Adoro Te Devote Hymn


One of the five beautiful hymns St. Thomas Aquinas (1225-1274) composed in honor of Jesus in the Blessed Sacrament at Pope Urban IV's (1261-1264) request when the Pope first established the Feast of Corpus Christi in 1264. The hymn is found in the Roman Missal as a prayer of thanksgiving after Mass. A partial indulgence is granted to the faithful who devoutly recite this hymn.

Kata "Katolik" Apakah Tertera Didalam Kitab Suci?



Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan konon beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesusdalam Markus 9:36.

Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna:

Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church" (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110])."Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ."

Kesaksian Dari Orthodox Koptik Menjadi Katolik Koptik


Diterjemahkan dari
Catholic Answer Forum: My Witness by mardukm

Berikut ini adalah kesaksian dari mardukm seorang anggota Catholic Answers Forum yang berasal dari Gereja Ortodoks Koptik dan kemudian menemukan kembali persatuannya dengan Gereja Katolik. Kesaksian marduk tidak bernada polemis (menunjukkan bahwa Ortodoksi Oriental khususnya Koptik adalah salah) melainkan menunjukkan bahwa perbedaan antara Gereja Katolik khususnya tradisi Latin dengan saudara-saudara terpisah di Timur sebenarnya tidaklah sebesar apa yang kerap kali nampak. Marduk menunjukkan bahwa pembelajaran yang serius menunjukkan bahwa perbedaan yang ada seringkali lebih mengarah kepada kesalahpahaman yang selama berabad-abad menjadi semakin parah karena kurangnya komunikasi dan semakin menebalnya prasangka. Harapan kami kesaksiannya dapat membantu kita semua melihat persamaan dan perbedaan menjadi lebih jernih, dan membantu kita semua menghayati Kekatolikan kita secara lebih baik lag


Keterangan Istilah:
Ortodoks Timur= Gereja-gereja Ortodoks yang mengakui 7 Konsili Oikumenis pertama dan berada dalam persekutuan dengan Patriarkh Konstantinopel, serta baru memisahkan diri dari Gereja Katolik sejak tahun 1054.


Ortodoks Oriental= Gereja-gereja Ortodoks yang memisahkan diri sejak Konsili Chalcedon, dan karenanya juga disebut sebagai non-Chalcedonian. Termasuk ke dalam Gereja-gereja ini adalah Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Syria.



Katolik Koptik= Salah satu dari 22 gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik. Gereja ini terdiri dari orang-orang Koptik yang kembali ke dalam persekutuan Katolik.


Kristos Anesti!

(Kristus Bangkit!)


Saudara-saudari dalam Kristus

Beberapa waktu lalu, saya telah menerima beberapa permintaan untuk menceritakan pengalaman perpindahan Gereja saja. Saya selalu merasa enggan melakukannya karena merasa tidak punya cukup waktu untuk itu. Bagaimanapun juga, perhatian utama saya adalah saya khawatir orang-orang akan berpikir mengenai sesuatu yang salah dengan iman Ortodoks Koptik saya. Namun, sejak saya kembali online sekitar dua minggu yang lalu, saya telah menerima sejumlah permintaan melalui pesan pribadi atau e-mail (kebanyakan adalah orang yang tak pernah saya temui di Catholic Answers Forum; saya menduga mereka memiliki status ‘sekedar pembaca’ atau saya hanya tidak berjumpa dengan mereka), mereka ini adalah orang-orang Timur, Oriental, dan Barat yang ingin agar saya memberikan kesaksian tentang perpindahan saya. 

Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.


Sebelum mulai, saya ingin menyampaikan suatu pengamatan bahwa salah satu permintaan itu ada yang menyatakan “Saya belum pernah menemui seorang Oriental yang berpengetahuan dan tampak Romawi seperti Anda.” Dalam tradisi Koptik saya, belajar dipuji sebagai sarana yang penting untuk mengenal Allah, secara istimewa adalah mempelajari Kitab Suci, Bapa-bapa Gereja, dan kehidupan para kudus. Saya selalu berusaha untuk menjadi seorang pelajar yang serius (sayangnya belakangan ini tidak, karena tanggung jawab dunia nyata saya meningkat dengan sangat dramatis). 

Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terlihat “Romawi”. 

Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.

Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH. 

Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik. 

Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- “Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?”

Hal semacam ini memiliki dampak yang besar dalam perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik. Saya tak pernah melihat usaha seorang Koptik Katolik untuk membujuk seorang Ortodoks Koptik berpindah Gereja, namun saya telah menemui orang Ortodoks Timur melakukannya terhadap orang Koptik, DAN bahkan seorang Ortodoks Timur yang berpindah ke Ortodoksi Oriental, justru berusaha memaksakan pandangan Timur tertentu kepada saudara-saudara non-Chalcedonian saya, khususnya mengenai pandangan yang berkaitan dengan (walaupun tidak terbatas pada) penebusan, kesederhanaan Allah, dan padangan non-ekumenis mereka terhadap Gereja Katolik. 

Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.


Ortodoksi Timur telah memiliki terlalu banyak anggota yang menunjukkan intoleransi, ketidaktahuan, dan kesombongan, daripada buah-buah rohani kebaikan, pengertian, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Saya memiliki kesan ini sejak saya masih seorang Ortodoks Oriental sebelum perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik; sedih memang, hanya sedikit bukti yang berkebalikan dengan hal itu telah saya lihat sebagai seorag Ortodoks Oriental yang memiliki persekutuan dengan Roma.


