan II dan Paus Yohanes Paulus II sebagai seorang yang mencoba menyebarkan pesan dari Konsili Vatikan II ditengah-tengah Gereja, dalam menyongsong Millenium III.

Berikut adalah sejarah hidup dari “Lolek” (panggilan sapaan masa kecil St. Yohanes Paulus II).
Karol Josef Wojtyla, beginilah nama asli dari sang santo, yang lahir pada 18 Mei 1920 di Wadowice, sebuah kota di sebelah barat daya Kota Krakow, Polandia. Ia dibaptis oleh Romo Franciszek Zak. Masa kecilnya dipenuhi dengan kedukaan yang mendalam. Ibunya yang bernama Emilia Kaczorowska meninggal saat usianya 8 tahun dan kakak tertuanya, Edmund Wojtyla meninggal pada saat ia berusia 12 tahun. Benih panggilannya mulai tumbuh saat ayahnya meninggal akibat serangan jantung. Waktu itu Lolek masih berusia 20 tahun. Sepeninggal ayahnya, saya semakin sadar akan jalan kebenaran. Saya yakin benar kalau Tuhan memanggil saya“ urainya dalam sebuah memoir. Pengalaman unik pada masa kecil Lolek ialah ia pernah bekerja sebagai buruh penggalian batu. 

Hal lainnya yang merupakan memori mendebarkan dalam diri seorang Karol Wojtyla, yakni saat pihak Nazi Jerman mengejar-ngejar dan hendak menangkapnya. Sehingga ia memutuskan untuk mengungsi ke pastoran Keuskupan Agung Krakow hingga perang berakhir, inilah momen yang tepat bagi Wojtyla untuk memurnikan panggilannya.

Imannya sebagai Katolik semakin diuji manakalah kaum Nazi semakin gencarnya menjajah Polandia. Perang yang berkecamuk mengembleng pilihan kepada sebuah pilihan hidup khusus yakni menjadi seorang imam. Di sinilah ia merasakan dan memaknai panggilan hidup yang berasal dari Tuhan sendiri. Pada akhir musim gugur pada tahun 1942, Karol Wojtyla semakin sadar akan panggilan hidupnya untuk menjadi seorang imam, sehingga ia mulai belajar di seminari “bawah tanah” yang dicetus oleh Kardinal Adama Stefan Sapieha di Keuskupan Agung Krakow. Kemudian setelah menamatkan studinya di seminari tersebut, ia kemudia kembali studi teologi di Universitas Jaghellonica, Krakow dan ditahbiskan menjadi imam diosesan pada 1 November 1946 oleh Uskup Agung Krakow.

Kemudian Romo Karol ditahbiskan menjadi menjadi Uskup Agung Krakow oleh Paus Paulus VI. Mgr Karol merupakan salah seorang pemikir yang handal di Konsili Vatikan II sehingga cukup disegani oleh para Uskup yang hadir saat itu, karena keikutsertaannya pada Konsili Vatikan II, ia pun diangkat menjadi Kardinal. Saat Paus Yohanes Paulus I wafat; ia ikut serta dalam konklaf untuk memilih paus baru dan pilihan Tuhan jatuh padanya, sehingga Kardinal Karol menjadi Paus ke- 264 Gereja Katolik dengan nama Yohanes Paulus II.

Ensiklik pertama yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II adalah Redemptor Hominis pada 15 Maret 1979 dan yang terakhir ialah Ecclesia de Eucharistia pada 17 April 2003 dengan tujuan untuk menghidupkan kembali penyembahan terhadap Sakramen Ekaristi. Selama menjabat sebagai Paus, ia telah mengeluarkan 14 Ensiklik, 15 Nasihat Apostolik, 11 Konstitusi Apostolik, dan 45 Surat Apostolik. Selain itu tercatat, Yohanes Paulus II melakukan 482 kanonisasi dan memimpin 147 beatifikasi dari 1.338 beato-beata yang diangkatnya.

Selama menjadi Paus,  telah terjadi berbagai peristiwa yang menggemparkan dunia, salah satu diantaranya ialah pada tanggal 13 Mei 1981, ia hampir tewas akibat ditembak Mehmet Ali Agca dan memberikan teladan yang mencengangkan, saat ia menjenguk Ali Agca di penjara Rebibbia dan seusai berbincang-bincang dengannya, ia berkata “Ketika berbicara dengannya saya anggap ia adalah seorang saudara yang sudah saya ampuni dan saya percayai sepenuhnya.”

Jejak Paus Yohanes Paulus II di Indonesia
Kebahagiaan besar menyelimuti hati umat Katolik Indonesia, yang 25 tahun lalu menjadi saksi hidup kehadiran Paus Yohanes Paulus II (YP II) di bumi Nusantara ini. Tepatnya 9-14 Oktober 1989. Begitu mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, YP II lansung mencium bumi Nusantara. Inilah tanda cinta, berkat dan penghormatannya kepada Indonesia.

YP II di Indonesia
Besarnya cinta YP II terhadap Indonesia mulai terbaca, sejak Bapa Suci itu mempersiapkan diri di Vatikan sebelum melawat ke Indonesia. Seorang imam Indonesia, yang saat itu terngah studi di Roma, RD Suratman Gito Wiratma dipanggil secara khusus. Bapa Suci memintannya untuk mengajari bahasa Indonesia yang akan dipakai dalam Liturgi Ekaristi selama di Indonesia. Menurut Romo Suratman, Paus menerimanya di studio Takhta Suci. “Saya mengajar liturgi ekaristi dalam bahasa Indonesia, prefasi, aklamasi, dan lain-lain, selama satu jam perhari. Saya mengajar hanya dua hari.”

Di bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin 9 Oktober 1989, YP II disambut dengan upacara kenegaraan setelah turun dari pesawat Korean Airline yang menerbangkannya dari Seoul. Pada kesempatan pertama, YP II disambut oleh Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Yang menarik, Bapa Suci memberikan souvenir berupa kotak kecil berisi Rosario kepada Ny. Tien Soeharto. Spontan Ibu Tien membukanya dan mengalungkan Rosario itu dilehernya selama pertemuan. Dalam pertemuan itu, Bapa Suci mengungkapkan kekagumannya akan falsafah Pancasila. Hal menarik dalam Pancasila menurut dia, adalah nilai toleransi sesama umat beragama.

