Diterjemahkan dari
Catholic Answer Forum: My Witness by mardukm
Berikut ini adalah kesaksian dari mardukm seorang anggota Catholic Answers
Forum yang berasal dari Gereja Ortodoks Koptik dan kemudian menemukan kembali
persatuannya dengan Gereja Katolik. Kesaksian marduk tidak bernada polemis
(menunjukkan bahwa Ortodoksi Oriental khususnya Koptik adalah salah) melainkan
menunjukkan bahwa perbedaan antara Gereja Katolik khususnya tradisi Latin
dengan saudara-saudara terpisah di Timur sebenarnya tidaklah sebesar apa yang
kerap kali nampak. Marduk menunjukkan bahwa pembelajaran yang serius
menunjukkan bahwa perbedaan yang ada seringkali lebih mengarah kepada
kesalahpahaman yang selama berabad-abad menjadi semakin parah karena kurangnya
komunikasi dan semakin menebalnya prasangka. Harapan kami kesaksiannya dapat
membantu kita semua melihat persamaan dan perbedaan menjadi lebih jernih, dan
membantu kita semua menghayati Kekatolikan kita secara lebih baik lag
Keterangan Istilah:
Ortodoks Timur= Gereja-gereja Ortodoks yang mengakui 7 Konsili Oikumenis
pertama dan berada dalam persekutuan dengan Patriarkh Konstantinopel, serta
baru memisahkan diri dari Gereja Katolik sejak tahun 1054.
Ortodoks Oriental= Gereja-gereja Ortodoks yang memisahkan diri sejak Konsili
Chalcedon, dan karenanya juga disebut sebagai non-Chalcedonian. Termasuk ke
dalam Gereja-gereja ini adalah Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks
Syria.
Katolik Koptik= Salah satu dari 22 gereja otonom dalam persekutuan Gereja
Katolik. Gereja ini terdiri dari orang-orang Koptik yang kembali ke dalam
persekutuan Katolik.
Kristos Anesti!
(Kristus Bangkit!)
Saudara-saudari dalam Kristus
Beberapa waktu lalu, saya telah menerima
beberapa permintaan untuk menceritakan pengalaman perpindahan Gereja saja. Saya
selalu merasa enggan melakukannya karena merasa tidak punya cukup waktu untuk
itu. Bagaimanapun juga, perhatian utama saya adalah saya khawatir orang-orang
akan berpikir mengenai sesuatu yang salah dengan iman Ortodoks Koptik saya.
Namun, sejak saya kembali online sekitar dua minggu yang lalu, saya telah
menerima sejumlah permintaan melalui pesan pribadi atau e-mail (kebanyakan
adalah orang yang tak pernah saya temui di Catholic Answers Forum; saya menduga
mereka memiliki status ‘sekedar pembaca’ atau saya hanya tidak berjumpa dengan
mereka), mereka ini adalah orang-orang Timur, Oriental, dan Barat yang ingin
agar saya memberikan kesaksian tentang perpindahan saya.
Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.
Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.
Sebelum mulai, saya ingin menyampaikan suatu
pengamatan bahwa salah satu permintaan itu ada yang menyatakan “Saya belum pernah
menemui seorang Oriental yang berpengetahuan dan tampak Romawi seperti Anda.”
Dalam tradisi Koptik saya, belajar dipuji sebagai sarana yang penting untuk
mengenal Allah, secara istimewa adalah mempelajari Kitab Suci, Bapa-bapa
Gereja, dan kehidupan para kudus. Saya selalu berusaha untuk menjadi seorang
pelajar yang serius (sayangnya belakangan ini tidak, karena tanggung jawab
dunia nyata saya meningkat dengan sangat dramatis).
Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terlihat “Romawi”.
Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.
Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH.
Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik.
Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- “Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?”
Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terlihat “Romawi”.
Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.
Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH.
Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik.
Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- “Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?”
Hal semacam ini memiliki dampak yang besar dalam
perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik. Saya tak pernah melihat usaha
seorang Koptik Katolik untuk membujuk seorang Ortodoks Koptik berpindah Gereja,
namun saya telah menemui orang Ortodoks Timur melakukannya terhadap orang
Koptik, DAN bahkan seorang Ortodoks Timur yang berpindah ke Ortodoksi Oriental,
justru berusaha memaksakan pandangan Timur tertentu kepada saudara-saudara
non-Chalcedonian saya, khususnya mengenai pandangan yang berkaitan dengan
(walaupun tidak terbatas pada) penebusan, kesederhanaan Allah, dan padangan
non-ekumenis mereka terhadap Gereja Katolik.
Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.
Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.
Ortodoksi Timur telah memiliki terlalu banyak
anggota yang menunjukkan intoleransi, ketidaktahuan, dan kesombongan, daripada
buah-buah rohani kebaikan, pengertian, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Saya
memiliki kesan ini sejak saya masih seorang Ortodoks Oriental sebelum
perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik; sedih memang, hanya sedikit bukti
yang berkebalikan dengan hal itu telah saya lihat sebagai seorag Ortodoks
Oriental yang memiliki persekutuan dengan Roma.
Jadi apa yang memulai perjalanan saya kepada
Kekatolikan? Awalnya hanya perubahan sederhana dalam Liturgi Koptik yang hampir
tidak dirasakan perubahannya, yaitu penghapusan frase “kepala para Rasul” dari
gelar St. Petrus dan Paulus. saya ingin tahu alasan perubahannya, jadi saya
menyelidiki Bapa-bapa Gereja. Hal ini dimulai sebagai sekedar penelitian ilmiah
terhadap frase “kepala para Rasul” dalam Gereja perdana yang akhirnya mengantar
kepada penerimaan yang nyata dna penuh akan Kebenaran yang diajarkan oleh
Gereja Katolik.
Tentu saja ada hal-hal doktrinal yang memisahkan
Ortodoksi Koptik dari Gereja Katolik- berbeda dari Kekatolikan, dan lebih dekat
dengan Ortodoksi Timur, saya dapat menyebutkan sejumlah hal seperti:
Pengandungan Tanpa Noda Bunda Allah, Filioque, Api Penyucian, dan Kepausan
(sebagai masalah berbeda dari eklesiologi, karena eklesiologi Oriental lebih
serupa dengan eklesiologi Katolik daripada eklesiologi Ortodoks Timur)- saya
hanya menyebutkan hal ini karena hanya hal-hal itulah yang benar-benar bisa
disebut masalah (hal lain seperti ikon, penggunaan roti tak beragi untuk
Ekaristi, co-Mediatrik, dst. TIDAK TERMASUK).
Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.
Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.
1) Pertama dan terutama, dalam memahami
masalah-masalah tertentu, hendaklah selalu memilih penjelasan dari mulut kuda
dan bukan dari mulut sapi. Bedakan antara interpretasi yang mungkin dengan apa
yang pada dasarnya dimaksud oeh ajaran itu. Dengan kata lain, terimalah
ajaran-ajaran ini SEBAGAIMANA MEREKA ADA, bukan berdasarkan karikatur yang
dikenakan kepada ajaran-ajaran itu oleh para polemis. Hal ini membutuhkan
banyak pembelajaran dan pemahaman. Misalnya, mengenai masalah Filioque,
keberatan umum yang disampaikan adalah bahwa ajaran ini mengaburkan pembedaan
antara Pribadi Bapa dan Putera (beberapa polemic bahkan lebih jauh mengatakan
bahwa ajaran ini mengaburkan SEMUA Pribadi Trinitas). Bagaimanapun, penafsiran
semacam ini tidak dapat ditemukan dalam ajaran Gereja Katolik. Sebaliknya,
Gereja Katolik malahan SECARA TEGAS mengajarkan pembedaan diantara
Pribadi-pribadi Ilahi.
2) Dalam memahami sebuah masalah khusus,
hendaklah selalu membiarkan argumen mengalir sampai selesai. Pada satu titik ,
pihak lain tidak akan dapat menjawabnya. Terimalah kata akhir, terutama JIKA hal
itu logis. Misalnya, berkaitan dengan kepausan, tidak perduli dalam hal apa
diskusi (atau argumen) mengenai kepausan dimulai, hal itu selalu berakhir
dengan argumen dimana saya tidak pernah mendapatkan jawaban, “Kamu percaya akan
prinsip apostolik tentang kerekanan (i.e. sebuah badan yuridis dengan kepala
yuridis). lalu, apa yang membuatmu berpikir bahwa prinsip ini harus berhenti
pada tingkat Kepatriarkan? Tidakkah hal itu juga harus diterapkan pada Gereja
sebagai keseluruhan dan bukannya hanya pada Gereja-gereja lokal?” (Tentu, saya
mengakui bahwa retorika semacam itu akan gagal untuk meyakinkan seorang
Ortodoks Timur yang memiliki paradigm eklesiologi yang berbeda).
3) Saat menfsirkan suatu latar belakang sejarah,
pilihlah yang mengakomodasi SEMUA fakta. Hal ini membutuhkan kebijaksanaan.
