Bunda Maria Perawan Selamanya


Gereja mengajarkan bahwa Maria adalah seorang perawan sebelum, sewaktu dan sesudah melahirkan Yesus. Ini berarti bahwa Maria adalah perawan seumur hidupnya. Mengapa begitu? Karena itu adalah kehendak Tuhan dan Tuhan menghendaki Maria selalu utuh dan sempurna. Pertanyaan yang sering datang adalah bahwa KS mengatakan bahwa sepertinya Yesus memiliki saudara kandung dan ini menunjukkan bahwa Maria tidak perawan setelah Yesus lahir.

Mat 13:55:"Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara- Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?"

Dalam ayat ini sepertinya St. Matius menunjuk Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas sebagai adik-adik Yesus. Akan tetapi KS akan membuktikan bahwa pandangan diatas adalah keliru. Pertama, kata saudara dapat berarti kakak, adik, sepupu dan juga saudara dalam Kristus.

Apakah memang St. Matius menuliskan ayat tersebut dengan maksud untuk mengatakan bahwa Yesus memiliki adik-adik kandung? Sama sekali tidak!

Karena pada Mat 27:56 St. Matius menjelaskan siapa yang dimaksud dengan Maria ibu Yakobus dan Yusuf. Maria yang ditulis pada ayat tersebut adalah Maria istri Klopas (Yoh 19:25).

Yoh 19:25:"Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena."Mat 27:56: "Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus."

Bila Maria memang memiliki anak-anak lain selain Yesus, mengapa sebelum Yesus mati disalib Yesus menitipkan ibu-Nya kepada St. Yohanes? (Yoh 19:27). Bukankah adalah tanggung jawab dari anak Maria yang lainnya (jika ada) untuk mengurusnya?

Yesus menitipkan Maria kepada St. Yohanes karena St. Yoseph suami Maria telah meninggal dan Maria tidak lagi memiliki keluarga yang akan mengurusinya.

Yoh 19:27: "Kemudian kata-Nya kepada murid-murid- Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya."

Jika benar Mat 13:55 bermaksud menyatakan bahwa Yesus memiliki saudara kandung, maka seharusnyajumlah saudara Yesus berjumlah kurang lebih 120 orang. Bagaimana caranya Maria melahirkan lebih dari 100 orang anak? Dan kemudian pulang ke rumah Yohanes yang justru bukan anaknya dan tidak ke rumah salah satu dari 120 anak-nya?

Kis 1:14: "Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus."Kis 1:15: "Pada hari-hari itu berdirilah Petrus di tengah-tengah saudara-saudara yang sedang berkumpul itu, kira-kira seratus dua puluh orang banyaknya, lalu berkata:"

Jauh hari sebelum keperawanan Maria dipertanyakan oleh umat Protestan para pelopor reformasi Protestan sekalipun selalu membela keperawanan Maria:

Martin Luther: "Adalah sebuah pengakuan iman bahwa Maria adalah Bunda Allah yang masih tetap perawan ... Kami percaya Kristus lahir dari rahimnya dan sesudahnya Maria tetap sama seperti sebelumnya. (The Works of Luther, vol. 11 halaman 319-320) John Calvin dalam khotbahnya mengenai kitab Matius berkata "Terdapat beberapa orang yang ingin mengartikan Mat 1:25 bahwa Maria mempunyai anak-anak selain Yesus Putera Allah, dan bahwa Yoseph berhubungan dengannya setelah kelahiran Yesus; adalah suatu kebodohan! Karena penulis Injil tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi sesudahnya akan tetapi keinginannya dalam menunjukan ketaatan Yoseph karena adalah benar bahwa itu adalah malaikat Allah yang dikirim kepada Maria. Karena itu Yoseph tidak pernah sekalipun bersama Maria. ( Sermon on Mathew 1:22- 25 cetakan 1562.) Zwingli: "Dengan teguh aku percaya bahwa Maria menurut Injil adalah perawan yang sempurna yang melahirkan Putera Allah, Maria sewaktu melahirkan-Nya dan sesudah melahirkan-Nya dan selamanya adalah tetap sebagai perawan suci" (Zwingli Opera, vol. 1 halaman 424.)

Jika para pelopor doktrin Sola Scriptura berani membuat pernyataan iman seperti demikian, tentulah ia berkata karena dapat melihat bagaimana kenyataan keperawanan Maria memang terdapat di dalam KS.

