I Serve God As The Catholic Apologist




1.Be Informed: Ketika kita hendak berdiskusi dengan seorang non-katolik kita harus membekali diri kita sendiri misalnya dengan membaca Katekismus Gereja Katolik jika KGK terlalu berat bagi anda, anda bisa membaca Kompendium Katekismus Gereja Katolik, dokumen-dokumen Gereja, Alkitab dan juga kutipan-kutipan dari Bapa Gereja, atau anda juga bisa mencari di internet. Kita harus bersyukur Allah telah mengaruniakan Internet kepada dunia, gunakanlah Internet sebaik mungkin dan jadikanlah Internet sebagai sarana berkat Allah bagi sesama.

2.Pray : Berdoa sebelum, saat dan sesudah diskusi. Tujuan akhir sebuah diskusi bukan tampil menang tak terbantah sementara pihak lain marah terluka dendam. Tujuan diskusi bukanlah mengubah pola pikir orang lain, yang hanya akan berubah dengan kehendak Roh Kudus. Untuk ini, doa sangat penting. Jangan pikir diskusi akan berbuah pertobatan dan pindah agama. Itu terlalu muluk-muluk. Cukup pihak seberang mengerti bahwa tindakan dan doktrin Gereja Katolik masuk akal, berdasar dan sesuai, bila tidak mau diakui sebagai ke benaran. 

Didalam 1 Petrus 3:15-16, Santo Petrus berpesan demikian kepada kita Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. Memang pertanggungjawaban adalah suatu kewajiban setiap umat Katolik untuk membela imannya. Bayangkanlah ketika kita berdiskusi, kita sedang melayani Tuhan.

3.Stay Calm: Banyak orang cenderung menjadi emosional ketika menghadapi non Katolik. Ketika sedang berdiskusi disarankan untuk menggunakan kepala dingin karena setiap masalah bisa diselesaikan dengan hati yang sabar.  Dengan menanggapi secara emosional, kita telah menunjukkan ke lawan diskusi kita bahwa ia berhasil menyulitkan kita. Berdiskusi-lah dengan bahasa yang santai dan sopan agar orang yang sedang berdiskusi dengan kita tidak merasa tersinggung. Jika ada orang non-katolik yang menghina kita dengan sebutan keras kepala atau kata-kata dari kebun binatang kita tidak usah marah, ketika orang tersebut menghina kita, kita sudah berhasil membuat orang nonkatolik itu kehabisan kata-kata.

4.Be Prudent: Satu hal yang perlu kita sadari bahwa pada saat berdiskusi, kita tidak bisa membantah seluruh argumen anti-Katolik yang muncul dengan cara kita sendiri. Bila tidak yakin, jangan terlibat berdebat, diskusi, tukar pikiran atau apa pun namanya. Gereja Katolik adalah Tubuh Mistik Kristus yang didirikan oleh Kristus sendiri. Kebenaran ini tidak perlu dibela. Jangan merasa terbeban untuk membela atau menjelaskan, kendati keadaan diri sendiri tidak memungkinkan, kemudian masuk ke pertempuran tanpa persiapan.  Tidak ada keharusan untuk selalu menjawab undangan berdebat. Bila kita bukan tipe orang yang dapat berpikir dengan cepat dan memiliki ingatan yang langsung dapat me-recall ayat Kitab Suci, atau bila kita bukan tipe orang yang bermental kuat dan dengan cepat goyah terkesima dengan gaya bicara orang lain 

5.Stay on topic:  Inilah salah satu kendala ketika kita sedang berdiskusi. Keras kepalalah untuk tetap fokus pada topik. Saya sendiri pernah merasakan bahwa ketika kita berdiskusi kita sama seperti kapal yang terombang-ambing dilaut yang bisa membawa kita kemana saja. Jadi ketika kita berdiskusi dan mulai ada komentar-komentar yang mulai berpindah dari topik kita harus memperingati sang pembuat topik dan juga peserta diskusi agar selalu stay on topic.

6.Don't tell false data: Jangan memberikan data palsu atau yang diragukan kebenarannya meski data itu nampaknya membela iman Katolik. Ini hanya akan menjadi bumerang. Seandainya pun dihadapkan pada fakta sejarah mengenai tindakan Gereja yang “tercela”, jangan takut. Selalu pandang fakta sejarah secara menyeluruh, sesuai konteks zaman saat itu dan yakinlah Gereja memiliki alasan kuat untuk memutuskan sesuatu. Seandainya pun terbukti keputusan ini salah, ingat selalu Gereja secara keseluruhan dikuduskan oleh Roh Kudus meski terdiri dan dipimpin oleh manusia yang tentunya berdosa. Ini fakta yang tak terbantahkan.

7.Kita boleh dengan terang-terangan menolak suatu asumsi yang menjebak. Misalnya “mari kita membatasi jawaban hanya pada Kitab Suci”. Asumsi ini berbahaya. Ada banyak doktrin yang mencapai kejelasan yang sempurna bila dilihat dengan kacamata Bapa Gereja dalam Tradisi Suci dan Wewenang Mengajar Gereja. Lagi pula Kitab Suci dengan jelas menyatakan dirinya sebagai bukan satu-satunya dasar pengajaran (1 Tim ). Sebaliknya Kitab Suci dengan tegas mengatakan bahwa sumber Kebenaran adalah Gereja (1 Tim 3:15)

Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top