Mislanya, dalam hal pendudukan Konstantinopel, biasanya orang-orang non-Katolik
akan menyalahkan Paus atas seluruh kejadian ini. Para polemis ini tidak pernah
memperdulikan bahwa Paus secara eksplisit melarang para prajurit perang salib
untuk pergi ke Konstantinopel sebelum pergi ke tanah suci, dan bahwa penyebab
langsung dari kehadiran tentara salib di Konstantinopel adalah seorang Yunani
dari Konstantinopel sendiri.
4) Pelajarilah para Bapa Gereja awal. Hal ini
memerlukan kesetiaan. Pembelajaran yang mendalam akan sejarah Gereja awal pada
millennium pertama akan menunjukkan kebenaran yang menuntun kita menjadi satu
sebagai Tubuh Kristus lagi. Pembelajaran ini akan menunjukkan semua Tradisi
Aposolik yang kita miliki bersama daripada apa yang umumnya kita pahami atau
salah pahami sebagai hal yang memisahkan kita.
5) Selalu menunda penilaian dan selalu mau untuk
mendekati suatu masalah sebagai murid. Hal ini membutuhkan pengendalian diri
dan kerendahan hati.
6) Selalu mau untuk mengakui bahwa Anda salah
ketika fakta-fakta menunjukkan kita salah. Hal ini memerlukan kerendahan hati.
7) Pastikan hati nurani bersih dari segala
tanda-tanda kemunafikan saat seseorang menuduh pihak lain atau semacanya. Hal
ini membutuhkan pengertian dan kerendahan hati. Inilah pendekatan batin yang
sungguh membantu saya. Semakin saya mampu melihat ke dalam dengan mata saya,
saya semakin memahami bahwa saya tidak memiliki dasar yang kuat untuk sebagian
besar, atau malah semua, kesalahpahaman saya mengenai Gereja Katolik. Misalnya,
mengenai Maria dikandung tanpa noda. Saya dulu (sebelum perpindahan saya)
pernah mengatakan kepada teman Katolik saya, “Jika pengandungan Maria tanpa
noda menghindarkan Maria dari kemampuan berdosa, maka hal itu menghindarkannya
dari kehendak bebas.” Ia menjawab, “Yesus tidak punya kemampuan berbuat dosa.
Apakah kamu juga mempercayai bahwa Yesus tidak punya kehendak bebas? Hal ini
tidak dapat dibantah adalah sesuatu yang sangat logis bagi saya. Sekarang saya
sering menggunakan retorika itu, dan hasilnya selalu sama, entah pengakuan,
atau kebungkaman. Tentu saja, cara berpikir ini tergantung pada poin 6 di atas-
kemauan dan kerendahan hati untuk mengakui saat seseorang bersalah.
8) Mengampuni. Dalam pembelajaran saya akan
Katolisisme, saya menerapkan setiap poin-poin ini, menghidupinya dengan banyak
doa, dan menghasilkan buah-buah Roh. Saya mengakui bahwa momentum dari lahirnya
sudut pandang ini adalah pengalaman saya sebagai seorang Arab-Amerika yang
sejak masih kecil telah menerima banyak prasangka. Ketika saya tumbuh besar,
saya dihadapkan pada pilihan: 1) Menyerah kepada kebencian, dan melakukan
kepada orang lain seperti yang mereka lakukan padamu; 2) Menyerah pada
apatisme; 3) Mencari kebaikan terlebih dahulu daripada menerima kejahatan, atau
lakukan kepada orang lain apa yang kamu ingin mereka lakukan padamu. Berkat
rahmat Allah, saya memilih pilihan yang terakhir. Contoh: Saat Bapa Suci Paus
Yohanes Palus II dalam kenangan terberkati ingin mengunjungi Russia dengan Ikon
dari Kazan (seingat saya itulah namanya), seorang pengamat Ortodoks Timur
memberi dua kemungkinan: 1) Melihat kebaikan, dan memandang pemberian itu
sebagai tindakan kerendahan hati; 2) Melihat yang jelek, dan melihat hadiah itu
sekedar sebagai semacam sogokan. Saya menemukan banyak orang Ortodoks Timur
yang memilih pilihan 1, tetapi yang memilih pilihan 2 lebih heboh dan menerima
perhatian media. Karena pengalaman saya dengan prasangka, saya mencela
kemunafikan dan ketidaktahuan.. Saya lebih bisa menerima keidaktahuan, dan
selalu ingin mengoreksinya dengan pengetahuan yang disertai kesabaran, tetapi
saat saya berhadapan dengan kemunafikan, saya aku, saya mendapat lebih banyak
gairah untuk mempertahankan Gereja Katolik.