Setelah itu, YP II memimpin Perayaan Ekaristi di Stadion Utama Senayan, Jakarta yang dihadiri sekitar 120 ribu umat Katolik dari Keuskupan Agung Jakarta, Bogor, Bandung, Lampung, Sumatra Selatan dan Kalimantan. Selama memimpin misa, Paus memakai bahasa Indonesia. Sementara, khotbah dalam bahasa Italia, diterjemahkan langsung oleh konselebran utamanya, Mgr Leo Soekoto SJ, Uskup Agung Jakarta. Dalam khotbahnya, Paus mengingatkan agar umat Katolik Indonesia menjadi putra-putri yang tangguh dan warga Indonesia sejati. “Dia juga menyerukan pentingnya kerukunan antar-umat beragama. (Dikutip dari tulisan Norben Syukur dengan beberapa pengubahan)

Memasuki awal tahun 2005, kesehatan Bapa Suci terus menurun dan pada akhirnya ia menghembuskan nafas yang terakhir 2 April 2005. Dunia merasakan kehilangan yang begitu mendalam, tak henti-hentinya umat Kristen dari seluruh dunia mendoakan Paus Yohanes Paulus II. Lapangan Santo Petrus menjadi penuh dengan pelayat dari penjuru dunia, yang masing-masing memiliki tujuan untuk melihat jasad Paus yang terakhir kalinya. Tak henti-hentinya massa yang berkumpul di lapangan karya Bernini tersebut meneriakkan “Santo subito! Santo subito! Santo subito!” agar sang Paus segera dinyatakan sebagai santo. Misa requiem dipimpin oleh Kardinal Joseph Ratzinger (Paus Emeritus Benediktus XVI). Dihadiri lebih dari 200 delegatus resmi, serta perwakilan dari semua agama besar di dunia. Pemakaman itu dihadiri langsung oleh 250.000 hingga 300.000 orang.


Tanda-tanda kekudusan dari Paus Yohanes Paulus II mulai menyerbak, salah satu diantaranya berkat perantaraan YP II, Sr Maria Pierre Simon sembuh dari penyakit Parkinson. Karena mukjizat ini, Paus Benedktus pun menandatangi dekrit yang diperlukan untuk beatifikasi dan menyebut YP II sebagai Venerabilis. Paus Yohanes Paulus II dinyatakan sebagai Beato pada 1 Mei 2011. Pada 5 Juli 2013, mukjizat terjadi pada Floribeth Mora Diaz dari kota San Jose Costa Rica, yang sembuh dari penyakit aneurisma celebral yang disebabkan oleh pelebaran dinding pembuluh arteri di otak, setelah berdoa lewat perantaraan YP II. Tidak sedikit orang yang menyebut Yohanes Paulus II, sebagai “Kristus” sendiri karena tindakannya yang benar-benar mencerminkan tindakan seorang Kristen, ia mengasihi begitu banyak orang dan bahkan ia mengampuni orang yang hampir membunuhnya. Sehingga melihat Paus Yohanes Paulus dinyatakan sebagai santo pada 27 April 2014, seakan membuat kita tidak perlu bertanya kembali.
Dominus illuminatio mea!

Deklarasi Penggelaran Kudus kepada Paus Yohanes XXIII & Yohanes Paulus II


Bahasa Latin
Ad honorem Sanctæ et Individuæ Trinitatis,
ad exaltationem fidei catholicæ
et vitæ christianæ incrementum,
auctoritate Domini nostri Iesu Christi,
beatorum Apostolorum Petri et Pauli ac Nostra,
matura deliberatione præhabita
et divina ope sæpius implorata,
ac de plurimorum Fratrum Nostrorum consilio,

Beatos Ioannem XXIII et Ioannem Paulum II

Sanctos esse decernimus et definimus,
ac Sanctorum Catalogo adscribimus,
statuentes eos in universa Ecclesia
inter Sanctos pia devotione recoli debere.
In nomine Patris et Filii et Spiritus Sancti.
AMEN! AMEN! AMEN!

Bahasa Inggris
For the honor of the Blessed Trinity, the exaltation of the Catholic faith and the increase of the Christian life, by the authority of our Lord Jesus Christ, and of the Holy Apostles Peter and Paul, and our own, after due deliberation and frequent prayer for divine assistance, and having sought the counsel of many of our brother Bishops, we declare and define

Blessed John XXIII and John Paul II

to be Saints and we enroll them among the Saints, decreeing that they are to be venerated as such by the whole Church. In the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit.
AMEN! AMEN! AMEN!

Bahasa Indonesia
Demi menghormati Allah Tritunggal Mahakudus, untuk membangkitkan Iman Katolik dan meningkatkan hidup Kristiani, dengan otoritas Tuhan kita Yesus Kristus, dan Para Rasul kudus, Petrus dan Paulus, dan dengan selalu memohon pertolongan Tuhan dan mempertimbangkan pendapat saudara-saudara Kami, para Uskup, Kami menyatakan dan menetapkan

Beato Yohanes XXIII dan Yohanes Paulus II

sebagai Santo, dan Kami mencantumkan namanya di daftar para Orang Kudus, supaya di seluruh Gereja Universal, ia dihormati di antara para Orang Kudus. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.

AMIN! AMIN! AMIN!

Sancte Johannes XXIII, ora pro nobis!
Sancte Johannes Pauli II, ora pro nobis!
Saint John XXIII, pray for us!
Saint John Paul II, pray for us!
Santo Yohanes XXIII, doakanlah kami!
Santo Yohanes Paulus II, doakanlah kami!

Dominus illuminatio mea!