Seorang Protestan yang setia mengikuti doktrin sola scriptura seharusnya juga mengikuti contoh pelopor dan pencipta doktrin tersebut seperti Luther dkk yang dalam hal ini telah terang-terangan mengaku, memeluk dan membela ajaran Gereja Katolik mengenai Keperawanan Maria.

Keterangan:
Artikel ini adalah salinan dari buku "Maria Dalam Kitab Suci" Chapter IV karya Tony Bamboe (moderator ekaristi dot org).

Mariologi Merupakan Bagian Nyata Dari Teologi


Mungkin ada yang bertanya mengapa dalam ilmu Teologi Katolik, ditemukan cabang ilmu yang disebut Mariologi (Ilmu yang mempelajari mengenai Maria – seorang ciptaan Allah). Ini sebuah contoh bagaimana pernyataan ini terbukti: Pada abad ke-5, sebuah pertanyaan mengenai Maria muncul pada dari sebuah pertarungan teologis besar: Dapatkah Bunda Maria disebut Bunda Allah?

Ini sebuah kutipan penting dari Katekismus Gereja Katolik mengenai isu ini:
Apa yang Gereja Katolik percaya dan ajarkan tentang Maria, berakar dalam iman akan Kristus, tetapi sekaligus juga menjelaskan iman akan Kristus. (KGK 487)
Santo Sirillus
St. Sirillus, Patriark Alexandria, mengajarkan bahwa karena Yesus Kristus adalah sungguh Allah sungguh manusia, maka Maria memiliki hak untuk mendapatkan gelar Bunda Allah.

Nestorius, Patriark Konstantinopel, percaya bahwa pernyataan ini adalah penghujatan terhadap Allah. Karena Allah tidak dapat memiliki ibu! Maria dapat disebut Bunda Kristus tetapi ia tidak dapat disebut Bunda Allah.”

Pada tahun 431 M, sebuah Konsili Para Uskup diadakan di Efesus yang bertujuan untuk menyelesaikan pertarungan teologis antara dua Patriark ini. Setelah perdebatan sengit antara kedua kubu, Para Uskup menyimpulkan berdasarkan otoritas Paus Roma dan Konsili, menyatakan bahwa Pandangan Nestorius menyebabkan 
pemisahan yang heretikal (sesat) dalam kodrat Yesus Kristus. Maria memberikan kelahiran kepada seorang Pribadi Yesus Kristus secara utuh.

Jika Maria hanya memberikan kelahiran kepada pribadi manusia Yesus tetapi tidak kepada pribadi ilahi-Nya, maka Pribadi keAllahan Kristus dan pribadi manusia-Nya terpisah sehingga ada Dua Pribadi dalam Yesus Kristus, yaitu Pribadi Sang Sabda Allah dan Pribadi Manusia. Dan bila ada pemisahan demikian, maka Yesus Kristus bukan lagi sungguh Allah sungguh Manusia dan tentu saja pandangan seperti ini keliru. Didalam Konsili Efesus pula ditegaskan kembali bahwa Tuhan Yesus Kristus itu adalah Satu Pribadi yang memiliki dua kodrat, kodrat Ilahi dan kodrat manusia. Maka sangat benar bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah sungguh manusia. 

Konsili Efesus

Dan karena satu pribadi Yesus Kristus itu sungguh Allah sungguh manusia, maka sangatlah tepat untuk menyebut Bunda Maria Sang Bunda Allah. dan hal ini justru Bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Nestoriusyang mengatakan Bunda Maria bukan Bunda Allah merupakan penghujatan terhadap Allah sendiri.Pernyataan ini juga memuliakan Allah dengan memberikan terang mengenai misteri Inkarnasi. Dengan demikian, terselesaikanlah salah satu kontroversi kristologis dan dalam sejarah Gereja. sehingga Mariologi adalah sungguh bagian dari Teologi.

diterjemahkan dari young evangelical and catholic dengan beberapa perubahan

Sepatah kata untuk Sejarah Gereja


Para Ilmuwan dari universitas-universitas terkenal didunia mengklaim bahwa pada tahun 1989 ada 2.600 Gereja dari denominasi-denominasi yang berbeda, beberapa dari Gereja-gereja tersebut banyak yang mengklaim dirinya adalah Gereja rasuli ataupun Gereja benar yang berasal dari jaman para Rasul dan ada pula Gereja yang mengaku Gereja yang non denominasi. 

Dua belas tahun kemudian website karangan David B. Barret yaitu“The World Christian Encylopedia”mengatakan bahwa hingga akhir millennium kini jumlah denominasi-denominasi ataupun sekte sudah berjumlah hampir 33.000. Dan pada tahun 2007 jumlahnya kembali meningkat sekitar 39.000, dan kembali diprediksi tahun 2025 jumlahnya bisa-bisa sampai sekitar 55.000. 