Jadi apa yang memulai perjalanan saya kepada Kekatolikan? Awalnya hanya perubahan sederhana dalam Liturgi Koptik yang hampir tidak dirasakan perubahannya, yaitu penghapusan frase “kepala para Rasul” dari gelar St. Petrus dan Paulus. saya ingin tahu alasan perubahannya, jadi saya menyelidiki Bapa-bapa Gereja. Hal ini dimulai sebagai sekedar penelitian ilmiah terhadap frase “kepala para Rasul” dalam Gereja perdana yang akhirnya mengantar kepada penerimaan yang nyata dna penuh akan Kebenaran yang diajarkan oleh Gereja Katolik.


Tentu saja ada hal-hal doktrinal yang memisahkan Ortodoksi Koptik dari Gereja Katolik- berbeda dari Kekatolikan, dan lebih dekat dengan Ortodoksi Timur, saya dapat menyebutkan sejumlah hal seperti: Pengandungan Tanpa Noda Bunda Allah, Filioque, Api Penyucian, dan Kepausan (sebagai masalah berbeda dari eklesiologi, karena eklesiologi Oriental lebih serupa dengan eklesiologi Katolik daripada eklesiologi Ortodoks Timur)- saya hanya menyebutkan hal ini karena hanya hal-hal itulah yang benar-benar bisa disebut masalah (hal lain seperti ikon, penggunaan roti tak beragi untuk Ekaristi, co-Mediatrik, dst. TIDAK TERMASUK). 

Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.


1) Pertama dan terutama, dalam memahami masalah-masalah tertentu, hendaklah selalu memilih penjelasan dari mulut kuda dan bukan dari mulut sapi. Bedakan antara interpretasi yang mungkin dengan apa yang pada dasarnya dimaksud oeh ajaran itu. Dengan kata lain, terimalah ajaran-ajaran ini SEBAGAIMANA MEREKA ADA, bukan berdasarkan karikatur yang dikenakan kepada ajaran-ajaran itu oleh para polemis. Hal ini membutuhkan banyak pembelajaran dan pemahaman. Misalnya, mengenai masalah Filioque, keberatan umum yang disampaikan adalah bahwa ajaran ini mengaburkan pembedaan antara Pribadi Bapa dan Putera (beberapa polemic bahkan lebih jauh mengatakan bahwa ajaran ini mengaburkan SEMUA Pribadi Trinitas). Bagaimanapun, penafsiran semacam ini tidak dapat ditemukan dalam ajaran Gereja Katolik. Sebaliknya, Gereja Katolik malahan SECARA TEGAS mengajarkan pembedaan diantara Pribadi-pribadi Ilahi.


2) Dalam memahami sebuah masalah khusus, hendaklah selalu membiarkan argumen mengalir sampai selesai. Pada satu titik , pihak lain tidak akan dapat menjawabnya. Terimalah kata akhir, terutama JIKA hal itu logis. Misalnya, berkaitan dengan kepausan, tidak perduli dalam hal apa diskusi (atau argumen) mengenai kepausan dimulai, hal itu selalu berakhir dengan argumen dimana saya tidak pernah mendapatkan jawaban, “Kamu percaya akan prinsip apostolik tentang kerekanan (i.e. sebuah badan yuridis dengan kepala yuridis). lalu, apa yang membuatmu berpikir bahwa prinsip ini harus berhenti pada tingkat Kepatriarkan? Tidakkah hal itu juga harus diterapkan pada Gereja sebagai keseluruhan dan bukannya hanya pada Gereja-gereja lokal?” (Tentu, saya mengakui bahwa retorika semacam itu akan gagal untuk meyakinkan seorang Ortodoks Timur yang memiliki paradigm eklesiologi yang berbeda).


3) Saat menfsirkan suatu latar belakang sejarah, pilihlah yang mengakomodasi SEMUA fakta. Hal ini membutuhkan kebijaksanaan. Mislanya, dalam hal pendudukan Konstantinopel, biasanya orang-orang non-Katolik akan menyalahkan Paus atas seluruh kejadian ini. Para polemis ini tidak pernah memperdulikan bahwa Paus secara eksplisit melarang para prajurit perang salib untuk pergi ke Konstantinopel sebelum pergi ke tanah suci, dan bahwa penyebab langsung dari kehadiran tentara salib di Konstantinopel adalah seorang Yunani dari Konstantinopel sendiri.


4) Pelajarilah para Bapa Gereja awal. Hal ini memerlukan kesetiaan. Pembelajaran yang mendalam akan sejarah Gereja awal pada millennium pertama akan menunjukkan kebenaran yang menuntun kita menjadi satu sebagai Tubuh Kristus lagi. Pembelajaran ini akan menunjukkan semua Tradisi Aposolik yang kita miliki bersama daripada apa yang umumnya kita pahami atau salah pahami sebagai hal yang memisahkan kita.


5) Selalu menunda penilaian dan selalu mau untuk mendekati suatu masalah sebagai murid. Hal ini membutuhkan pengendalian diri dan kerendahan hati.


6) Selalu mau untuk mengakui bahwa Anda salah ketika fakta-fakta menunjukkan kita salah. Hal ini memerlukan kerendahan hati.