Berita Katolik: Kanonisasi Paus Yohanes XXIII & Yohanes Paulus II Bagian I

Umat Gereja Universal dengan penuh gegap gempita, berkumpul pada hari ini di lapangan Santo Petrus, Vatikan (27/04/2014) yang bertepatan dengan hari Minggu Kerahiman Ilahi. Paus Fransiskus akan menyematkan gelar santo kepada dua pendahulunya yaitu, Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II. Maka secara khusus, blog Katolisitas Indonesia akan membagikan riwayat hidup singkat dari dua Paus yang kudus ini.


Paus Yohanes XXIII yang bernama asli Angelo Giuseppe Roncalli ini lahir di Sotto I’ll Monte, kota kecil di Provinsi Bergamo, Italia, 25 November 1881. Ia merupakan anak keempat dari 13 saudara, yang juga anak laki-laki pertama dari pasangan Giovanni Battista Roncalli dan Marianna Giulia Mazzolla. Sejak masa kecilnya, hatinya sudah jatuh cinta pada panggilan imamat sehingga dengan menjalani studinya untuk mengabdikan diri sebagai imam, ia lalu ditahbiskan sebagai Imam Keuskupan Bergamo pada 10 Agustus 1904. Ia berkarya sebagai Pastor Paroki Santa Maria di Monte Santo, Italia.

Pada 1925, Paus Pius XI mengangkatnya menjadi Uskup Agung TitulerAreopolis. Ia memilih motto obedientia et pax, ketaatan dan kedamaian. Berselang enam tahun, Roncalli resmi menjadi Delegatus Apostolik Bulgaria. Pada 1934, Roncalli diutus menjadi Delegatus Apostolik untuk Negara Turki dan Yunani dan pada saat yang sama pula, gelar episkopalnya diubah menjadi Uskup Agung Tituler Mesembria. Setelah Paus Pius XII wafat, Roncalli mengikuti konklaf. Pada saat konklaf berlangsung, Roncalli bukanlah kandidat yang dianggap kuat untuk menduduki Takhta Petrus. Namun realita berkata lain, Roncalli terpilih sebaga paus pada 28 Oktober 1958, saat berusia 77 tahun dan memilih nama Yohanes XXIII. Selama masa pontifikalnya, Paus Yohanes XXIII membentuk Komisi untuk Revisi Kitab Hukum Kanonik dan begitu dekat dengan umat. Sebagai Uskup Agung Roma, ia kerap melakukan kunjungan pastoral ke paroki-paroki yang ada di wilayah Keuskupan Agung Italia.

Jejak Yohanes XXIII di Nusantara
Vtikan menyambut Presiden RI pertama Soekarno pada Kamis pagi, 14 Mei 1959. Ia bersua dan berbincang dengan Paus Yohanes XXIII di ruang Clement VIII Pax V. Sebelumnya, Soekarno juga pernah berkunjung ke Vatikan menemui Paus Pius XII, pada 13 Juni 1956. Hubungan Paus Yohanes XXIII dengan Indonesia tak sampai di situ. Melalui Dekrit Quod Christus Adorandus, 3 Januari 1961, Paus Yohanes XXIII meresmikan pendirian Hirarki Episkopal Gereja Katolik di Indonesia. Peresmian Hirarki Episkopal ini merupakan pengakuan Takhta Suci terhadap Gereja Katolik Indonesia, karena telah mampu berdikari. 


Sejak saat itu, 20 vikariat apostolik dan tujuh prefektur apostolik ditingkat menjadi keuskupan yang mempunyai wewenang penuh mengatur penggembalaan di wilayahnya, ke dalam enam provinsi gerejani; Keuskupan Agung Medan, Jakarta, Semarang, Pontianak, Makassar, dan Ende. Pada kemudian hari, dimekarkan menjadi Keuskupan Agung Merauke (1966), Kupang (1989), Palembang (2003), dan Samarinda (2004). Nama asli dari Paus Yohanes XXIII, Angelo Giuseppe Roncalli juga diabadikan sebagai nama rumah retret di Salatiga, Jawa Tengah. Rumah Retret Roncalli ini berdiri pada 1968. Rumah retret ini dirintis Br Carlo Hillenaar FIC dan Br Joachim van der Linden FIC. Selain itu, nama paus ini juga diabadikan oleh Seminari Tinggi Interdiosesan “Beato Giovanni XXIII” Malang, Jawa Timur. Sejak 15 Agustus 1988, seminari tinggi ini menjadi interdiosesan, artinya menjadi tanggungjawab beberapa keuskupan: Surabaya, Denpasar dan Malang. Selain tiga keuskupan ini, beberapa keuskupan juga mengirim para calon imamnya untuk dididik di seminari ini. (Y. Prayogo).

Napak tilas Pontifikal
Beato Yohanes XXIII selama masa kepausannya tercatat telah menerbitkan 47 konstitusi apostolik, 14 Motu Proprio dan delapan ensiklik: Ad Petri Cathedram (1959), Sacerdotii Nostri Primordia, Grata Recordatio (1959), Princeps Pastorum (1959), Mater et Magistra (1961), Aeterna Dei Sapientia (1961), Paenitentiam Agere (1962), Pacem in Terris (1963) dan salah satu karya besarnya ialah Konsili Vatikan II. Secara tidak terduga, pada 1959 sekitar tiga bulan menjalani masa pontifikalnya, Paus Yohanes XXIII mencetuskan Konsili Vatikan II. Melalui Konsili Vatikan II, Santo Yohanes XXIII telah membuka jendela-jendela Gereja, agar dunia dapat melihat kebenaran yang terdapat didalam Gereja Katolik dan sebaliknya Gereja diajak keluar untuk berdialog dengan perkembangan zaman, aneka budaya, agama dan kemiskinan. Ada tiga sasaran yang mau dicapai melalui konsili ini, yakni pembaruan rohani dalam terang Injil, penyesuaian Gereja dengan masa sekarang (aggiornamento) serta menanggapi tantangan-tantangan zaman, dan pemulihan persekuan umat Kristen.

Konsili yang dicetus oleh Santo Yohanes XXIII ini, berlangsung dalam empat sesi persidangan. Sesi pertama digelar pada 11 Oktober – 8 Desember 1962. Sesi kedua pada 29 September – 4 Desember 1963. Sesi ketiga diadakan pada 14 September – 21 November 1964. Dan sesi terakhir digelar 14 September – 8 Desember 1965, yang menghasilkan 16 Dokumen: empat konstitusi, sembilan dekrit dan tiga deklarasi.