Saya juga sering ditanya mengenai perasaan saya
tentang perubahan Liturgi di Gereja Barat. Bukankah ini suatu tanda bahwa
Gereja Katolik mengkhianati tradisinya dan seharusnya mencegah saya dari
menjadi Katolik? Hal ini, sekali lagi, menunjukkan kesamaan antara paradigma
Katolik dan Koptik. Bagi orang Koptik, Uskup adalah penjaga jiwa kita,
sebagaimana dinyatakan oleh Kitab Suci, dan dalam otoritas mereka ada kekuasaan
untuk mengikat dan melepaskan untuk menentukan cara dan sarana yang melaluinya
kita diilahikan; bentuk Liturgi ada dibawah pengawasan Uskup. Bagi orang Koptik
dan Katolik, Liturgi terutama diarahkan untuk mendekatkan kita dengan Kristus.,
dan puncak dari Liturgi adalah Ekaristi, semua unsur lain dalam Liturgi diakui
hanya sebagai sarana untuk menyiapkan diri atau merenungkan Ekaristi dengan
cara yang layak. Dengan memperhatikan dua hal ini, sebagai orang Koptik saya
tidak punya urusan untuk menilai Liturgi Barat. Dan jika saya harus menilainya,
maka penilaian saya didasarkan pada dua kriteria di atas- 1) Apakah perubahan
Liturgi ini dilakukan oleh otoritas yang berwenang; 2) apakah perbuahan ini
untuk mempermudah atau meingkatkan persatuan dengan Kristus? Saya menemukan
bahwa Gereja Katolik Barat telah memenuhi kedua kriteria ini (tentu saja
perubahan ini tidak mengabaikan bahwa ada unsur-unsur tertentu dalam
Misa/Liturgi yang mutlak harus ada agar Misa/Liturgi menjadi valid). Tuduhan
sensasionalis terhadap gereja lokal yang melakukan ini dan itu jelas bukan
kesalahan Magisterium Katolik, karena kesalahan-kesalahan ini muncul pada
tingkat paroki (i.e. praktek-praktek ekstrim ini juga tidak diadakan oleh Uskup
lokal).
Mungkin saja bahwa banyak orang Kristen Oriental
terhelenisasi secara berlebihan. Hal ini terjadi karena kebanyakan literatur
berjudul “Ortodoksi” yang dapat diperoleh datang dari Ortodoks Timur. Juga
dipahami, bahwa orang-orang Kristen Oriental kerapkali melihat Ortodoksi Timur
sebagai acuan bagi pemahaman spiritualitas, makna Liturgi, eskatologi,
eklesiologi, dll. Hal yang menyedihkan adalah bersamaan dengan semua ini
datanglah suatu cara pandang anti-Latin yang kuat. Segala sesuatu yang tampak
dan berbau Latin, harus dianggap sebagai penyusupan terhadap tradisi
Timur/Oriental yang “asli”. Hal ini JAAAAUHHH dari kebenarannya
saudara-saudariku dalam Kristus. Orang Timur memiliki tradisi mereka sendiri
yang terhormat, dan sebagai orang Oriental kita juga memiliki identitas khas
kita sendiri, tanpa dipengaruhi oleh polemik Timur dan Barat dari abad 12
sampai abad 15.
Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan dan
seringkali saya ulangi: Saya tidak datang ke dalam persekutuan Katolik dengan
pandangan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ortodoksi Koptik. Saya tidak
menolak apapun dari warisan Koptik saya untuk menjadi Katolik; saya hanya
menolak kesalahpahaman dan ketakutan tentang Gereja Katolik yang dulu saya
pegang. Inilah sebabnya saya tidak pernah dan tidak akan pernah menganggap
keputusan saya menjadi Katolik sebagai suatu pertobatan, tetapi perpindahan.
Perpindahan ini jelas merupakan suatu berkat khusus yang hanya dapat ditemukan
dalam Gereja Katolik diantara keluarga Gereja-gereja Apostolik. Dan saya
mengundang setiap orang untuk mempelajari Gereja Katolik dan menikmati damai
Kristus yang tidak dapat dipahami.
Saya berdoa agar tulisan ini mencukupi sebagai
jawaban bagi mereka yang meminta saya untuk memberikan kesaksian tentang
harapan yang ada pada saya. Maafkanlah saya jika saya telah menyinggung
seseorang. Dan silahkan menghubungi saya untuk pertanyaan lebih jauh.
Berkat,
Marduk.
Dominus illuminatio mea!