7) Pastikan hati nurani bersih dari segala tanda-tanda kemunafikan saat seseorang menuduh pihak lain atau semacanya. Hal ini membutuhkan pengertian dan kerendahan hati. Inilah pendekatan batin yang sungguh membantu saya. Semakin saya mampu melihat ke dalam dengan mata saya, saya semakin memahami bahwa saya tidak memiliki dasar yang kuat untuk sebagian besar, atau malah semua, kesalahpahaman saya mengenai Gereja Katolik. Misalnya, mengenai Maria dikandung tanpa noda. Saya dulu (sebelum perpindahan saya) pernah mengatakan kepada teman Katolik saya, “Jika pengandungan Maria tanpa noda menghindarkan Maria dari kemampuan berdosa, maka hal itu menghindarkannya dari kehendak bebas.” Ia menjawab, “Yesus tidak punya kemampuan berbuat dosa. Apakah kamu juga mempercayai bahwa Yesus tidak punya kehendak bebas? Hal ini tidak dapat dibantah adalah sesuatu yang sangat logis bagi saya. Sekarang saya sering menggunakan retorika itu, dan hasilnya selalu sama, entah pengakuan, atau kebungkaman. Tentu saja, cara berpikir ini tergantung pada poin 6 di atas- kemauan dan kerendahan hati untuk mengakui saat seseorang bersalah.


8) Mengampuni. Dalam pembelajaran saya akan Katolisisme, saya menerapkan setiap poin-poin ini, menghidupinya dengan banyak doa, dan menghasilkan buah-buah Roh. Saya mengakui bahwa momentum dari lahirnya sudut pandang ini adalah pengalaman saya sebagai seorang Arab-Amerika yang sejak masih kecil telah menerima banyak prasangka. Ketika saya tumbuh besar, saya dihadapkan pada pilihan: 1) Menyerah kepada kebencian, dan melakukan kepada orang lain seperti yang mereka lakukan padamu; 2) Menyerah pada apatisme; 3) Mencari kebaikan terlebih dahulu daripada menerima kejahatan, atau lakukan kepada orang lain apa yang kamu ingin mereka lakukan padamu. Berkat rahmat Allah, saya memilih pilihan yang terakhir. Contoh: Saat Bapa Suci Paus Yohanes Palus II dalam kenangan terberkati ingin mengunjungi Russia dengan Ikon dari Kazan (seingat saya itulah namanya), seorang pengamat Ortodoks Timur memberi dua kemungkinan: 1) Melihat kebaikan, dan memandang pemberian itu sebagai tindakan kerendahan hati; 2) Melihat yang jelek, dan melihat hadiah itu sekedar sebagai semacam sogokan. Saya menemukan banyak orang Ortodoks Timur yang memilih pilihan 1, tetapi yang memilih pilihan 2 lebih heboh dan menerima perhatian media. Karena pengalaman saya dengan prasangka, saya mencela kemunafikan dan ketidaktahuan.. Saya lebih bisa menerima keidaktahuan, dan selalu ingin mengoreksinya dengan pengetahuan yang disertai kesabaran, tetapi saat saya berhadapan dengan kemunafikan, saya aku, saya mendapat lebih banyak gairah untuk mempertahankan Gereja Katolik.


Saya juga sering ditanya mengenai perasaan saya tentang perubahan Liturgi di Gereja Barat. Bukankah ini suatu tanda bahwa Gereja Katolik mengkhianati tradisinya dan seharusnya mencegah saya dari menjadi Katolik? Hal ini, sekali lagi, menunjukkan kesamaan antara paradigma Katolik dan Koptik. Bagi orang Koptik, Uskup adalah penjaga jiwa kita, sebagaimana dinyatakan oleh Kitab Suci, dan dalam otoritas mereka ada kekuasaan untuk mengikat dan melepaskan untuk menentukan cara dan sarana yang melaluinya kita diilahikan; bentuk Liturgi ada dibawah pengawasan Uskup. Bagi orang Koptik dan Katolik, Liturgi terutama diarahkan untuk mendekatkan kita dengan Kristus., dan puncak dari Liturgi adalah Ekaristi, semua unsur lain dalam Liturgi diakui hanya sebagai sarana untuk menyiapkan diri atau merenungkan Ekaristi dengan cara yang layak. Dengan memperhatikan dua hal ini, sebagai orang Koptik saya tidak punya urusan untuk menilai Liturgi Barat. Dan jika saya harus menilainya, maka penilaian saya didasarkan pada dua kriteria di atas- 1) Apakah perubahan Liturgi ini dilakukan oleh otoritas yang berwenang; 2) apakah perbuahan ini untuk mempermudah atau meingkatkan persatuan dengan Kristus? Saya menemukan bahwa Gereja Katolik Barat telah memenuhi kedua kriteria ini (tentu saja perubahan ini tidak mengabaikan bahwa ada unsur-unsur tertentu dalam Misa/Liturgi yang mutlak harus ada agar Misa/Liturgi menjadi valid). Tuduhan sensasionalis terhadap gereja lokal yang melakukan ini dan itu jelas bukan kesalahan Magisterium Katolik, karena kesalahan-kesalahan ini muncul pada tingkat paroki (i.e. praktek-praktek ekstrim ini juga tidak diadakan oleh Uskup lokal).