Santo Yohanes XXIII tidak mengikuti Konsili Vatikan dari awal hingga akhir karena ia wafat saat memasuki persiapan sidang kedua, 3 Juni 1963. Paus Yohanes XXIII wafat pada usia 81 tahun. Seperti perkiraan banyak orang sebelumnya, masa pontifikalnya amatlah singkat. Ia wafat karena kanker perut yang telah di rahasiakannya. Sebelum ia wafat, dalam beberapa penampilan ia sudah terlihat pucat. Sehari setelah setelah Yohanes XXIII wafat, Vaticanista John L. Allen Jr. menulis di Koran Italia Gazzeta del Popolo “Suatu hari nanti sebutan Bapa Suci bagi Yohanes XXIII tak hanya melekat sebagai gelar Paus, melainkan secara kanonik. Kita berharap, tak seorang pun akan merasa menuntut pembuktian suatu mukjizat yang dibutuhkan untuk kanonisasinya, seperti dilansir ncronline.org”.

Pembukaan proses beatifikasi Paus Yohanes XXIII didahului oleh persetujuan Vatikan atas mukjizat yang dialami Suster Caterina Capitani. Sr Caterina ialah seorang biarawati asal Italia berusia 22 tahun dan tergabung dalam Kongregasi Putri Kasih (PK), yang mendadak menderita sakit dibagian perut dan ulu hatinya. Dokter yang saat itu merawatnya telah memberi peringatan keras agar menjaga kondisi badan dan menyuruh dia beristirahat total. Namun, Sr Caterna justru semakin giat dalam karya kerasulan dan melayani orang sakit. Dua tahun kemudian, dokter menyatakan, pancreas dan limpanya tidak berfungsi baik, sehingga harus dilakukan operasi. Sr Caterina pun menjalani operasi dengan didampingi oleh gambar Paus Yohanes XXIII. Sembilan hari setelah operasi, kondisi Sr. Caterina membaik. Namun, selang beberapa hari kondisi kesehatannya malah memburuk. Pada saat-saat kritis itu, seorang suster yang merupakan rekan dari Sr Caterina membawakan relikwi Paus Yohanes XXIII berupa kain. Lalu, kain tersebut diletakkan di perut Sr Caterina. Pada suatu ketika, Sr Caterina merasakan ada sebuah tangan yang menjamah perutnya. Saat kesadarannya menurun, ia juga melihat sosok seperti Paus Yohanes XXIII berdiri dan tersenyum didekatnya. Setelah peristiwa itu, Sr Caterina dinyatakan sembuh total.

Melalui mukjizat yang dialami oleh Sr Caterina inilah proses beatifikasi Paus Yohanes XXIII dibuka. Pada 3 September 2000, Paus Yohanes Paulus II memberikan gelar beato kepada pendahulunya in. Setelah upacara beatifikasi, jenasah Paus Yohanes XXIII dipindahkan dari pemakaman di ruang bawah tanah Basilika St. Petrus ke makam baru yang juga berada dalam basilika besar ini.

Tiga belas tahun kemudian, Jumat 5 Juli 2013, Paus Fransiskus merestui kanonisasi Paus Yohanes XXIII, tanpa mukjizat. Bila didengar berita ini sangat mengherankan, karena pada umumnya, proses kanonisasi harus disertai denan mukjizat. Juru bicara Vatikan, Pater Federico Lombardi SJ mengatakan, kanonisasi paus ini berkaitan dengan peringatan 50 tahun Konsili Vatikan II dan kesucian paus ini juga “tidak diragukan lagi”. Maka Paus Fransiskus akan menggelar upacara kanonisasi pada Hari Minggu Kerahiman Ilahi, 27 April 2014. Bersamaan dengan Paus Yohanes Paulus II.
Dominus illuminatio mea!

Doa Regina Caeli (Ratu Surga)


Ketika sebelumnya kita mendaras Doa Angelus (Malaikat Tuhan) untuk mengenang misteri inkarnasi Kristus diluar Masa Paskah pada jam 06:00, 12:00, 18:00; dengan memasuki Masa Paskah ini kita mendaraskan Doa Regina Caeli (Ratu Surga) yaitu doa yang diucapkan menggantikan doa Angelus pada waktu yang sama pula. Doa ini didoakan selama Masa Paskah. Dari Minggu Paskah hingga Minggu Pentakosta. Berikut ini adalah teks doa Regina Caeli dalam dua bahasa:

Bahasa Indonesia:

Ratu surga, bersukacitalah, alleluya.
Sebab Ia yang sudi kau kandung, alleluya.
Telah bangkit seperti dikatakan-Nya, alleluya.
Doakanlah kami pada Allah, alleluya.
Bersukacitalah dan bergembiralah, Perawan Maria, alleluya.
Sebab Tuhan sungguh telah bangkit, alleluya.

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau telah menggembirakan dunia dengan kebangkitan Putra-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus. Kami mohon, perkenankanlah kami bersukacita dalam kehidupan kekal bersama Bunda-Nya, Perawan Maria. Demi Kristus, pengantara kami. Amin.

Bahasa Latin:

Regina caeli, laetare, alleluia:
Quia quem meruisti portare, alleluia,
Resurrexit sicut dixit, alleluia.
Ora pro nobis Deum, alleluia.
Gaude et laetare, Virgo Maria, alleluia,
Quia surrexit Dominus vere, alleluia.

OremusDeus, qui per resurrectionem Filii tui, Domini nostri Iesu Christi, mundum laetificare dignatus es: praesta, quaesumus; ut, per eius Genetricem Virginem Mariam, perpetuae capiamus gaudia vitae. Per eundem Christum Dominum nostrum. Amen.

Dominus illuminatio mea!

