Hari ini kita merayakan pesta
pemberkatan Gereja Basilik Lateran. Basilik agung ini didirikan oleh kaisar
Konstantinus Agung, putera Santa Helena, pada tahun 324. Dalam konteks sejarah
Gereja Kristen, basilik ini merupakan basilik agung yang pertama, yang melambangkan
kemerdekaan dan perdamaian di dalam Gereja setelah tiga-abad lebih berada di
dalam kancah penghambatan dan penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang kafir.
Pemberkatannya yang kita peringati pada hari ini merupakan peringatan akan
kemerdekaan dan perdamaian itu.
Memang semenjak zaman para rasul,
sudah ada tempat-tempat berkumpul untuk merayakan Ekaristi serta mendengarkan
Firman Tuhan. Namun karena ketenteraman Gereja selalu diselingi dengan
aksi-aksi pengejaran dan penganiayaam terhadap orang Kristen, maka gereja-gereja
pada waktu itu hanyalah berupa sebuah ruangan di dalam rumah-rumah tinggal
orang Kristen. Selama berkobarnya penganiayaan, upacara-upacara keagamaan
biasanya dirayakan di katekombe-katekombe, yaitu kuburan bawah tanah di luar
kota.
Salah satu interior bagian atas basilika |
Ketika Kaisar Konstantinus bertobat
dan mengumumkan edik Milano Dada tahun 303, ia memusatkan perhatiannya pada
pembangunan gereja-gereja yang indah. Ibunya Santa Helena menjadi salah seorang
pendorong dan pembantu dalam usaha mendirikan gereja-gereja itu. Gereja pertama
yang dibangun ialah Basilik Agung Penebus Mahakudus di Lateran. Letaknya di
atas bukit Goelius dan tergabung dengan istana kekaisaran, Lateran. Gereja ini
diberkati dengan suatu upacara agung dan meriah oleh Sri Paus Silvester I
(314-335) pada tahun 324. Karena basilika itu merupakan gereja katedral untuk
Uskup Roma yang sekaligus menjabat sebagai Paus, maka basilik itu pun disebut
'induk semua gereja', baik di Roma maupun di seluruh dunia. Karena itu juga
basilik Lateran merupakan gereja paroki bagi seluruh umat Katolik sedunia.
Basilik itu sekarang disebut Gereja Santo Yohanes Lateran.
Mula-mula pesta ini hanya dirayakan di
Roma, namun lama kelamaan menjadi pesta bagi seluruh gereja. Dalam pesta ini,
selain kita mengenang dan memperingati kemerdekaan dan perdamaian yang dialami
Gereja, kita juga mau mengungkapkan cinta kasih dan kesatuan kita dengan Uskup
Roma, yang sekaligus menjabat sebagai Paus, pemersatu seluruh Gereja dalam
cinta kasih Kristus.
Gereja, tempat kita berkumpul
merupakan tanda dan lambang Gereja, Umat Allah. Gereja yang sebenarnya tidak
dibangun dari kayu dan batu yang mati, melainkan dari batu yang hidup. Kitalah
batu hidup yang membentuk rumah Allah itu, kediaman Roh Kudus yang indah
berseri karena hidup suci. Apakah kita dalam hidup sehari-hari ikut membangun
Gereja yang hidup itu?