Mungkin saja bahwa banyak orang Kristen Oriental terhelenisasi secara berlebihan. Hal ini terjadi karena kebanyakan literatur berjudul “Ortodoksi” yang dapat diperoleh datang dari Ortodoks Timur. Juga dipahami, bahwa orang-orang Kristen Oriental kerapkali melihat Ortodoksi Timur sebagai acuan bagi pemahaman spiritualitas, makna Liturgi, eskatologi, eklesiologi, dll. Hal yang menyedihkan adalah bersamaan dengan semua ini datanglah suatu cara pandang anti-Latin yang kuat. Segala sesuatu yang tampak dan berbau Latin, harus dianggap sebagai penyusupan terhadap tradisi Timur/Oriental yang “asli”. Hal ini JAAAAUHHH dari kebenarannya saudara-saudariku dalam Kristus. Orang Timur memiliki tradisi mereka sendiri yang terhormat, dan sebagai orang Oriental kita juga memiliki identitas khas kita sendiri, tanpa dipengaruhi oleh polemik Timur dan Barat dari abad 12 sampai abad 15.


Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan dan seringkali saya ulangi: Saya tidak datang ke dalam persekutuan Katolik dengan pandangan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ortodoksi Koptik. Saya tidak menolak apapun dari warisan Koptik saya untuk menjadi Katolik; saya hanya menolak kesalahpahaman dan ketakutan tentang Gereja Katolik yang dulu saya pegang. Inilah sebabnya saya tidak pernah dan tidak akan pernah menganggap keputusan saya menjadi Katolik sebagai suatu pertobatan, tetapi perpindahan. Perpindahan ini jelas merupakan suatu berkat khusus yang hanya dapat ditemukan dalam Gereja Katolik diantara keluarga Gereja-gereja Apostolik. Dan saya mengundang setiap orang untuk mempelajari Gereja Katolik dan menikmati damai Kristus yang tidak dapat dipahami.


Saya berdoa agar tulisan ini mencukupi sebagai jawaban bagi mereka yang meminta saya untuk memberikan kesaksian tentang harapan yang ada pada saya. Maafkanlah saya jika saya telah menyinggung seseorang. Dan silahkan menghubungi saya untuk pertanyaan lebih jauh.


Berkat,

Marduk.


Dominus illuminatio mea!

Syahadat Professio Fidei Tridentinae


Pengakuan Iman Trente-Tridentine (Pius IV)
Pengakuan Iman Tridentine (Professio Fidei Tridentinae) atau yang dikenal sebagai Pengakuan Iman Pius IV, adalah satu dari empat Pengakuan Iman resmi Gereja Katolik, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat Pendek), Syahadat Nicea-Konstantinopel (Syahadat Panjang) dan Syahadat Athanasian. Pengakuan ini dikeluarkan oleh Paus Pius IV pada tanggal 13 November 1565 dengan Bulla “Iniunctum nobis” dibawah dukungan Konsili Trente (1545-1563). Pengakuan iman ini setelah Konsili Vatikan I (1869-1870) berfungsi untuk memberi penekanan lebih pada definisi dogmatik Konsili. Tujuan utama Pengakuan Iman ini adalah untuk menjelaskan batasan iman Katolik terhadap ajaran-ajaran sesat.

Saya dengan iman yang teguh mempercayai dan mengakui setiap dan semua yang terkandung dalam Pengakuan Iman yang digunakan oleh Gereja Romawi Kudus yaitu:

Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan akan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan. Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari allah, terang dari terang, Allah benar dari allah benar, Ia dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa: segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus dilahirkan Perawan Maria, dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan, pada hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci, Ia naik ke surga duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan: Ia berasal dari Bapa dan Putera. Yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan: Ia bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan demi pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin

Tradisi Apostolik Gereja dan semua penetapan dan konstitusi dari Gereja yang sama itu juga dengan teguh saya pegang dan akui.

Saya juga menerima Kitab Suci menurut arti yang dipercayai oleh Bunda Gereja Kudus, yang adalah hak Gereja untuk menentukan makna dan penafsiran yang sejati dari Kitab Suci. Aku juga tidak akan pernah mempercayai dan menyetujui penafsiran Kitab Suci selain daripada menurut arti yang berasal dari kesepakatan mutlak para Bapa.

Saya juga mengakui Tujuh Sakramen Hukum Baru yang sejati dan benar, ditetapkan oleh Yesus Kristus Tuhan kita, dan bahwa sakramen-sakramen itu perlu untuk keselamatan semua orang walaupun tidak semuanya perlu untuk semua orang, yaitu; Baptis, Krisma, Ekaristi, Pengakuan Dosa, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan; dan bahwa sakramen-sakramen ini menyalurkan rahmat; dan bahwa Baptisan, Krisma, dan Tahbisan tidak dapat diulangi kembali kecuali itu adalah pelecehan. Saya juga menerima dan mengakui tata upacara dalam Gereja Katolik dengan upacara meriah dalam melayani sakramen-sakramen itu.

Saya menerima dan mengakui setiap dan semua yang didefinsikan dan dinyatakan oleh Konsili Suci Trente menyangkut dosa asal dan pembenaran.