Pesan Paskah 2014 Paus Fransiskus dalam Berkat Urbi et Orbi

Berikut ini adalah teks terjemahan tidak resmi bahasa Indonesia, mengenai pesan Paus Fransiskus dalam berkat "Urbi et Orbi " ( B. Latin untuk 'kota dan dunia') yang dibaca oleh Sri Paus di balkon tengah Basilika Santo Petrus.

"Saudara-saudari yang terkasih, selamat Paskah!

Gereja di seluruh dunia menggemakan pesan malaikat kepada para wanita: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 28:6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring." (Mat 28:5-6).


Ini adalah puncak dari Injil, ini adalah Kabar Baik yang sempurna: Yesus yang disalibkan bangkit! Peristiwa ini adalah dasar dari iman kita dan harapan kita. Jika Kristus tidak dibangkitkan , Kekristenan akan kehilangan makna terdalamnya; seluruh misi Gereja akan kehilangan dorongan, maka inilah titik dari mana ditetapkan pertama kali dan terus berlanjut. Pesan yang dibawa seorang Kristen ke dunia ini adalah: Yesus, cinta yang menjelma, mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita , tetapi Allah Bapa membangkitkan dia dan menjadikannya Allah bagi yang hidup dan mati. Di dalam Yesus, kasih telah menang atas kebencian, pengampunan atas dosa, kebaikan atas kejahatan, kebenaran atas kepalsuan, hidup atas kematian.

Itulah sebabnya kita memberitahu semua orang: "Datanglah dan lihat!" Dalam setiap situasi manusia, yang ditandai dengan kelemahan, dosa dan kematian; Kabar Baik bukanlah sebatas kata-kata, tetapi kesaksian cinta tanpa syarat dan setia, hal ini adalah tentang meninggalkan diri kita di belakang dan menjumpai orang lain, menjadi dekat dengan mereka yang tertimpa masalah hidup, berbagi dengan orang yang membutuhkan, berdiri di sisi orang sakit, orang-orang tua dan yang terbuang. "Mari dan lihatlah !": Cinta itu lebih kuat, cinta memberi kehidupan, cinta membuat harapan menjadi mekar di padang gurun .

Dengan sukacita keyakinan dalam hati kami, hari ini kami beralih kepada Engkau, ya Tuhan yang bangkit!

Tolonglah kami untuk mencari Engkau dan untuk menemukan Engkau, untuk menyadari bahwa kami memiliki Bapa dan tidak sendirian; bahwa kami dapat mencintai dan menyembah Engkau.
                                                                                      
Tolonglah kami untuk mengatasi bencana kelaparan, yang diperburuk oleh konflik dan oleh pemborosan besar yang merupakan tanggung jawab kami.

Mampukan kami untuk melindungi mereka yang rentan, terutama anak-anak, perempuan dan para orang tua, yang kini dieksploitasi dan ditinggalkan.

Mampukan kami untuk merawat saudara-saudara kami yang dikejutkan oleh wabah Ebola di Guinea Conakry, Sierra Leone dan Liberia, dan untuk merawat mereka yang menderita begitu banyak penyakit lain, yang juga menyebar melalui pengabaian dan kemiskinan yang parah.

Hiburlah semua orang yang tidak dapat merayakan Paskah ini dengan orang yang mereka cintai, dikarenakan secara tidak adil mereka dirobek dari kasih sayang terhadap mereka, seperti banyak orang, para imam dan awam, yang diberbagai belahan dunia telah diculik.

Hiburlah mereka yang telah meninggalkan negeri mereka sendiri, untuk bermigrasi ke tempat-tempat yang menawarkan harapan untuk masa depan yang lebih baik, dan kemungkinan hidup bagi kehidupan mereka dalam martabat dan, tak jarang, secara leluasa memeluk iman mereka.

Kami mohon pada-Mu, Tuhan Yesus, untuk mengakhiri semua perang dan setiap konflik , baik besar atau kecil, kuno atau baru .

Kami berdoa secara khusus untuk Suriah, bagi mereka yang mengalami dampak dari konflik, sehingga dapat menerima bantuan kemanusiaan yang mereka perlukan dan tidak ada lagi pihak yang akan menggunakan kekuatan mematikan, terutama terhadap penduduk sipil yang tak berdaya, melainkan berani menegosiasikan perdamaian yang telah lama dinantikan dan tertunda begitu lama!

Kami mohon pada-Mu untuk menghibur para korban tindak kekerasan perang saudara di Irak, dan untuk mempertahankan harapan dimulainya kembali perundingan antara Israel dan Palestina.

Kami mohon untuk mengakhiri konflik di Republik Afrika Tengah dan menghentikan serangan brutal teroris di beberapa bagian Nigeria dan tindak kekerasan di Sudan Selatan .

Kami memohon agar seluruh pihak mewujudkan rekonsiliasi dan kerukunan bersaudara di Venezuela.

Dengan kebangkitan-Mu, yang pada tahun ini kami rayakan bersama-sama dengan Gereja yang mengikuti kalender Julian, kami mohon kepada-Mu untuk mencerahkan dan menginspirasi para inisiator, yang mempromosikan perdamaian di Ukraina sehingga semua pihak terlibat, dengan dukungan dari komunitas internasional, akan membentuk setiap upaya untuk mencegah kekerasan dan didalam semangat persatuan dan dialog, memetakan jalan bagi masa depan Negara.

Tuhan, kami berdoa kepada Engkau untuk semua bangsa di Bumi: Engkau yang telah menaklukkan kematian, anugerahkan hidup-Mu bagi kami, berilah kami damai!

Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari situs resmi Vatikan.

Tanda-tanda Alam dalam Penyelamatan Umat Manusia

Begitu banyak tanda-tanda alam yang terjadi, dan beberapa diantara kita menginterpretasikan hal tersebut seperti sebuah pertanda akan sesuatu hal yang akan terjadi, entah buruk maupun baik bahkan ada yang menggambarkannya sebagai suatu pertanda dari Tuhan. Tanda-tanda alam yang terjadi seolah-olah membawa manusia kepada suatu bayangan akan peristiwa yang terjadi dikemudian hari. Sehingga setiap orang yang mampu membaca tanda-tanda alam sadar bahwa ia harus berjaga-jaga. Didalam peristiwa penyelamatan, tidak hanya sekali Allah menuntun manusia kepada keselamatan dengan menggunakan tanda-tanda alam.



