Oleh Rm. Anthony Teolis, C.PP.S. dari CATHOLIC DIGEST yang diterjemahkan oleh PM
Banyak pesta Maria yang populer berasal dari liturgi
Katolik Ritus Timur, terutama dari Gereja Yunani. Memang, melihat dari dekat
doa-doa yang digunakan oleh Ritus Romawi dalam setiap kesempatan untuk
menghormati Bunda Maria memperlihatkan bahwa kebanyakan hanya merupakan
pernyataan kembali yang diterjemahkan dari doa-doa Ritus Timur. Liturgi
Bizantium, khususnya, kaya akan himne-himne Maria, syair-syair pujian, dan
doa-doa. Hal yang sama juga dapat dikatakan dari Gereja-Gereja Ethiopia dan
Syria.
Namun tidak semua Gereja-Gereja Katolik Byzantium
dan Gereja-Gereja Ortodoks berbagi pesta-pesta Maria yang sama. Beberapa khusus
untuk Gereja atau kelompok etnis tertentu. Karenanya pesta-pesta yang
dipelihara di sini adalah yang paling banyak dirayakan. Melkite, contohnya,
memperingati pesta Romanus sang penyanyi, dan Rasul Ananias, pada tanggal 1
Oktober dan bukan merayakan pesta Maria berupa pesta Kerudung Pelindung Bunda
Maria. Selain itu, kebanyakan pesta-pesta Maria di Gereja-Gereja Timur
cenderung dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa sejarah atau dengan
penampakan-penampakan Maria.
Tidak mengherankan, banyak himne Maria yang indah,
kaya dalam tradisi dan devosi, dinyanyikan dengan puji-pujian dalam
Gereja-Gereja Tmur sebagai penghormatan Maria. Byzantium, contohya, memiliki
ratusan kontaks, atau doa-doa pendek berdasarkan Kitab Suci, dan ribuan
tulisan-tulisan yang menghormati Bunda Maria. Semuanya itu menempati lebih dari
20 volume yang besar sekali. Masih terdapat pula lainnya, yang kini hilang atau
tidak diedit, yang mampu mengisi lebih banyak buku. Doa-doa liturgis Byzantium
terbanyak berisikan kemuliaan dan pujian kepada Bunda Maria, sama halnya dengan
Misteri-Misteri Rosario dari Ritus Romawi.
Komposer lagu-lagu Maria di Timur
yang terkenal meliputi S. Gregorius dari Cappadocia, S. Yohanes Krisostomus dan
S. Efraim, pujangga dan penggubah himne-himne Maria yang pertama.
Salah satu ekspresi devosi Maria yang paling
terkenal dari Gereja Timur adalah Himne Akathistos. Bagian-bagiannya dilagukan
dalam gereja-gereja Ritus Byzantium pada empat hari Sabtu Pertama dari Masa
Pra-Paskah, dan keseluruhan lagu himne tersebut dinyanyikan pada hari Sabtu
kelima, atau Sabtu Akathistos. Karya agung epik yang panjang ini, demi
menghormati peristiwa Kabar Gembira, mengisi hampir 30 halaman dari pamflet
yang normal. Ketika himne ini dinyanyikan seluruhnya, umat diperbolehkan duduk
hanya selama tiga interval dari lagu tersebut, yang dimaksudkan agar umat
bernyanyi berdiri sebagai tanda kegembiraan dan pujian kepada Sang Perawan.
Tahun liturgis dari Gereja Timur dimulai pada 1
September dengan pesta Bunda Maria dari Miasena, dan bukan pada Minggu pertama
Advent, sebagaimana di Gereja Barat, atau Gereja Katolik Roma. Hari itu
memperingati penemuan kembali yang ajaib dari sebuah ikon Maria di danau biara
di Miasena, Armenia, sekitar tahun 850. Pada pesta ini, orang-orang berdoa
mohon perlindungan dan bimbingan khusus Maria.
Kerudung Pelindung |
Satu bulan kemudian, pada 1 Oktober, beberapa orang
Kristen Timur merayakan pesta Kerudung Pelindung Bunda Maria, yang berasal dari
tahun 910. Selama epidemik yang mengerikan di Konstantinopel, seorang pria
bernama Andrew, ketika berdoa di gereja, memperoleh penampakan dari Bunda
Allah, yang ditemani oleh S. Yohanes Pembaptis dan S. Yohanes Krisostomus.
Sementara melayang di atas tabernakel, Maria melepas
kerudung dari kepalanya dan membentangkannya seperti jika melindungi kota itu.
Sejak kejadian itu, wabah dilaporkan telah berakhir. Pesta ini, yang
memperingati perantaraan Bunda Maria, membawa juga kepada sebuah ikon khusus
yang dibuat tangan yang melukiskan kejadian yang terkenal itu.