Saya mengakui, bahwa di dalam Misa dipersembahkan kurban yang benar, yang layak, dan yang berkenan kepada Allah bagi orang yang hidup dan yang mati; dan bahwa dalam sakramen Ekaristi yang mahakudus hadirlah secara benar, real dan substansial Tubuh dan Darah bersama dengan Jiwa dan Keilahian Tuhan kita Yesus Kristus; dan bahwa terjadi perubahan seluruh hakekat roti menjadi Tubuh dan hakekat anggur menjadi Darah, yang perubahan ini oleh Gereja Katolik disebut sebagai Transubstansiansi.

Aku juga mengakui bahwa di dalam salah satu rupa saja Kristus diterima secara utuh dan menyeluruh, dan sebagai sakramen sejati.

Aku berpegang teguh bahwa Api Penyucian itu ada, dan bahwa jiwa-jiwa disana terbantu oleh doa orang beriman. Begitu juga, bahwa para kudus, yang memerintah bersama Kristus, adalah untuk dihormati dan diserukan namanya, dan bahwa mereka mempersembahkan doa kepada Allah untuk kita, dan bahwa relikui mereka harus dihormati. Aku juga dengan teguh mengakui bahwa gambar atau patung dari Kristus, Bunda Allah yang tetap perawan dan para kudus lain hendaknya dijaga, dirawat dan dihormati.

Saya juga mengakui kuasa indulgensi yang diberikan Kristus kepada Gereja dan berguna untuk kesejahteraan rohani umat beriman.

Aku mengakui Gereja Kudus Katolik Apostolik Romawi sebagai ibu dan guru dari semua gereja-gereja; dan aku menjanjikan kepatuhan sejati kepada Uskup Roma, pengganti St. Petrus Pangeran Para Rasul, dan Wakil Yesus Kristus.

Aku juga tanpa ragu-ragu menerima dan mengakui semua hal lain yang disampaikan, didefinisikan, dan dinyatakan oleh Kanon-kanon suci, dan Konsili-konsili Oikumenis, dan secara khusus oleh Konsili Oikumene Trente dan Vatikan, secara khusus menyangkut keutamaan Uskup Roma dan ajarannya yang tidak dapat salah. Aku mengecam, menolak dan mengutuk segala hal yang bertentangan dengannya, dan semua bidaah yang telah dikecam, ditolak dan dikutuk oleh Gereja.

Inilah iman Katolik sejati, yang tak ada seorangpun dapat selamat tanpanya, yang kini dengan bebas aku akui dan kepadanya aku benar-benar berpegang, aku mengakui dan bersumpah untuk memeliharanya secara tak bercela dan dengan pertolongan Allah terus berpegang padanya sampai nafas terakhir hidupku.

Dan aku akan berjuang, sejauh yang aku bisa, agar iman yang sama ini dipegang, diajarkan dan diakui oleh semua orang yang aku jumpai. Aku….bernazar, berjanji, dan bersumpah demi Injil Suci, jadi tolonglah aku Tuhan.

Dominus illuminatio mea!
Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia dari Preces Latinae

Quote Of Mother Theresa



People are often unreasonable, illogical, and self-centered.
Forgive them anyway!

Manusia seringkali tidak masuk akal, tidak logis, dan berpusat pada diri sendiri.
Bagaimanapun, ampuni mereka!

If you are kind,
people may accuse you of selfish, ulterior motives.
Be kind anyway!
Jika engkau berbuat baik,
Orang-orang mungkin akan menuduhmu mau menang sendiri, punya motif tersembunyi.
Bagaimanapun, tetaplah berbuat baik!

If you are successful,
you will win some false friends and some true enemies.
Succeed anyway!
Jika engkau berhasil,
Engkau akan memperoleh teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati.
Bagaimanapun, tetaplah menjadi berhasil!

If you are honest and frank,
people may cheat you.
Be honest and frank anyway!
Jika engkau jujur dan apa adanya,
Orang-orang mungkin akan mencurangimu.
Bagaimanapun jadilah jujur dan apa adanya!

What you spend years building,
someone could destroy overnight.
Build anyway!
Apa yang engkau bangun bertahun-tahun
Dapat hancur oleh seseorang dalam semalam.
Bagaimanapun, membangunlah!

If you find serenity and happiness,
they may be jealous.
Be happy anyway!
Jika engkau menemukan keheningan dan sukacita,
Mungkin orang-orang akan iri padamu
Bagaimanapun, tetaplah bersukacita!

The good you do today,
people will often forget tomorrow.
Do good anyway!
Kebaikan yang engkau lakukan,
Seringkali akan dilupakan orang esok hari.
Bagaimanapun, berbuatlah kebaikan!

Give the world the best you have,
and it may never be enough.
Give the world the best you've got anyway!
Berikan pada dunia yang terbaik yang engkau miliki
Dan mungkin tidak pernah akan cukup.
Bagaimanapun, berilah dunia yang terbaik!

You see, in the final analysis, it is between you and God.
It was never between you and them anyway.
Lihatlah, pada perhitungan akhir, hanya ada engkau dan Tuhan.
Bagaimanapun, tidak pernah antara engkau dan mereka.

Beata Ibu Teresa dari Kalkuta

Kita seringkali merasa bahwa yang kita lakukan adalah seperti setitik air di samudera luas… Namun samudera luas itu akan kurang jika ada setitik air yang hilang…

Dominus illuminatio mea!