Dengan penuh belas kasih, Allah menuntun bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan dengan menggunakan begitu banyak perbuatan yang mencengangkan mata orang Israel, untuk membuat mereka percaya bahwa Allah telah memilih bangsa Israel sebagai bangsa pilihan yang amat dikasihi oleh-Nya. Seperti tiang awan dan tiang api yang Allah gunakan untuk membawa bangsa Israel menuju tanah Kanaan (Neh 9:12). Ini menunjukkan bahwa Allah membuat tanda-tanda alam untuk menunjukkan eksitensi diri-Nya.

Drama penebusan umat manusia oleh Tuhan Yesus Kristus, membawa manusia kepada pertobatan dan kesadaran diri. Sesuatu yang amat kecil dipakai oleh Allah untuk membuat Petrus sadar bahwa Ia telah mengkhianati Allah, berkokoknya ayam menggenapi apa yang telah dikatakan Yesus kepada Petrus; “Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Mat 26:34). “Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.” (Mat 26:75). Sekali lagi, tanda-tanda alam menghantar manusia kepada proses introspeksi diri.
Petrus menjadi sadar akan perbuatannya dan percaya akan kerahiman Kristus dan ia, sembari menyesal menyadari bahwa hubungan dengan Allah masih bisa diperbaiki. 

Yang ingin saya garisbawahi disini ialah berkokoknya ayam sebagai sebuah tanda alam. Apabila melihat lebih jauh dalam misteri sengsara dan wafat Yesus. Saat Yesus menundukkan kepala-Nya,  “Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal, bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. “ (Mat 27:51-53). Secara besar-besaran, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia melalui kisah wafat Yesus dengan tanda-tanda alam. Tentu ada suatu alasan tertentu mengapa Tuhan menciptakan manusia berdampingan dengan alam. Dengan ini manusia sadar akan hikmat akal budi dan kebijaksanaan yang telah Allah karuniakan kepada manusia, untuk mencari Dia dengan melihat tanda-tanda alam.

Dominus illuminatio mea!

Tips Mengikuti Misa Tri Hari Suci dengan baik

Berikut Katolisitas Indonesia bagikan beberapa tips bagi saudara/I sekalian yang hendak mengikuti Misa Trihari Suci. Seperti yang diketahui bersama bahwa Tri Hari Suci merupakan puncak dari Liturgi Gereja Katolik. Pada hari tersebut kita mengenangkan Kristus yang merayakan Perjamuan Terakhir bersama para murid-Nya , Kristus yang wafat di kayu Salib dan Kristus yang bangkit pada Hari Paskah. Kendala yang seringkali dihadapi adalah beberapa umat Katolik tidak mempersiapkan diri sebelum menyambut Tri Hari Suci dengan baik. Maka berikut tips-tips yang mungkin dapat direnungkan agar bisa mengikuti Misa Tri Hari Suci dengan baik:

1.  Trihari Suci merupakan sebutan dari kesatuan dari tiga hari perayaan Paskah, yaitu Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah. Kamis Putih dan Paskah adalah Perayaan Ekaristi sedangkan Jumat Agung adalah Ibadat. Hal ini perlu diperhatikan karena pada hari Jumat Agung tidak ada peristiwa Konsekrasi, dan sangatlah baik untuk mengikuti ketiga-tiganya.

2. Bagi Anda yang tinggal di kota besar, mohon perhitungkan kemungkinan macet dan hujan. Pastikan Anda datang lebih awal. Jangan menyusahkan petugas tata tertib dan umat lain dengan sistem “booking/titip tempat duduk”. Gereja adalah rumah Allah, bukan restoran dimana kita bisa seenaknya memesan tempat duduk. Jangan menyisakan bangkut di deret depan, penuhilah bangku-bangku di deret depan terlebih dahulu.

3. Jika Anda membawa anak yang belum menerima komuni (termasuk balita), persiapkan mereka dengan sebaik-baiknya. Karena anak kecil cenderung tidak dapat menahan lapar dan haus. Bawalah makanan kecil dan minuman yang secukupnya untuk dikonsumsi anak Anda.

4. Ingat ketika Misa yang kita temui adalah Kristus sendiri. Kenakanlah pakaian yang pantas dipandang, tidak perlu mencolok dan mahal. Bagi kaum Pria dianjurkan untuk mengenakan kemeja atau jaket yang dianggap pantas hindari memakai kaus/T-shirt, celana jeans (bukan CELANA PENDEK) dan sepatu atau sepatu sandal. Sedangkan bagi wanita, kenakanlah pakaian yang pantas dan sopan, usahakan tidak memakai pakaian yang ketat, lengan terbuka dan rok mini (diatas lutut). Bila anda memiliki mantila (kerudung Misa) anda dapat mengenakannya, tidak perlu malu mendengar perkataan orang; mengenakan mantila adalah untuk Tuhan bukan manusia.

5. Setelah memasuki gedung gereja, usahakan untuk tidak mengobrol dengan sesama. Sadarilah akan Tuhan yang hadir dihadapan kita. Ada baiknya kita mengambil saat hening atau berdoa Rosario.

6. Usahakan sedapat mungkin untuk hadir dalam acara Tuguran Kamis Putih, ini merupakan saat-saat dimana kita menemani Yesus yang sedang berdoa di taman Getsemani.

6. Didalam Misa Malam Paskah terdapat bagian dimana kita memperbaharui janji baptis kita. Ucapkanlah dengan penuh penghayatan dan perlahan-lahan.

7. Umat yang mengambil tempat duduk di luar gedung gereja dan sulit untuk berlutut, dapat menggantikan sikap berlutut dengan berdiri (sebagai tanda hormat), dan bukan duduk.