Live-Giving Fountain |
Kepercayaan dan iman orang-orang Kristen Timur yang
dimiliki dalam kuasa Maria itu juga cukup terlihat pada hari Jumat setelah Paskah,
selama pesta Bunda Maria dari Life-Giving Fountain (Air Mancur Pemberi
Kehidupan). Doa-doa liturgis yang masih digunakan itu bercerita tentang
penampakan Santa Perawan yang disaksikan oleh Kaisar Leo I oada sebuah tempat
suci yang berlokasi dekat kota Konstantinopel tahun 474. Maria, sebagaimana
dikisahkan, menunjuk sebuah mata air kepada sang kaisar yang buta. Setelah
mencuci di sana, sang pria disembuhkan.
Beberapa waktu kemudian, Kaisar Justin membangun
sebuah gereja pada tempat yang sama. Dan berabad-abad kemudian, selama Perang
Dunia I, ribuan peziarah lokal pergi ke Life-Giving Fountain untuk memohon
perdamaian. Seringkali dijuluki sebagai “Lourdes dari Timur”, air tersebut
masih menarik orang-orang sakit dan lumpuh, yang seringkali datang ke sini
untuk berendam dan berdoa demi kesembuhan.
Secara historis, 11 Maret memperingati berdirinya
kota Konstantinopel oleh Kaisar Konstantin pada tahun 330. Dan segera setelah
berdiri, perayaan peringatan Konstantinopel mulai memasukkan Maria, yang
dikenal sebagai Pelindung Agung dari kota tersebut. Tidak hanya kota itu yang
didedikasikan kepada Bunda Maria, tetapi banyak gereja dan monumen yang indah
di sini yang juga dibangun untuk menghormatinya dengan nama mencolok, seperti
Yang Tak Bernoda, Penuh Rahmat, Penderma, Harapan Baik, dan Pembebas Dukacita.
Diyakini bahwa Konstantinopel menikmati perlindungan
khusus Maria dalam menghadapi serangan Persia pada tahun 625 karena devosi
rakyatnya pada jubah Maria, yang telah digantung di gereja Blakhernae sejak
tahun 473. Peringatan pengaruh khusus Maria pada tanggal 31 Mei ini juga
bersamaan dengan perayaan Kunjungan Maria kepada Elizabeth, sepupunya, di Ritus
Romawi.
Dalam tradisi Timur, Thanksgiving meresapi lagu
liturgis hari itu sebagaimana diperlihatkan dalam bagian berikut:
“Bunda Perawan, Penghibur umat manusia, engkau telah menganugerahkan jubah dan sabuk dari tubuh sucimu sebagai mantel pelindung atas kota. Melalui keibuanmu yang perawan, mereka tetap utuh, karena melalui engkau, alam dan waktu diperbarui. Karenanya, kami mohon dengan sangat kepadamu untuk memberikan keamanan ke kotamu dan untuk menunjukkan belas kasihan yang besar kepada jiwa-jiwa.”
Sebuah keyakinan akan Maria Diangkat ke Surga juga
telah berakar secara mendalam dalam hati orang-orang Kristen Timur. Setiap
tanggal 15 Agustus, pada kenyataannya, mereka merayakan pesta Tertidurnya
Perawan Suci. Meskipun kata “tertidur” secara literal mengacu pada “Sang
Perawan yang jatuh tertidur”, namun jelas dari doa-doa yang digunakan bahwa
pemohon sedang mengenang Maria Diangkat ke Surga karena “makam dan kematian
tidak dapat mempertahankan tidur Sang Bunda Allah.”
Akaftisi, atau vigili dan lagu tiap malam, khusus
dari biara-biara Oriental mendahului upacara Tertidurnya, yang itu sendiri
adalah puncak dari keseluruhan bulan yang didedikasikan kepada Sang Perawan.
Dan, di hampir setiap desa dan kota, para peziarah berdatangan ke gereja-gereja
dan tempat suci Bunda Maria pada saat ini untuk mencari bantuan dan
perlindungannya. Tahun liturgis Gereja-Gereja Timur berakhir
sebagaimana tahun itu dimulai, dengan sebuah pesta untuk menghormati Bunda
Perawan. Pada tanggal 31 Agustus, pesta Sabuk Bunda Maria memperingati tempat
bersemayamnya sabuk Maria dalam gereja Khalkoprateia tahun 940. Peninggalan
ini, konon, dibawa dari Yerusalem di zaman kuno sebagai salah satu dari pakaian
Maria yang jarang bersisa.
Sebagaimana terlihat dari masa ke masa dalam budaya,
sejarah, dan liturgi Timur, Gereja-Gereja Timur ini selalu memiliki cinta yang
mendalam dan personal untuk Perawan Maria. Namun, sama seperti kasih Allah yang
tidak terbatas, demikian juga, dalam dan abadinya rasa hormat dan pemujaan
Maria adalah umum untuk kebanyakan orang Katolik di seluruh dunia. Sementara
Katolik Roma dan tetangga Timur mereka tidak selalu setuju pada semua masalah,
Maria terus menjadi sumber persatuan dan harapan melampaui segala zaman.
Vivit Dominus in cuius conspectu sto.