Maria Minggu Ini : Peran Serta Maria Dalam Sejarah Keselamatan


55. (Bunda Almasih dalam Perjanjian Lama)
Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang terhormat, memperlihatkan peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan cara yang semakin jelas, dan seperti menyajikannya untuk kita renungkan. Ada pun Kitab-kitab Perjanjian Lama melukiskan sejarah keselamatan, yang lambat-laun menyiapkan kedatangan Kristus di dunia. Naskah-naskah kuno itu, sebagaimana dibaca dalam Gereja dan dimengerti dalam terang perwahyuan lebih lanjut yang penuh, langkah-demi langkah makin jelas mengutarakan citra seorang wanita, Bunda Penebus.

Dalam terang itu ia sudah dibayangkan secara profetis dalam janji yang diberikan kepada leluhur pertama yang jatuh berdosa, yang akan diberi nama Imanuel (lih. Yes 7:14; bdk. Mi 5:2-3; Mat 1:22-23). Dialah yang unggul di tengah umat Tuhan yang rendah dan miskin, yang penuh kepercayaan mendambakan serta menerima keselamatan dari pada-Nya. Akhirnya ketika muncullah ia, Puteri Sion yang amat mulia, sesudah pemenuhan janji lama dinanti-nantikan, genaplah masanya. Mulailah tata keselamatan yang baru, ketika Putera Allah mengenakan kodrat manusia dari padanya, untuk membebaskan manusia dari dosa melalui rahasia-rahasia hidup-Nya dalam daging.

56. (Maria menerima warta gembira)
Adapun Bapa yang penuh belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda di dahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dulu wanita mendatangkan maut, sekarang pun wanitalah yang mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentang Bunda Yesus, yang telah melimpahkan kepada dunia Hidu sendiri yang membaharui segalanya, dan yang oleh Allah danugerahkan kurnia-kurnia yang layak bagi tugas seluhur itu. Maka mengherankan juga, bahwa di antara para Bapa suci menjadi lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh roh Kudus [177]. Perawan dari Nazaret  itu sejak saat pertama dalam rahim dikurniai dengan semarak kesucian yang istimewa. Atas titah Allah ia diberi salam oleh Malaikat pembawa Warta dan disebut “penuh rahmat” (Luk 1:38). 

Demikianlah Maria Puteri Adam menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maka memang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Sebab, seperti dikatakan oleh S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” [178]. Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati meyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” [179]. Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup” [180]. Sering pula mereka menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria” [181].

57. (Santa Perawan dan masa kanak-kanak Yesus)
Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkapkan sejak saat kristus dikandung oleh Santa perawan hingga wafat-Nya. Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elisabet, dan diberi ucapan salam bahagia olehnya karena Maria beiman akan keselamatan yang dijanjikan, dan ketika pendahulu melonjak gembira dalam rahim ibunya (lih. Luk 1:41-45). Kemudian pada hari kelahiran yesus, ketika Bunda Allah penuh kegembiraan menunjukkan kepada para Gembala dan para Majus Puteranya yang sulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya [182]. 

Ketika ia dikenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan, bahwa Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bunda-Nya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata (lih. Luk 2:34-35). Ketika orang tua Yesus dengan sedih Hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di kenisah sedang berada dalam perkara-perkara Bapa-Nya, dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bundanya menyimpan itu semua dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk 2:41-51).

58. (Santa Perawan dan hidup Yesus di muka umum)
Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah Bunda-Nya dengan penuh makna, pada permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak oleh belaskasihan, dan dengan perantaraannya mendorong Yesus Almasih untuk mengerjakan tanda-Nya yang pertama (lih. Yoh 2:1-11). Dalam pewartaan Yesus ia menerima sabda-Nya, ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan diatas pemikiran dan ikatan daging serta darah, dan meyatakan bahagia mereka yang mendengar dan melakukan sabda Allah (lih. Mrk 3:35 dan pararel; Luk 11:27-28), seperti dijalankannya sendiri dengan setia (lih. Luk 2:19 dan 51). Demikianlah Santa Perawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman. 

Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih. Yoh 19:25). Disitulah ia menanggung penderitaan yang dasyat bersama dengan puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkandiri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya Yesus Kristus juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “Wanita, inilah anakmu” (lih. Yoh 19:26-27) [183].

59.      (Santa Perawan sesudah Yesus naik ke sorga)
Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia secara resmi, sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh kristus. Maka kita saksikan para Rasul sebelum hari pentekosta “bertekun sehati sejiwa dalam doa bersama beberapa wanita, dan Maria Bunda Yesus serat saudara-saudari-Nya” (Kis 1:14). Kita lihat Maria juga dengan doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat Warta Gembira dulu sudah menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal [184], sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya [185]. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut [186].

Dominus illuminatio mea
sumber:Lumen Gentium 55-59

Paus Benediktus XVI Mengumumkan 6 Kardinal Baru Gereja Katolik



Dalam Audiensi Umum yang diadakan di kota Roma pada hari Rabu tanggal 24 Oktober 2012.  Paus Benediktus XVI mengumumkan 6 calon kardinal baru. Keenam calon ini akan diangkat oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 24 November 2012 mendatang.

