Konklaf adalah sebuah pertemuan tertutup dimana para Kardinal yang berusia kurang dari 80 tahun – dalam hal ini bisa dipilih – memilih seorang penerus Paus yang baru saja meninggal dunia atau yang mengundurkan diri. Kata Konklaf berasal dari ungkapan Latin cum clave (dengan sebuah kunci); kata tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan conclave. Pada sebuah Konklaf para Kardinal harus dipisahkan dari segala pengaruh luar dengan memasuki ruangan terkunci dan tetap tinggal di sana sampai ada yang terpilih menjadi Paus.
Saat ini, ruang Konklaf yang terkunci adalah Kapel Sistine di Vatikan, yang ditetapkan oleh Paus Siktus IV (1471-1484). Disana ada sebuah fresco atau lukisan dinding yang cocok, yaitu Christ Consigns the Keys to Peter karya Pietro Perugino, yang menggambarkan peristiwa dalam Matius 16:19: Yesus memberikan kunci kepada Petrus. Langit-langit Kapel Sistine dipenuhi fresco atau lukisan terkenal dari abad ke 16 karya Michaelangelo tentang Penciptaan, yang didominasi oleh gambar Allah dan Adam yang saling menyentung ujung-ujung jemari, dan juga karyanya Last Judgjement, yang dilukis beberapa decade kemudian, diatas Altar.
Konklaf harus bersifat retret suci, sesuai dengan aturan Konklaf yang ditetapkan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1975. Pada tahun 1978, Kardinal Basil Hume dari Inggris mengatakan dia menjadi sangat sadar bahwa didalam Konklaf itu “tidak ada sesuatu di antara para Kardinal dan Allah.” Yohanes Paulus II, dalam petunjuknya tentang Konklaf yang dikeluarkan pada tahun 1996, mengingastkan para Kardinal agar mereka duduk dibawah fresco Last Judgjement, yang membuat tempat itu “kondusif bagi kesadaran akan kehadiran Allah, yang dalam pandangan-Nya setiap orang pada suatu hari akan diadili.”
Pada hari Selasa
tanggal 12 Maret 2013 mendatang, 115 Kardinal pemilih akan memulai dengan konklaf. Sebelum
Konklaf dimulai para Kardinal akan dimerayakan Misa yang biasanya disebut
dengan istilah “Pro Eligendo Romano Pontifice” (Misa pemilihan Paus Roma) dipimpin oleh Pemimpin Kollegium para
Kardinal, yakni Kardinal Angelo Sodano.
Maka pada sore hari
nanti para Kardinal pemilih akan berkumpul di Kapel Paulin di Vatikan, lalu melakukan
prosesi perarakan dengan memadahkan Litani Para Kudus agar para Kudus di Surga ikut berdoa kepada Allah agar
terpilih seorang Paus yang brilian seperti Paus Benediktus XVI, yang penuh kasih
seperti Beato Paus Yohanes Paulus II dan sesuci Paus Santo Fabianus.
Setelah tiba di Kapel
Sistina, para Kardinal pemilih akan duduk di tempat duduk yang telah disediakan
jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah semuanya duduk maka untuk membuka Konklaf
akan dimulai doa sejenak, setelah doa seleseai maka Master Seremoni Papale,
Monsignor Guido Marini, akan berkata “Extra Omnes!”, yang artinya artinya semua yang bukan Kardinal Pemilih harus
meninggalkan Kapel Sistina. Pintu Kapel pun ditutup dan salah seorang dari Garda Swiss akan berjaga-jaga dipintu depan.
Didalam Kapel Sistine, setiap Kardinal telah disediakan kursi dan sebuah meja kecil, untuk memilih 2 kali sehari; tiap sesi dengan 2 pemilihhan, walaupun sesi malam pertama, setelah sebuah Misa dan banyak urusan procedural, hanya 1 pilihan. Di dalam Kapel itu tidak ada kampanye, pidato para calon, atau bentuk-bentuk permainan politik lainnya. Yang mereka lakukan selama 2 sesi tersebut hanyalah membuat pilihan. Setiap cardinal memiliki surat suara yang berisikan tulisan Eligo in summum Pontificem (Saya memilih Imam Agung) – dan kemudian sebuah baris kosong.