Jumlah yang bisa membuat bulu kuduk merinding, bayangkan saja jumlah 55.000? itu bukanlah nilai yang sedikit! Saya pun terkadang berpikir bagaimana caranya Tuhan bisa mengembalikan denominasi-denominasi yang sungguh banyak dibawah itu kepemimpinan wakil-Nya di Roma sana.  Rasul Paulus saja dalam surat pertamanya di Korintus mengatakan “Adakah Kristus terbagi-bagi? ” (1Kor 1:13) dan “jangan ada perpecahan diantara kamu" (1 Kor 1:10) ,  Tuhan Yesus saja tidak menghendaki adanya perpecahan “supaya mereka semua menjadi satu” (1Yoh 17:20), “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef 4:5).

Untuk pertama kalinya ketika Yesus sendiri mendirikan Gereja-Nya diatas Sang Petrus Gereja itu hanya 1 dan ada 3 pusat patriakhat mula-mula yaitu Roma, Antiokhia dan Alexandria lalu pada abad ke 4 kekaisaran bizantium menjadikan Yerusalem kepatriakan ke-4 lalu pada abad ke 7 Roma mengakui Konstantinopel sebagai sebuah patriakhat. Dan lima patriakh itu dalam kesatuan dan persekutuan penuh satu sasama lainnya. Lalu pada puncaknya sekitar tahun 1054 Gereja Orthodox timur memisahkan diri disebabkan oleh penambahan klausa Filioque, otoritas Paus Roma sebagai Primus Inter Pares, penggunaan Roti beragi atau tidak dan masih banyak lagi.

Hari ini lebih dari 1 millenium kemudian Gereja Katolik tetaplah satu sampai Yesus datang kembali di bawah kepemimpinan Paus Roma yang tetap memelihara Iman Rasuliah yang berasal dari Perjanjian Baru.

Maria Sang Theotokos

Ikon Maria dari Czestochowa
Maria memiliki gelar Bunda Allah, suatu gelar yang sangat menakutkan bagi sebagian orang Protestan. Bagaimana mungkin Maria menjadi ibu dari Tuhan, ini berarti Maria adalah pencipta Tuhan dan ini tidak masuk akal. Kesalahan pertama adalah cara pandang dengan mentalitas ‘Atau’ yang gagal untuk mengerti bahwa Tuhan berada di luar waktu dan logika manusia yang kemampuannya amat terbatas untuk mengerti alam dan sifat Tuhan. Bukankah karena manusia tidak mengerti alam dan sifat Tuhan, manusia menyebut-Nya Tuhan ? Alangkah kecilnya Tuhan yang dapat dirumuskan dan sepenuhnya dimengerti oleh manusia. Karena bila manusia memang sepenuhnya mengerti, manusia tidak memerlukan Tuhan? Maria memiliki gelar Bunda Allah karena memang Maria adalah Bunda Allah. 

Yohanes Pembaptis


Injil memberi kita sebuah kesaksian yang indah tentang Yesus dari Yohanes Pembaptis, Yohanes Pembaptis adalah orang yang sangat penting dalam Kitab Suci sebab misi Yesus berawal dari dia. Dialah yang menyiapkan jalan keselamatan bagi kita umat Manusia. Dan didalam Yohanes Pembaptis pula tergenapilah isi dari nubuatan Nabi Yesaya “Ada suara orang dipadang gurun: persiapkanlah jalan untuk Tuhan luruskanlah jalan bagi-Nya”

Dengan adanya Yohanes Pembaptis maka jalan Yesus untuk menyelamatkan kita sudah terbuka lebar dan banyak orang-orang di Israel tahu bahwa Yesus-lah Messias yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Israel dan yang dinubuatkan oleh para Nabi.

Apa saja yang menarik dari Yohanes Pembaptis?
1. Dia pertama kali menggambarkan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapuss dosa dunia. Dengan itu ia mengungkapkan misi-Nya yang besar: Dia adalah Anak Domba Pascal sejati yang akan mengorbankan dirinya untuk umat-Nya. Dia adalah Mesias.

2. Yesus adalah Dia kepada siapa Yohanes melihat Roh Allah turun dalam bentuk burung merpati. Setelah awal misinya, Roh Ilahi mengisi dirinya dengan kekuatan dan karunia-Nya.

