0 komentar

Misa Karismatik?

Tidak sedikit orang bertanya-tanya, apakah Misa Karismatik adalah istilah yang baku didalam Gereja Katolik. Didalam Gereja Katolik sendiri, sungguh benar adanya bahwa Gerakan Pembaharuan Karismatik merupakan gerakan yang resmi didalam Gereja Katolik, namun yang perlu digaris bawahi disini adalah istilah “Karismatik” didalam Gereja Katolik adalah sebuah GERAKAN dan bukanlah sebuah bentuk misa atau ritus dalam Perayaan Ekaristi. 

Sehingga tidak pernah ada terminology “Misa Karismatik”, didalam Gereja Katolik. Ini bukanlah istilah resmi dan tidak pernah diakui Gereja. Gereja Universal menerima karunia ini, sebagai sebuah bentuk gerakan yang memberikan semangat pembaharuan. Sehingga Gereja tidak menerima gerakan ini, dalam artian sebagai sebuah bentuk Misa atau Ritus Liturgi yang baru.

Karismatik begitu identik dengan tepuk tangan saat bernyanyi, lagu rohani populer. Namun ironisnya keidentikan gerakan Karismatik ini malah dimuat didalam Misa kudus yang identik dengan keheningan. Sekarang timbul pertanyaan mengapa panitia gerakan ini malah memasukkan unsur-unsur tersebut kedalam Perayaan Misa kudus, apakah Liturgi Gereja itu kurang bersemangat, membuat ngantuk dan itu-itu saja? Inilah sisi negatif dari gerakan ini dimana unsur tersebut entah secara sengaja maupun tidak dimasukkan kedalam Perayaan Ekaristi. 


Disinilah peranan Uskup dan Imam diperlukan, tanggung jawab untuk menegaskan karisma-karisma terletak pada hirarki Gereja. Pembaharuan ada dibawah bimbingan pastoral Uskup setempat di dalam suatu Keuskupan. Seorang Uskup apabila perlu, akan memberikan pedoman-pedoman atau mengabulkan statuta-statuta agar sebuah gerakan (contohnya gerakan Karismatik) dapat menjalankan misinya didalam Gereja dengan berlandaskan izin dari Uskup setempat.

Paus Yohanes Paulus II mendorong para Uskup dan para imam untuk terbuka terhadap pembaruan, untuk menanggapi secara positif akan permintaan pelayanan sakramental dan untuk memelihara pembaruan didalam kehidupan arus utama kehidupan Gereja. Disini kita sungguh-sungguh bisa melihat, betapa luar biasanya kasih Allah bagi Gereja yang didirikanNya sendiri, ia mengkaruniakan gerakan ini kepada GerejaNya agar Gereja semakin dipenuhi oleh Roh Kudus. Untuk menjadi garam dan terang bagi dunia.

Gereja seperti yang diamanatkan oleh Paus Yohanes XXIII harus bersifat seperti sebuah jendela dimana orang-orang yang sedang mencari Allah yang sejati dapat memandang Gereja Katolik sebagai satu-satunya Gereja yang Allah dirikan didunia dan mampu merasakan keselamatan yang Allah berikan bagi GerejaNya dan sekaligus orang-orang didalam mampu melihat dunia, menjadi berkat bagi sesama dan dunia. 

Gereja telah mencapai usia lebih dari 2000 tahun, Gereja Katolik dimasa kini harus bersifat dinamis, dimana Gereja harus terbuka terhadap pembaharuan. Disini kita melihat berkat dari Konsili Vatikan II atas reformasi Liturgi. Namun kedinamisan Gereja tidak bisa kita gunakan semena-mena untuk memenuhi selera kita terhadap Liturgi Gereja contohnya memasukkan unsur-unsur lagu rohani populer, tepuk tangan gara-gara misa tersebut di atur oleh Badan Pelayanan Karismatik kedalam Perayaan Misa Kudus. Ini keliru namanya.

Tidak harus kita membangga-banggakan gerakan Karismatik. Gereja Katolik sudah terlalu kaya jauh sebelum gerakan ini muncul, dengan berbagai ritus didalamnya. Inilah yang perlu kita banggakan dari Gereja Katolik. Ritus Barat dan Timur, inilah lambang keagungan Gereja Katolik sebagai Gereja Universal.

Sehingga kesimpulannya cukup sederhana, tidak pernah ada yang namanya “Misa Karismatik” didalam Gereja Katolik. Dan satu hal lagi, Gerakan ini digolongkan sebagai Gerakan Gerejani oleh Dewan Kepausan bagi kaum awam, sehingga gerakan ini tidak dikaruniai, lindungan kuasa Infabillitas oleh Gereja sehingga apabila gerakan ini dikemudian hari, bisa memberikan dampak buruk maupun bisa pula melenceng dari Hukum Gereja. Maka ada kemungkinan gerakan ini bisa distop oleh Gereja. 

Lihat juga: Penjelasan terhadap Gerakan Karismatik
Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top