"Menuju Terwujudnya Gereja Lokal" |
Pada tahun 1949, tidak ada perayaan ulang tahun
kesebelas bagi Prefektur Apostolik Banjarmasin. Pada tahun itu, tepatnya 10
Maret 1949, Prefektur Apostolik Banjarmasin diangkat menjadi Vikariat
Apostolik. Pada hari yang sama, Pater Joannes Groen MSF, diangkat menjadi
Vikaris Apostolik yang pertama dengan motto tahbisan, “Lux In Tenebris”
(=Cahaya Dalam Kebenaran – Yoh 1:5).
Sebelas tahun sebelumnya, saat prefektur Apostolik
Banjarmasin didirikan, bnayak orang menyangka bahwa beliaulah yang diangkat menjadi
Prefek Apostolik. Namun yang terjadi tidak demikian. Justur seorang pater muda
berusai 33 tahun bernama J. Kusters MSF yang diangkat menjadi Prefek
Apostolik.keadaan ini berbalik saat pengangkatan Vikaris Apostolik. Saat banyak
orang menyangka MGR. J. Kusters MSF yang akan diangkat menjadi Vikaris
Apostolik, justru Pater Joannes Groen MSF yang saat itu dianggap terlalu tua
(58 tahun) diangkat menjadi Vikaris Apostolik.
Lahir pada 15 Desember 1891, Joannes Groen, masuk
seminari MSF di Grave pada usia 19 tahun. Setelah ditahbiskan menjadi imam,
beliau berkarya sebagai pengajar bahasa Perancis dan Latin di seminari MSF di
Kaatsheuvel, Belanda. Setelah 8 tahun mengajar, Pater Groen MSF diutus ke
Kalimanta sebagai superior misi dan menetap di Banjarmasin agar lebih muda
mengadakan kontak dengan pemerintah.
Pada tahun 1939, Pater Groen MSF cuti ke Belanda dan
baru bisa kembali ke Indonesia pada tahun 1946. Keberadaan Pater Groen di
Belanda selama beberapa tahun itu telah membawa dampat positif berupa membaiknya
hubungan beliau dengan Dewan Jenderal MSF yang sebelumnya kurang mulus, bahkan
beliau sempat diijinkan member retret untuk Dewan Jenderal MSF di Grave.
Groen berangkat ke Belanda dan ditahbiskan pada
tangga 16 Juni 1949 di Kaatsheuvel oleh Uskup Hertogenbosch – MGR Mutsaers
bersama MGR. J. Huibers dari Keuskupan Haarlem dan MGR. Tarc. Van Valenberg
OFMCap – Vikaris Apostolik Pontiana. Sebagai Ordinarius Banjarmasin, beberapa
karya penting telah dilakukan MGR. Groen. Tanggal 12 Juli 1950 dibuka Seminari Menengah
di Banjarmasin. Pater L. Bussemakers diangkat menjadi Direktur Seminari. Pater
G. Slot, Pater G. Borst, Pater A. Kruize, Pater Prawirosoeyono dan MGR. Husin
MSF (alm – Uskup Keuskupan Palangkaraya) adalah alumn dari seminari yang berada
di pastoran Kelayan (salah satu nama lain
dari Paroki St. Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa) tersebut.
Pembukaan Seminari di Banjarmasin merupakan langkah penting terwujudnya gereja
local. Karya-karya lainnya adalah pembukaan sekolah guru agama di Tenggarong,
pendidikan untuk calon suster dan bruder di Tering.
MGR. Groen sangat memperhatikan pelayanan pastoral
di daerah-daerah yang penduduknya masih hidup menurut kepercayaan dan adat yang
lama. Sejah tahun 1950 diadakan beberapa kali kunjungan ke Kalimantan Tengah
dan membuka stasi di Sampit dan Kuala Kapuas. Pada tangga 1 April 1951, beliau
mentahbiskan imam pribumi yang pertama di Kalimantan, Pastor Hendrik Timang
MSF.
MGR. Groen sendiri tidak dapat menyaksikan
perkembangan karya-karya yang telah dirintisnya. Sejak awal tahun 1953,
kesehatan MGR. Groen makin menurun. Beliau dianjurkan untuk berobat di Rumah
Sakit RKZ Surabaya. Tanggal 18 April 1953, beliau meninggal dunia karena
komplikasi emboli yang diketahui saat operasi tumor di usus besar. Sesaat
sebelum meninggal, dalam keadaan sadar, MGR. Groen menerima Sakramen Pengurapan
Orang Sakit yang diberikan oleh Pater Gloudemans yang menemaninya dari
Balikpapan. Hari berikutnya jenazah MGR. Groen dimakamkan di kuburan “Kembang
Kuning” Surabaya.
Enam puluh tahun kemudian, menandai peringatan 75 tahun Keuskupan Banjarmasin, tepatnya 2 Juli 2013, sebagai penghormatan atas karya-karya monsinyur yang telah dimenorehkan sejarah di Keuskupan Banjarmasin, maka kerangka jenazah MGR. Groen dipindahkan dari “Kembang Kuning” ke kuburan St. Yosef di Landasan Ulin.
Enam puluh tahun kemudian, menandai peringatan 75 tahun Keuskupan Banjarmasin, tepatnya 2 Juli 2013, sebagai penghormatan atas karya-karya monsinyur yang telah dimenorehkan sejarah di Keuskupan Banjarmasin, maka kerangka jenazah MGR. Groen dipindahkan dari “Kembang Kuning” ke kuburan St. Yosef di Landasan Ulin.
Dominus illuminatio mea!
Disadur dari Majalah Ventimiglia milik Keuskupan Banjarmasin no. 19 edisi Juli-Agustus 2013.