3. Pada akhirnya, Yohanes Pembaptis meyakinkan bahwa Yesus adalah Anak Allah karena pada saat membaptis Yesus, Yohanes mendengar suara Allah Bapa yang berkata:”Inilah Anak-Ku yang kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”.

Jadi apa yang bisa kita teladani dari sikap Yohanes pembaptis? Kita bisa meneladani dia lewat kerendahan hatinya, bahkan karena saking tidak layaknya dia membaptis Allah, dia sampai berucap: “Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?”
Dan dari sini pula kita juga bisa melihat betapa pentingnya pembaptisan bahkan Tuhan Yesus sendiri melakukannya.

1. Dalam Baptisan, kita semua menjadi saudara Yesus, dan terutama menjadi murid-murid Tuhan. 

2. Dari Pembaptisan  jiwa kita telah dihuni oleh Roh Kudus. Roh Kudus hadir didalam jiwa dan seluruh hidup kita. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait  Roh Kudus  yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?" (1 Kor 6:19)

3. Dalam Baptisan, kita dirubah menjadi anak-anak Allah. Dengan kematiannya di kayu salib, Kristus memberi kita kasih karunia ini, seperti Dia yang merupakan Anak Allah, kita pun sudah menjadi anak-anak Allah ketika kita dibaptis.

Dominus illuminatio mea

Mengapa Rasul Petrus Tidak Disebutkan Oleh Rasul Paulus Dalam Surat Kepada Jemaat Di Roma?


Kenyataan bahwa Petrus tidak disebut di dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Roma, itu tidak menjadi bukti yang kuat bahwa Petrus tidak ada/ tidak pernah ke Roma. Terdapat beberapa kemungkinan mengapa nama Petrus tidak disebutkan di sini:

1. Rasul Petrus melakukan perjalanan dengan sangat ekstensif pada saat itu.
Maka dapat diperkirakan bahwa ia mengadakan perjalanan ke daerah-daerah yang lain sementara menggunakan Roma sebagai “home base“, atau ia membantu Gereja dari daerah lain. Karena ia diberi tugas untuk mengabarkan Injil kepada umat Yahudi, maka ia akan merasa wajib untuk mengunjungi daerah-daerah di mana ada kaum diaspora Yahudi. Dalam hal ini Roma merupakan kemungkinan besar, karena sejumlah besar kaum Yahudi di sana. Roma yang juga adalah pusat kerajaan Romawi, juga menjadi pusat Gereja. Kita ketahui dari surat Rasul Paulus bahwa Rasul Petrus melakukan perjalanan untuk pewartaan Injil, disertai oleh istrinya (1 Kor 9:5).
2. Juga, kemungkinan pada tahun 49, Rasul Petrus, bersama dengan orang- orang Yahudi lainnya diusir keluar Roma oleh Kaisar Claudius, dan hanya menyisakan sejumlah jemaat Kristen non- Yahudi. Kita mengetahui dari bukti sejarah bahwa pada tahun itu terjadi kesalahpahaman dari pihak Kaisar Roma (Claudius) bahwa terjadi keributan yang disebabkan oleh seorang “Chrestus”, yang kemungkinan mengacu pada Kristus, di mana Petrus adalah pemimpinnya, yang dianggap sebagai sekte Kristus Yahudi oleh pemimpin kerajaan Roma. 

Keadaan ini ditulis juga di Kis 18:12. Tak ada seorang Kristen-pun yang ingin mengekspos Petrus atau pemimpin yang lain terhadap ancaman hukuman ini, membuat mereka menjadi sasaran bagi kerajaan Roma. Dengan demikian, adalah bijaksana bagi rasul Paulus untuk tidak menyebutkan Rasul Petrus dalam suratnya yang dapat jatuh ke tangan penguasa Roma, sebab jika tidak, pendirian Gereja di Roma akan menjadi berantakan jika dokumen itu jatuh ke tangan orang Roma yang membenci Gereja. “Orang- orang Kristen saat itu sangat berhati-hati untuk tidak membiarkan gerakan-gerakan dan tindakan- tindakan para Uskup mereka diketahui oleh pihak penguasa negara pagan tersebut. Pernyataan Rasul Paulus bahwa ia tidak akan membangun pada ‘pondasi yang sudah diletakkan oleh orang lain’ adalah referensi yang cukup memadai bagi mereka yang kepadanya surat itu dituliskan.