Logo Tahun Iman 2012-2013

Keterangan Logo :
*. Sebuah kapal /perahu melambangkan Gereja  yang sedang berlayar di tengah arus dunia
*. Tiangnya adalah Salib Kristus yang merupakan tanda kemenangan kita sebagai umat Kristus
*. Layarnya adalah monogram IHS, yang memiliki makna: IESUS, HOMINUM SALVATOR : Yesus Penyelamat manusia

*. Monograme ini juga dimaknai sebagai 
IHSV = IN HOC SIGNO VINCES : dalam/dengan tanda ini anda menang (Kaisar Konstantinus)

*. Hembusan angin pada layar monogram IHS membentuk lingkaran pada Salib, yang memberi simbol : matahari dan hosti pada perayaan Ekaristi. 


Tambahan Katolisitas Indonesia: Semuanya ini memberi makna tentang Gereja yang sedang berlayar menempuh kerasnya angin dunia Globalisasi dan Modernisasi. Kristus dengan setia memimpin Gereja-Nya dengan perantaraan Paus Roma hingga sampai kepelabuhan abadi yaitu Kerajaan Surga. Dia berlayar bersama Gereja dengan tak henti-hentinya menghembusi Roh Kudus yang menghidupkan, dan menguatkannya dengan Ekaristi. 

Dominus illuminatio mea!
Lihat Juga: Katekese Singkat Tentang Tahun Iman
Diadaptasi dari majalah Ventimiglia milik Keuskupan Banjarmasin no.14 edisi September-Oktober hal 14-15

Pidato Kardinal Pacienza: Tentang Gereja Katolik Paska Konsili Vatikan II




Pidato Cardinal Pacienza, prefek Kongregasi bagi Klerus, kepada seminaris di Keuskupan Agung Los Angeles (4 Oktober 2011). Pidato ini sekaligus mengoreksi kekeliruan sebagian besar umat Katolik bahwa Konsili Vatikan II mengubah Gereja Katolik. Generasi sebelumnya tidak memahami penafsiran Vatikan II dengan benar karena mereka menafsirkan Vatikan II sesuai dengan "roh" dari Konsili tersebut. (Sekali lagi aku katakan bahwa memang ada yang oleh banyak tulisan disebut "the spirit of Vatican II" alias "roh Vatikan II" atau lebih tepatnya "semangat Vatikan II." Istilah ini timbul karena ada beberapa orang yang melangkahi dan melanggar aturan di teks konsili Vatikan II sendiri dengan alasan bahwa mereka melakukannya karena menghayati "semangat Vatikan II." Bagi mereka Konsili Vatikan II diadakan untuk merubah dan melonggarkan aturan-aturan kaku dan terbuka bagi banyak hal [dimana dalam hal ini mereka ada benarnya juga])

Generasi kalian mungkin akan menjadi generasi pertama yang akan dengan tepat menafsirkan Konsili Vatikan Kedua[bukannya] menafsirkan menurut "roh" dari Konsili, yang telah membawa banyak kebingungan kepada Gereja, melainkan [menafsirkan] menurut apa yang benar-benar dikatakan Peristiwa Konsili tersebut dalam teks-teksnya kepada Gereja dan kepada dunia.

Tidak ada Vatikan II yang berbeda dengan [Vatikan II] yang menghasilkan teks-teks yang kita miliki saat ini! Dalam teks-teks itulah kita menemukan kehendak Allah bagi GerejaNya dan kepada [kehendak itulah] kita harus mengacu, [dengan] ditemani Tradisi dan kehidupan Kristen selama dua ribu tahun.

Pembaharuan memang selalu diperlukan bagi Gereja, [ini] karena pertobatan anggota-anggotanya, para pendosa yang malang, selalu diperlukan! Tapi tidak dapat ada, ataupun tidak mungkin ada, sebuah Gereja pra-Konsili [Vatikan II] dan sebuah Gereja post-Konsili [Vatikan dua! Kalau memang ada, [maka] yang kedua [ie. Gereja post-konsili Vatikan II] - [Gereja] milik kita [sekarang] - akan merupakan [Gereja yang] secara sejarah dan secara teologis tidak sah!

Hanya ada satu Gereja Kristus, dimana kalian adalah bagiannya, yang mulai dari Tuhan Kita sampai ke para Rasul, dari Perawan Maria Terberkati sampai kepada para Bapa dan Doktor/Pujangga Gereja, dari Jaman Pertengahan sampai ke Renaisans, dari jaman Romanesque sampai ke Gothic sampai ke Baroque, dan sampai masa kita ini, tak terputuskan tanpa kehilangan kontinuitas, tidak sekalipun! Dan semua ini karena Gereja adalah Tubuh Kristus, [Gereja] adalah kesatuan PribadiNya yang dia berikan kepada kita, para anggota Gereja!  

Kalian, para seminaris tercinta, akan menjadi imam-imam di Gerejanya Santo Agustinus, [Gerejanya] Santo Ambrose, [Gerejanya] Santo Thomas Aquinas, [Gerejanya] Santo Charles Borromeo, [Gerejanya] Santo John Mary Vianney, [Gerejanya] Santo John Bosco, [Gerejanya] Santo Pius X sampai [Gerejanya] Padre Pio, Santo Josemaria Escrivá dan Beato Yohanes Paulus II. Kalian akan menjadi imam-imam dari Gereja yang sama yang terdiri dari begitu banyak imam-imam kudus yang, sepanjang abad, telah menunjukkan wajah Kristus, Tuhan dunia, [yang begitu] terang, indah, bercahaya, dan, karenanya, mudah dikenal.