8. Kita harus sadar bahwa Hosti yang kita terima adalah Tubuh Kristus sendiri dan bukan sekedar lambang. Maka terimalah dengan penuh penghayatan dan kerendahan hati yang amat mendalam. Kita dapat menerima komuni kudus dengan dua cara yaitu:
  • Dengan lidah sambil berlutut, berlutut satu kali lalu menerima dengan lidah atau membungkukkan badan lalu menerima dengan lidah (sangat dianjurkan)
  • Dengan tangan sambil terlebih dahulu membungkukkan badan.

9. Sebelum meninggalkan tempat duduk, pastikan Anda tidak meninggalkan sampah atau teks Misa maupun sampah di sekitar gedung gereja.

10. Bagi Anda yang mengendarai kendaraan pribadi. Jangan sampai keramaian ditempat parkir mengganggu damai yang telah Anda terima setelah Misa Kudus. Ingatlah bahwa Anda telah menyantap komuni kudus. Anda sedang membawa Kristus dalam diri anda.

Silahkan dibagikan! Semoga bermanfaat!

Selamat Paskah! Dominus illuminatio mea!

Kerendahan Hati yang Agung di Minggu Palma

Genderang sukacita teriakan “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” menghantar Yesus memasuki kota yang ditangisinya, Yerusalem. Dengan gembira laki-laki dan perempuan, tua, muda dan anak-anak berlari menyongsong Yesus. Mereka melambai-lambaikan tangan mereka, berloncat-loncat dengan gembira bahwa Messias telah datang dan hadir diantara mereka untuk menyelamatkan mereka. Terlihat daun palma yang mereka lambaikan ke arah Yesus, para warga yang dengan sengaja melepaskan pakaian mereka ditanah untuk dilalui oleh Yesus. 


Mereka berteriak “Hosanna” sambil melambaikan daun Palma untuk seseorang yang akan mereka salibkan lima hari kemudian. Yesus yang datang sebagai Raja memasuki kota kemenangan bukan dengan mengendarai sebuah kereta kerajaan dan kuda jantan yang perkasa., tapi seorang keledai betina. Dengan para murid yang menemaninya didalam arak-arakan kemenangan. Bukan dengan mengacungkan sebuah pedang tanda kekuatan seorang raja namun dengan ranting pohon palma. Pekan suci telah berada didepan mata; dengan memasuki Minggu Palma, Gereja telah memasuki masa sengsara Yesus.

Sukacita “Hosanna” yang ada di Yerusalem seolah-olah sirna begitu saja, ketika mereka berteriak dengan lantang “Salibkan Dia!”. Masuknya Yesus ke dalam Yerusalem menghantar Yesus pada detik-detik penderitaan yang akan dialaminya sebentar lagi. Dengan menunggangi seekor keledai Yesus masuk ke dalam Yerusalem. Dengan memikul sebuah salib beberapa hari kemudian ia menaiki puncak gunung Golgota. Yesus telah disalibkan oleh ciptaan-Nya sendiri. Dengan diiringi sorak sorai terlihatlah sekelebat wajah-wajah yang penuh kebencian dan iri hati dari para ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang diarahkan kepada Yesus. Mereka berpikir seakan-akan bencana telah masuk ke dalam Yerusalem.

Yesus melihat perbuatan rakyat-Nya hanya bisa tersenyum simpul dengan hati yang teriris cambukan, mendengar suara kegembiraan yang segera digantikan dengan teriakan kebencian. Dengan demikian tergenapilah yang dinubuatkan dalam kitab suci “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." (Zakharia 9:9). Yesus yang menunggangi seekor keledai melambangkan bahwa Ia datang sebagai Raja Damai. Didalam tradisi timur keledai merupakan lambang binatang yang damai, tidak seperti kuda, yang melambangkan binatang peperangan. Karenanya, seorang raja akan datang menunggangi kuda jika hendak berperang dan naik keledai jika hendak menunjukkan bahwa ia datang dengan damai. Ia membawa sukacita besar ketengah-tengah Yerusalem bahwa penyelamat telah tinggal diantara mereka untuk membawa pembebasan mereka dari dosa. Yesus memilih menggunakan keledai. Selain untuk menggenapkan apa yang dinubuatkan nabi Zakharia, Yesus sebenarnya menyampaikan pesan kepada orang banyak yang menyambutnya. Ia adalah Mesias tetapi Dia bukanlah mesias yang sesuai dengan harapan bangsa Israel. Yesus tidak akan memimpin bangsa itu untuk melakukan peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel. Ia datang untuk memberikan keselamatan kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Yesus adalah utusan Bapa supaya barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Yesus memasuki Yerusalem dengan kerendahan hati.

Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (2:6-8) menjelaskan “Walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Yesus sebagai Allah telah dengan bebas hadir dalam sengsara manusia, Ia menggabungkan dirinya sendiri didalam sifat lemah kita. Sehingga seolah olah jika tindakan kerendahan hati ini tidaklah cukup, Ia lebih jauh lagi merendahkan diri-Nya sendiri, menerima status sebagai seorang budak. Tindakan-Nya membungkuk untuk mencuci kaki murid-murid-Nya (Yoh 13) adalah perumpamaan dari kehadiran utuh manusia -Nya, atas tindakan ini dianggap sangat tidak bermartabat bahkan budak Israel tidak dipaksa untuk melakukannya.

Tapi bukan hanya itu. Yesus tidak dipaksa untuk melakukannya. Ia secara sukarela merendahkan diri-Nya didalam kelahiran-Nya, didalam karya pelayanan-Nya, di dalam kematian-Nya. Tidak ada seorang pun yang menggambil nyawa-Nya. Ia dengan sukarela menyerahkan nyawa-Nya sendiri (Yoh 10:18). Orang lain tidak mempunyai kesempatan untuk merendahkan diri-Nya; Ia merendahkan dirinya sendiri. Dengan kerendahan hatinya, Yesus telah menjadi Adam kedua. Ia telah memperbaiki sifat angkuh dan sombong dari Adam dan Hawa, yang tidak taat dan dengan angkuhnya ingin menjadi seperti Allah. Yesus mengundang kita untuk menjadi rendah hati seperti-Nya untuk menyadari bahwa hati yang angkuh tak akan meninggikan seseorang sedikit pun.

