0 komentar

Kutipan Dari Konferensi Sacra Liturgia

Missa Solemnis - Basilica S. Apollinare -  De ssmo Eucharistiae
Pada 25-28 Juni 2013 lalu, dilangsungkan sebuah acara Konferensi Liturgi Kudus Internasional, di Roma, yang diselenggarakan oleh Tahta Suci, dalam rangka Tahun Iman, yang dihadiri oleh ratusan peserta lebih dari 30-an negara, dan pembicaranya dari beberapa Hirarki Gereja, yang mengerti secara benar apa itu Liturgi.

Beberapa kutipan akan dipilih admin secara highlight, yang juga merupakan masalah umum dimana ketika sebuah Liturgi harusnya dirayakan secara baik, bagus, indah dan benar.

Pembicara Kardinal Burke, Hakim Tertinggi Tahta Suci, dalam topik, "Hukum Liturgi dalam Misi-Misi Gereja":

"Mengerti secara benar Liturgi Kudus, adalah kunci untuk mengerti setiap dimensi kehidupan. Dan pengertian ini, dijaga oleh aturan/hukum, atau disiplin, dimana juga menjaga relasi hubungan antara manusia dengan Allah."

"Liturgi Kudus tidak dapat direduksi menjadi hanya sebagai kegiatan dari segelintir orang, atau bahkan seorang Imam, tetapi harus dijalankan, dengan hormat karena ditentukan oleh Hukum Ilahi, yaitu Hukum Gereja, yaitu Kuasa Mengajar Gereja, dimana dilakukan oleh Uskup Roma dan Para Uskup yang bersatu di dalamnya."

"Sayangnya, setelah Konsili Vatikan II, tetapi dipastikan bukan karena pengajaran Konsili Vatikan II yang salah, terjadi banyak pelanggaran dalam merayakan Liturgi Kudus diberbagai tempat."

Pembicara Mgr. Ignacio Barreiro Carambula, Kepala Organisasi Internasional Hak dan Martabat Kehidupan Manusia, bermarkas di Roma, dalam topik, "Liturgi Kudus dan Mempertahankan Hak dan Martabat Kehidupan Manusia":

"Manusia yang tidak menyembah Allah secara benar dalam Liturgi tidak menghargai nilai-nilai penting yang Allah berikan secara cuma-cuma yaitu Kehidupan."

"Ketika kita tidak merasakan kesakralan dalam Liturgi layaknya Surga, dimana lagi kita dapat mencarinya, didalam dunia yang penuh menolak tanda-tanda kehadiran Allah secara terus-menerus?"

Pembicara Uskup Peter Elliott, Uskup pembantu Melbourne, Australia, dalam topik, "Ars Celebrandi (artinya: Penyelenggara Utama; Selebran Utama, dalam artian yang merayakan Liturgi) dalam Liturgi Kudus":

"Kita tidak dapat berharap apa-apa dari Selebran Utama (lat.Ars Celebrandi) dari Imam yang tidak tahu, bahkan tidak pernah membaca, Pedoman Umum Misa Romawi (PUMR)."

"Selebran seharusnya tidak pernah mempunyai ide bahwa suara-suara atau musik-musik yang tidak berguna mesti hadir dalam sebuah liturgi atau umat akan menjadi bosan ketika menghadirinya. Nah, pada saat ide itu ada maka label jahat dari "penampilan atau pertunjukkan" mulai mengambil alih."

"Ketika saya merayakan Sakramen Krisma dibeberapa paroki, saya berpikir saya berada didalam gedung bioskop, karena begitu banyak suara maupun sound effect dari dunia sekular yang biasa saya temukan yang dilakukan oleh orang-orang di negara saya."

"Misa Usus Antiquor dari abad 16 (Misa Tridentine/TLM) memberikan secara pasti dan mengikat aturan baku dan mencegah pelanggaran-pelanggaran maupun perayaan yang buruk dalam merayakan Misa ataupun Sakramen. Maka dari itu, dari Imam di desa, Imam Chaplain dalam tugas negara, Biarawan pertapa dalam biara, sampai biarawan yang melayani dalam kota, semua dari mereka tahu apa yang mereka rayakan dan menghidari dari perbuatan: "baca hitam, tetapi lakukan merah."

"Misa dapat dirayakan secara indah di Gereja yang jelek dan reyot, tetapi ketika Misa dirayakan dengan buruk, maka umat yang hadir lebih layak untuk mendapat tempat yang lebih bagus dalam merayakan Ekaristi."

"Perayaan Katolik harusnya dirayakan ditempat Kudus yang indah dan sakral, bukan dihiasi oleh pernak-pernik, dekorasi maupun slogan-slogan yang tidak ada gunanya dan tidak penting yang mengganggu dan menarik perhatian bukan pada Ekaristinya."

"Saya ingin mengundang semua Imam untuk melihat dan meneliti lebih lama di altar Gereja mereka... Apakah Altarnya indah dan bagus? Apakah Altarnya melambangkan bahwa Allah telah berbicara kepada kita, apakah Altarnya melambangkan pengorbanan-Nya, apakah Altarnya melambangkan Perjamuan Kudus-Nya?"

Vesperae Solemnes, Te Deum, Benediction
Pembicara Dom Alcuin Reid, biarawan, cendikiawan Katolik, dari biara Saint-Benoît, Toulon, Perancis, dalam topik "Sacrosanctum Concilium dan Tata Cara Liturgi":

"Liturgi Kudus pada intinya bukan Imam, tetapi setiap pelaksanaan dan aksi Imam dalam berliturgi dan juga bagaimana Imam tersebut dapat merefleksikan pelayanannya dalam menampilkan keindahan dan cahaya dari Kristus sendiri."