I Serve God As The Catholic Apologist




1.Be Informed: Ketika kita hendak berdiskusi dengan seorang non-katolik kita harus membekali diri kita sendiri misalnya dengan membaca Katekismus Gereja Katolik jika KGK terlalu berat bagi anda, anda bisa membaca Kompendium Katekismus Gereja Katolik, dokumen-dokumen Gereja, Alkitab dan juga kutipan-kutipan dari Bapa Gereja, atau anda juga bisa mencari di internet. Kita harus bersyukur Allah telah mengaruniakan Internet kepada dunia, gunakanlah Internet sebaik mungkin dan jadikanlah Internet sebagai sarana berkat Allah bagi sesama.

2.Pray : Berdoa sebelum, saat dan sesudah diskusi. Tujuan akhir sebuah diskusi bukan tampil menang tak terbantah sementara pihak lain marah terluka dendam. Tujuan diskusi bukanlah mengubah pola pikir orang lain, yang hanya akan berubah dengan kehendak Roh Kudus. Untuk ini, doa sangat penting. Jangan pikir diskusi akan berbuah pertobatan dan pindah agama. Itu terlalu muluk-muluk. Cukup pihak seberang mengerti bahwa tindakan dan doktrin Gereja Katolik masuk akal, berdasar dan sesuai, bila tidak mau diakui sebagai ke benaran. 

Didalam 1 Petrus 3:15-16, Santo Petrus berpesan demikian kepada kita Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Memang pertanggungjawaban adalah suatu kewajiban setiap umat Katolik untuk membela imannya. Bayangkanlah ketika kita berdiskusi, kita sedang melayani Tuhan.

3.Stay Calm: Banyak orang cenderung menjadi emosional ketika menghadapi non Katolik. Ketika sedang berdiskusi disarankan untuk menggunakan kepala dingin karena setiap masalah bisa diselesaikan dengan hati yang sabar.  Dengan menanggapi secara emosional, kita telah menunjukkan ke lawan diskusi kita bahwa ia berhasil menyulitkan kita. Berdiskusi-lah dengan bahasa yang santai dan sopan agar orang yang sedang berdiskusi dengan kita tidak merasa tersinggung. Jika ada orang non-katolik yang menghina kita dengan sebutan keras kepala atau kata-kata dari kebun binatang kita tidak usah marah, ketika orang tersebut menghina kita, kita sudah berhasil membuat orang nonkatolik itu kehabisan kata-kata.

4.Be Prudent: Satu hal yang perlu kita sadari bahwa pada saat berdiskusi, kita tidak bisa membantah seluruh argumen anti-Katolik yang muncul dengan cara kita sendiri. Bila tidak yakin, jangan terlibat berdebat, diskusi, tukar pikiran atau apa pun namanya. Gereja Katolik adalah Tubuh Mistik Kristus yang didirikan oleh Kristus sendiri. Kebenaran ini tidak perlu dibela. Jangan merasa terbeban untuk membela atau menjelaskan, kendati keadaan diri sendiri tidak memungkinkan, kemudian masuk ke pertempuran tanpa persiapan.  Tidak ada keharusan untuk selalu menjawab undangan berdebat. Bila kita bukan tipe orang yang dapat berpikir dengan cepat dan memiliki ingatan yang langsung dapat me-recall ayat Kitab Suci, atau bila kita bukan tipe orang yang bermental kuat dan dengan cepat goyah terkesima dengan gaya bicara orang lain 

5.Stay on topic:  Inilah salah satu kendala ketika kita sedang berdiskusi. Keras kepalalah untuk tetap fokus pada topik. Saya sendiri pernah merasakan bahwa ketika kita berdiskusi kita sama seperti kapal yang terombang-ambing dilaut yang bisa membawa kita kemana saja. Jadi ketika kita berdiskusi dan mulai ada komentar-komentar yang mulai berpindah dari topik kita harus memperingati sang pembuat topik dan juga peserta diskusi agar selalu stay on topic.

6.Don't tell false data: Jangan memberikan data palsu atau yang diragukan kebenarannya meski data itu nampaknya membela iman Katolik. Ini hanya akan menjadi bumerang. Seandainya pun dihadapkan pada fakta sejarah mengenai tindakan Gereja yang “tercela”, jangan takut. Selalu pandang fakta sejarah secara menyeluruh, sesuai konteks zaman saat itu dan yakinlah Gereja memiliki alasan kuat untuk memutuskan sesuatu. Seandainya pun terbukti keputusan ini salah, ingat selalu Gereja secara keseluruhan dikuduskan oleh Roh Kudus meski terdiri dan dipimpin oleh manusia yang tentunya berdosa. Ini fakta yang tak terbantahkan.

7.Kita boleh dengan terang-terangan menolak suatu asumsi yang menjebak. Misalnya “mari kita membatasi jawaban hanya pada Kitab Suci”. Asumsi ini berbahaya. Ada banyak doktrin yang mencapai kejelasan yang sempurna bila dilihat dengan kacamata Bapa Gereja dalam Tradisi Suci dan Wewenang Mengajar Gereja. Lagi pula Kitab Suci dengan jelas menyatakan dirinya sebagai bukan satu-satunya dasar pengajaran (1 Tim ). Sebaliknya Kitab Suci dengan tegas mengatakan bahwa sumber Kebenaran adalah Gereja (1 Tim 3:15)

Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top