Dengan tanpa menulis identitas, mereka menuliskan sebuah nama, melipat kertas, dan kemudian tiap mereka berjalan melalui gang utama sambil memegang surat suara sehingga semua bisa melihat. Mereka kemudia menaruh surat suara tersebut pada sebuah jambangan besar (dulu sebuah kaliks, ketika hanya beberapa puluh surat suara) yang berada di Altar kemudian kembali ke tempat duduk setelah mengumumkan dengan keras “Saya memanggil Kristus Tuhan sebagai Saksi yang akan menjadi hakimku, agar pilihanku diberikan kepada orang yang dihadapan Tuhan saya piker harus dipilih.”
Beberapa Kardinal dipilih melalui undi. Jika jumlah surat suara yang belum dibuka tidak cocok dengan jumlah Kardinal, surat-surat tersebut dibakar tanpa dibuka atau dihitung. Jika jumlahnya sama, surat-surat itu dibaca (atau istilah resminya: diteliti) oleh seorang Kardinal yang membuat perhitungan diam-diam, kemudian oleh seorang Kardinal lain yang akan melakukan yang sama, lalu oleh Kardinal ketiga yang membaca nama dengan keras. Kardinal terakhir ini akan menusukkan jarum dan benang melintasi kata Eligo untuk menandakan bahwa sura suara tersebut telah dihitung sekali, seperti selembar tiket kereta api yang telah dilubangi dan tidak dapat digunakan lagi. Jika tak satu pun Kardinal mendapatkan 2/3 suara yang dipersyaratkan, atau 2/3 ditambah 1 jika jumlah Kardinal yang hadir dalam Kapel tidak bisa dibagi 3, surat-surat suara tersebut dibakar dan pemungutan suara dilakukan sekali lagi.
Kalau tidak, para Kardinal mengambil jeda untuk makan siang atau beristirahat. Setelah kandidat Paus memperoleh jumlah suara yang mencukupi, Dekan Kolegialitas Kardinal dengan ditemani 2 orang Kardinal lainnya, melangkah menuju tempat duduk calon Paus dan bertanya dalam bahasa Latin, "Acceptasne electionem de te canonice factam in summum Pontificem?" (Apakah Anda menerima pemilihan sebagai seorang Paus?). Jika sang Kardinal menerima jabatan barunya sebagai seorang Suksesor Rasuliah Santo Petrus maka Ia akan menjawab "Accepto" (Saya menerima). Sang Dekan kemudian bertanya, "Dengan nama apa, kamu akan dipanggil?" Paus yang baru kemudian harus menentukan sendiri nama panggilannya yang akan digunakan selama masa jabatannya.
Segera setelah seorang telah dipilih oleh Kristus untuk menggembalakan GerejaNya satu-satunya yang Katolik maka Konklaf pun akhirnya ditutup, walaupun ada beberapa waktu sebelum segel pada pintu dibuka dan berita tersebut diumukan secara resmi. Pertama, Paus terpilih harus dikenakan pakaian Gerejani di kapel yang lazim disebut Kapel Tears.
Pada tahun 1958, tak satu pun pakaian Gerejani yang cocok dengan Yohanes XXIII yang gemuk. “Saya merasa telah diikat dan siap untuk dikirimkan,” katanya. Kemudian, sekembalinya ke Kapel Sistine, sang Paus mendapatkan ucapan selamat dari para Kardinal. Menurut seorang Kardinal dari Cologne, Paus Yohanes Paulus I berkata kepada mereka, “Allah akan mengampuni kamu atas apa yang telah kamu lakukan padaku.”
Sementara itu, surat-surat suara yang dibakar diharapkan mengeluarkan asap putih (berkat sebuah zat kimia) untuk menandakan pemilihan yang sukses atau pada masa lampau jika pemilihan suara belum dapat menentukan Paus yang baru, maka sebuah jerami basah akan dibakar bersama kertas pemilihan suara sehingga menghasilkan asap berwarna hitam.