Dominus illuminatio mea!

Kebiasaan Menyelubungi Salib dan Patung dalam Masa Prapaskah V


Hari Minggu Prapaskah I adalah permulaan memasuki Masa Suci terhormat selama 40 hari berpuasa seperti Yesus. Hal ini nyata dalam teks Doa Pembuka, Doa Persembahan, dan Prefasi hari Minggu yang bersangkutan.

Apa yang dikenal di masa lampau dengan Minggu Sengsara (Dominica de Passione) kini menjadi Minggu Prapaskah V. Masa lampau dilihat sebagai persiapan dekat menjelang saat-saat penting sengsara dan wafat Tuhan, sehingga bacaan Misa lebih dikaitkan dengan kisah sengsara Tuhan. Namun, kini setelah Konsili Vatikan II seluruh masa Prapaskah sudah diatur rapi sebagai langkah-langkah perjalanan Tuhan melalui sengsara dan wafat menuju kebangkitan-Nya, sehingga tidak secara eksklusif menampilkan lagi sebagai hari Minggu sengsara, tetapi Minggu Prapaskah V seperti pada ritus Ambrosiana (bdk. PTLPL No. 88).

Kebiasaan menyelubungi Salib dan semua patung tetap dianjurkan. Kebiasaan ini muncul sejak Abad XIII dan diberi arti oleh Uskup Wilhelmus Durand (Uskup Mende, Perancis) sebagai tanda bahwa Kristus pada saat sengsara-Nya menyembunyikan keilahian-Nya sesuai dengan isi bagian terakhir dari Injil hari Minggu itu: “…akan tetapi Yesus menyembunyikan diri dan keluar dari kenisah” (Rationale Divinorum Officiorum No. 34). Para penerbit Misale Schott sebelum Konsili Vatikan II melihat dasar pemahamannya pada kenyataan betapa Tuhan kita sedemikian merendahkan diri dan sekaligus mengajak kita sekalian meresapkan di hati misteri Sang Penebus yang tersalib. Calendarium Romanum pada bagian komentar menjelaskan:
“Mulai sekarang dan seterusnya, Salib dan lukisan/patung orang kudus tidak diselubungi, kecuali bagi wilayah-wilayah keuskupan yang merassa bermanfaat memelihara kebiasaan ini; pada hari-hari terakhir Masa Prapaskah hendaknya umat beriman dibimbing untuk berkontemplasi mengenai misteri penderitaan Tuhan.”
Penegasan setelah Konsili Vatikan II dikemukakan dalam surat edaran “Perayaan Paskah dan Persiapannya”, 16 Januari 1988 (Seri Dokumen Gereja No. 71) sebagai berikut:
“Kebiasaan memberi selubung kepada salib-salib dalam gereja sejak Minggu Prapaskah ke-5, dapat dipertahankan, bila diperintahkan demikian oleh Konferensi Waligereja. Salib- salib tetap terselubung sampai akhir liturgi Jumat Agung, tetapi patung dan gambar sampai awal perayaan Malam Paskah.” (PPP No.26).
Hari-Hari Minggu selama Masa Prapaskah
Tata Bacaan Injil yang didukung oleh Bacaan I dan II serta rumusan doa-doa dan nyanyian merupakan kesatuan tematis yang sengaja disusun sedemikian ruma untuk menyukseskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai Gereja bagi umat berimannya selama Masa Prapaskah. Tema pengaturan yang mendukung penghayatan ini nyata sebagai berikut: Tahun A lebih mengenai tahap-tahap pembaptisan; Tahun B lebih bercorak Kristosentris dan Tahun C lebih diarahkan kepada pertobatan. Namun, demikian kemungkinan memilih bacaan dari Tahun A sangat diajurkan bagi paroki yang mengadakan tahap-tahap akhir masa katekumenat, sebab isi bacaan (Minggu III-IV-V) merupakan renungan khusus tentang Sakramen Pembaptisan yang berasal dari Sacramentum Gelasium Vetus, Abad VIII (bdk. PPP, No. 71). Urutan tema sebagai berikut:

Minggu Prapaskah III: Dialog antara Yesus dan perempuan Samaria di sumur Yakob. “Barangsiapa minum air … tak pernah akan haus lagi.” Teks ini mau menjelaskan tentang dinamika hidup sebagai ciptaan baru berkat Sakramen Pembaptisan (bdk. Yoh 4:5-42).

Minggu Prapaskah IV: Orang yang lahir buta (bdk. Yoh 9:1-41). Para katekumen yang hidup dalam kegelapan mendapatkan terang. Tuhanlah yang memilih mereka dan menerangi mereka.

Minggu Prapaskah V: Pembangkiitan Lazarus (bdk. Yoh 1:1-45). Setiap orang yang dibaptis akan dibangkitkan oleh Kristus ke dalam hidup baru.

Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan di Hadirat-Nya aku berdiri). Disadur dari "Memaknai Perayaan Liturgi Sepanjang Satu Tahun" karya Pater Bosco da Cunha O.Carm

Doa kepada Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel


Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, jadilah pengharapan kami terus menerus.
Maria, murid Tuhan yang sempurna, buatlah kami juga setia kepada-Nya.
Maria, kusuma Karmel, penuhilah kami dengan sukacitamu.
Perawan Maria, keindahan Karmel, tersenyumlah pada kami yang mencintaimu.
Bunda Karmel yang lemah lembut, peluklah kami sebagai putra/i-mu.
Maria, Ibu yang tiada bandingnya, ingatlah selalu akan anak-anakmu.
Perawan suci, bintang samudra, jadilah lampu mercusuar bagi kami.
Kerudung yang melindungi, lindungilah kami dengan mantol cintamu.
Maria yang dikandung tanpa noda, doakanlah kami yang memohon bantuanmu.

Marilah berdoa (B. Latin: Oremus)
Bapa yang Mahakuasa, pandanglah kami anak-anak-Mu dan topanglah kami dengan kekuatan-Mu. Semoga kami, yang menghormati Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, senantiasa bergembira atas perlindungannya yang tak pernah gagal. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
 
Toggle Footer
Top