“Epifania”
atau “Teofania” (kata Yunani) berarti
pernyataan diri dengan penuh keagungan, kekuatan dan kewibawaan pribadi. Biasanya
dikenakan kepada seorang raja atau kaisar atau penguasa besar yang datang. Kata
yang sama pula dipakai untuk penampakan keilahian atau karya-karya Allah yang
menakjubkan. Dalam Gereja Timur pemakaian ungkapan “Epifania” hanya untuk misteri Natal, yaitu penampakan keilahian
Tuhan Allah dalam rupa daging manusia.
Awal
Mula Perayaan Epifania
Sudah sejak abad kedua Epifania dirayakan pada
tanggal 6 Januari, yang digandeng dengan kenangan pembaptisan Yesus di Sungai
Yordan. Terdapat tulisan dari abad keempat yang mencatat kekhususan perayaan
ini sebagai perayaan Kedatangan Tuhn, yakni kelahiran-Nya sebagai manusia dalam
inkarnasi yang utuh sempurna.
Di Antiokhia dan Mesir, pada masa hidup Santo
Yohanes Krisostomus, pesta ini dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus dan
sekaligus hari pembaptisan-Nya. Ketika pesta ini menyebar ke Barat, Gereja
Barat menerjemahkan pesta ini sebagai perayaan pewahyuan diri Yesus kepada
dunia kafir dengan prototipenya yakni tiga sarjana dari Timur yang datang
menuju Bethlehem untuk menyembah kanak-kanak Yesus Penebus yang baru lahir.
Episode ini digabungkan sekaligus dengan Peringatan Pembaptisan Tuhan di Sungai
Yordan dan pernikahan di Kana.
Alasan penempatan tanggal perayaan Epifania di
Gereja Timur adalah sama seperti Natal dalam Gereja Barat, yaitu titik balik
peredaran Matahari. Orang kafir di Mesir saat itu merayakannya 13 hari sesudah
25 Desember, sebab biasanya pada tanggal itu matahari di wilayah sana terlihat
lebih benderang. Sehingga 6 Januari bagi umat Kristiani dirayakan sebagai
Kelahiran Kristus, Sang Matahari Sejati.
Kebijakan
Konsili Vatikan II
Sambil merayakan Epifania yang berasal dari Gereja
Timur, Gereja Barat lebih menitik-beratkan peristiwa kedatangan Tiga Sarjana dari
Timur sebagai wakil-wakil segala bangsa dan bahasa dari seluruh muka bumi. Konsekwensinya
ialah bahwa Epifania berarti penampakan Tuhan Yesus di antara segala bangsa. Penekanannya
jelas berbeda, apalagi karena didukng oleh dua perayaan yang mewarnai Epifania,
yaitu pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan dan pernikahan di Kana.
Pembaruan Liturgi secara jelas dan indah
mengungkapkan sintese perayaan itu dalam prefasinya:
Sebab hari ini, dalam diri Kristus, Engkau menyingkapkan misteri penyelamatan kami, menjadi Terang bagi bangsa-bangsa; dan sewaktu Dia tampak dalam kodrat kami yang fana, Engkau memulihkan kami ke dalam kemuliaan-Nya yang baka.
Keseluruhan rumusan doa baik untuk Ekaristi maupun
Ibadat Harian memperlihatkan corak universal keselamatan. Beberapa unsur penting
yang terkandung dalam hari raya ini ialah:
- Kristus, Sang Mempelai, bersatu dengan Gereja-Nya untuk memurnikan dan menguduskan dunia;
- Gereja missioner adalah tanda kesatuan bagi segala bangsa yang tercerai berai;
- Gereja menjadi sumber kebahagian sejai bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Disadur oleh Katolisitas Indonesia dari "Memaknai Perayaan Liturgi" halaman 89-90.
Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan dihadirat-Nya aku berdiri)
Vivit Dominus in cuius conspectu sto (Allah hidup dan dihadirat-Nya aku berdiri)