Tidak lebih dari kira-kira 1 jam, para Kardinal muncul dibalkon dan seorang dari mereka mengeluarkan pengumuman dengan cara tradisional: Habemus Papam ( kita memiliki Paus). Ketika seorang Paus baru terpilih, maka Kardinal Tauran (seorang Kardinal senior yang dipilih untuk mengumumkan bahwa Gereja Katolik sudah memiliki Paus Baru) akan muncul di atas balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkannya dengan menggunakan
formula dalam Bahasa Latin: "Annuntio vobis gaudium
magnum. Habemus Papam. Eminentissium ac Reverendissium Dominum, Dominum <nama
baptis> Sanctae Romanae Ecclesiae Cardinalem <nama keluarga> Qui sibi
nomen imposuit <nama pontifikat>" (terj. bebas: "Saya memberitahukan
Anda sebuah sukacita besar. Kita memiliki Paus. Yang Utama dan Yang Terhormat
<nama baptis> Kardinal Gereja Roma yang Kudus <nama keluarga>, yang
mengambil nama <nama pontifikat>).
Setelah itu Paus yang baru tampil mengangkat tangannya seakan-akan ingin memeluk seluruh umat beriman yang hadir lalu menyapa umat yang berpuluh ribu sekaligus para wartawan yang meliput dengan beberapa patah kata dan terakhir memberikan berkat Apostolik pertamanya sebagai seorang Paus yang baru. Lalu setelah kata penyambutan ini selesai maka Paus yang baru akan bergegas kembali Domus Sanctae Marthae untuk melihat sebuah kamar yang akan dihuninya sekitar 1 minggu sambil menunggu pemberesan dan beberapa pengubahan di Istana Kepausan
Setelah itu Paus yang baru tampil mengangkat tangannya seakan-akan ingin memeluk seluruh umat beriman yang hadir lalu menyapa umat yang berpuluh ribu sekaligus para wartawan yang meliput dengan beberapa patah kata dan terakhir memberikan berkat Apostolik pertamanya sebagai seorang Paus yang baru. Lalu setelah kata penyambutan ini selesai maka Paus yang baru akan bergegas kembali Domus Sanctae Marthae untuk melihat sebuah kamar yang akan dihuninya sekitar 1 minggu sambil menunggu pemberesan dan beberapa pengubahan di Istana Kepausan
Demikianlah ketika Joseph Alois Kardinal
Ratzinger terpilih, kita mendengar pengumuman: "Saya memberitahukan Anda
sebuah sukacita besar. Kita memiliki Paus. Yang Utama dan Yang Terhormat Joseph
Kardinal Gereja Roma yang Kudus Ratzinger, yang mengambil nama Benediktus
XVI".
Adalah sebuah tradisi kuno Gereja Universal
bahwa seorang yang terpilih menjadi Paus untuk mengganti namanya. Tercatat
dalam sejarah, Paus pertama yang melakukannya adalah Paus Yohanes II (masa
pontifikat 533-535) karena nama aslinya berbau pagan: Merkurius. Kemudian pada
tahun 983, seorang bernama Pietro Canepanova yang terpilih menjadi Paus,
memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Yohanes XIV (masa pontifikat
983-984) untuk membedakan dengan Petrus, Rasul dan Paus pertama.
Penggantian nama ini kemudian menjadi sebuah
tradisi sejak Paus Silvester II (masa pontifikat 999-1003). Namun tak seorang
pun menyematkan nama Petrus sebagai nama pontifikatnya untuk menghormati Sang
Paus pertama yang langsung ditunjuk oleh Yesus sendiri. Paus yang terakhir
yang mempertahankan nama baptisnya adalah Paus Marcellus II (masa pontifikat
1501-1555) yang memiliki nama asli Marcello Cervini degli Spannochi. Sejauh ini, sudah ada 81 nama yang digunakan oleh para
Paus. Yang terpopuler adalah Yohanes (23 kali digunakan), Benediktus (16),
Gregorius (16), Klementinus (14), Innosensius (13), dan Pius (12).
Paus Yohanes Paulus I (masa pontifikat 1978) adalah yang
pertama yang menggunakan dua nama sekaligus Yohanes dan Paulus. Dan pada tahun ini para Kardinal dari seluruh dunia terkecuali Kardinal dari Indonesia yaitu Yang Utama Kardinal Darmaatmadja yang berhalangan hadir dengan alasan gangguan kesehatan untuk memilih Suksesor Rasuliah Santo Petrus sekaligus untuk memilih pengganti Paus Benediktus XVI yang kemungkinan akan berlangsung pada tanggal 12 Maret 2013 nanti.
Semoga artikel ini bermanfaat dan mampu menambah pengetahuan kita akan Iman Katolik.
Artikel yang mungkin juga bagus untuk dibaca
Dominus illuminatio mea!