"Liturgi Kudus itu bukan dirayakan sesuai selera dan hasrat dari Imam, tetapi kerendahan hati mereka dalam melayani pelayanan Kristus di dalam dunia."

"Liturgi bukanlah pilihan praktek spiritual dari beberapa orang, atau metode dari devosi oleh orang-rang yang sering disebut "Liturgist". Berliturgi adalah hal yang normal dalam kehidupan Kristani."

"Meminimalisir Liturgi adalah musuh dari semangat liturgi dan adalah kanker dari tata cara liturgikal... Semakin menyingkatkan waktu atau mengurangi bagian tertentu ketika kita berliturgi adalah bukan cara merayakan Liturgi Kudus."

Prof. Tracey Rowland, Cendikiawan Katolik, dan Dekan Institut Yohanes Paulus II untuk Pernikahan dan Keluarga, dalam topik "Misa Tridentine dan Tugas Penginjilan Baru":

"Unsur-unsur kultur Katolik yang hilang di era generasi 1960-an karena perubahan arah Pastoral Gereja ditemukan kembali oleh kaum generasi muda Katolik, dimana mereka memperlakukan seperti harta yang ditemukan dikotak kuno nenek mereka."

"Ketika generasi Katolik post-modern ingin mengetahui bagaimana Gereja kita terbentuk, bagaimana Iman kita dilaksanakan secara berabad-abad, maka mereka melihat setiap tradisi Katolik."

"Seluruh struktur dari Misa Tridentine adalah mengambil makna yang terdalam dari pengorbanan, bukan hanya sekedar perjamuan... Hal ini adalah penangkal yang paling ampuh dalam melawan sekularisme dan apa yang Paus Fransiskus panggil untuk "merenungkan kembali mengenai Kristenitas" dalam permenungan terhadap para Martir dan Pengorbanan Kristus di Kalvari, dimana dengan merayakan ini seorang dapat mengalami permenungan ini secara nyata."

Kardinal Ranjith, emeritus Sekretaris Konggregasi Liturgi Ilahi dan Tata tertib Sakramen, Uskup agung Colombo, Srilanka, dalam topik "Liturgi Kudus, Puncak dan Sumber dari Kehidupan dan Misi Gereja" :

"Keindahan dari Liturgi Kudus terletak bukan pada bagaimana kita melakukan atau bagaimana semenarik dan sepuas mungkin kita melakukan liturgi bagi kita, tetapi bagaimana cara kita menarik kepada sesuatu kejadian yang telah terjadi dimana dilakukan secara Sakral dan Kudus. Lebih hebat lagi bagi kita apabila kita dapat menampilkan efek perubahan, dimana terkadang kita tidak dapat mengerti dan jangkau secara seluruhnya. Hal itu semua adalah Kemenangan Misteri Paskah Kristus yang kita rayakan, perayaan Surga diatas dunia. Liturgi adalah sebuah proses pertumbuhan, perubahan, dan pengudusan dari kehidupan manusia. Tentu keselamatan itu sendiri adalah Pekerjaan Tuhan dan Gereja mengambil bagian secara pasti, pekerjaan Tuhan-Nya, dalam tugas Imamat Agung dalam menyelenggarakan Liturgi Surga diatas dunia ini. Liturgi dalam masalah ini mengumpulkan umat beriman Allah, Israel Baru - yaitu Gereja. Apa yang sebenarnya terjadi dalam relasi intim Kristus, Imamat Agung kita, antara Gereja dengan-Nya, dalam tugas Misi-Nya dan keberadaan-Nya adalah dengan cara Gereja masuk dalam perbuatan Tuhan dalam penebusan-Nya sendiri. Maka dari itu tugas misi Gereja dalam liturgi tidak terpatut pada selera sebuah komunitas atau asosiasi tertentu tetapi sebagai penghubung dimana Penebusan Tuhan menjadi nyata sendiri didalam-Nya. Ini adalah hal yang mutlak dan tidak dapat dipisahkan dari Gereja terhadap penebusan manusia dalam relasi unik-Nya dengan Kristus. Semakin Gereja bersatu dengan Kristus, dimana terletak pada hubungan kuat dalam Ekaristi, semain berbuah Misi Gereja, karena Kristus dan Penebusan-Nya yang kekal pada akhirnya menebus dunia. Hal inilah membuat Gereja bertanggung jawab secara berat dalam mengatur kehidupan berliturgi Gereja."

Pembicara Uskup Alexander Sample, Uskup Portland, Oregon, USA, topik "Uskup: pelaksana, promotor dan penjaga kehidupan berliturgi di diosis":

"Uskup diosesan harus mempunyai prinsip, kepentingan dan tidak dapat dikesampingkan dalam menjalankan, mempromosikan, dan penjaga dalam merayakan Liturgi Kudus dalam wilayah diosisnya."

"Uskup harus mengajarkan, dengan memberi contoh dalam dirinya sendiri, dan menentukan secara bijak dan sabar agar liturgi kudus dalam diosisnya akan memberikan persembahan kepada kemuliaan Tuhan dan menguduskan umat diosisnya."

"Perayaan yang buruk dan salah dalam praktek liturgi biasanya merupakan hasil dari beberapa tahun, kalau bukan beberapa dekade, dari katakesis yang parah, dan pembiaran terhadap tindakan pelecehan liturgi dan perayaan liturgi yang tidak benar sesuai tata cara yang benar."

"Saya benar-benar yakin bahwa bagian terpenting dari masalah dalam perayaan liturgi sekarang, terlebih Misa Kudus, adalah karena kurangnya pengertian umum pada inti dan isi dari Liturgi Kudus itu sendiri."

ut habeatis fidem in Ecclessia Catholica
 
Toggle Footer
Top