4. Ada kemungkinan, Rasul Paulus menuliskan suratnya kepada sebuah kelompok khusus dalam komunitas Kristen di Roma. Sebab di sini ia tidak menyebut komunitas tersebut sebagai ‘Gereja’ seperti yang disebutkan pada surat- suratnya yang lain, namun hanya secara umum ‘semua yang di Roma’.
5. Seperti telah disebutkan di point 3, ada kemungkinan juga Rasul Paulus sudah menyebutkan Rasul Petrus walau secara terselubung, “….aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus. Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain, …Itulah sebabnya aku selalu terhalang untuk mengunjungi kamu. Tetapi sekarang, karena aku tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini dan karena aku telah beberapa tahun lamanya ingin mengunjungi kamu, aku harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat singgah di tempatmu dan bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku ke sana, setelah aku seketika menikmati pertemuan dengan kamu.” (Rom 15: 19-20, 22-24) Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang rasul yang lain telah membangun Gereja (lih. Ef 2:20) di Roma. Karenanya Rasul Paulus percaya bahwa Gereja di Roma telah dibangun dengan baik, dan hanya bermaksud singgah saja dalam perjalanannya ke Spanyol (Rom 15:24, 28).

Menarik di sini untuk melihat bahwa Calvin telah menolak bahwa Rasul Petrus pernah ke Roma, dan menyebutkan bahwa yang tidak setuju dengannya sebagai ‘tersesat’. Namun dalam komentarnya terhadap ayat 1 Kor 15 tersebut, Calvin mengatakan, “… kita dapat menganggap bahwa para rasul adalah para pendiri Gereja, sementara para pastor yang meneruskan mereka mempunyai tugas untuk menjaga dan meningkatkan struktur yang telah didirikan oleh mereka (para rasul). Rasul Paulus mengacu kepada pondasi yang telah didrikan oleh seorang  rasul lainnya sebagai ‘pondasi yang diletakkan oleh orang lain’.[14]. Maka memang pertanyaannya adalah siapakah rasul lain yang sudah mendirikan Gereja di Roma sebelum Rasul Paulus mengunjungi Roma? Tentunya ini mudah dijawab dan diketahui seandainya seseorang mau mempelajari Kitab Suci dan kaitannya dengan fakta sejarah dan tulisan para Bapa Gereja, bahwa ‘seorang rasul lain’ yang telah mendirikan Gereja di Roma, adalah Rasul Petrus.

Di atas adalah beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, sehingga Rasul Petrus tidak dituliskan di dalam surat Rasul Paulus kepada umat di Roma. Kita harus mengakui bahwa Kitab suci memang secara relatif tidak menuliskan banyak tentang akhir hidup para rasul, termasuk di antaranya tahun- tahun terakhir Rasul Petrus dan Paulus. Di sinilah peran sejarah dan tradisi Gereja awal untuk menjelaskannya. Tradisi ini tidak dipermasalahkan selama 16 abad, dan baru setelah ada Reformasi, keberadaan rasul Petrus di Roma dan keutamaannya sebagai pemimpin para rasul dipertanyakan.

Dikutip dari Katolisitas.org

Katekismus Gereja Katolik mengenai Keutamaan Rasul Petrus dan Para Paus serta Wewenang mengajar Gereja



874 Kristus sendiri adalah pencetus jabatan di dalam Gereja. Ia menciptakannya dan memberi kepadanya wewenang dan perutusan, arah dan tujuan.
"Untuk menggembalakan dan senantiasa mengembangkan Umat Allah, Kristus Tuhan mengadakan dalam Gereja-Nya aneka pelayanan, yang tujuannya kesejahteraan seluruh tubuh. Sebab para pelayan, yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka, supaya semua yang termasuk Umat Allah... mencapai keselamatan" (LG 18).

551 Sejak awal kehidupan-Nya di muka umum Yesus memilih laki-laki sebanyak dua belas orang; mereka ini harus ada bersama Dia dan mengambil bagian dalam perutusan-Nya Bdk. Mrk 3:13-19.. Ia membolehkan mereka mengambil bagian dalam otoritas-Nya dan mengutus mereka "untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang" (Luk 9:2).

Hari Raya Santo Petrus dan Paulus


Sejak semula Gereja menghormati kedua rasul, Petrus dan Paulus, secara bersama-sama. Kedua rasul ini dianggap sebagai Sokoguru gereja. Simon anak Yunus dan saudara Andreas, lahir di Betsaida, Galilea, sebuah kampung di tepi danau Genesaret. Seperti ayahnya, Simon adalah seorang nelayan yang ulet, bertabiat jujur, dan rajin. Ia tidak berpendidikan tinggi tetapi cukup terampil dalam pekerjaannya sebagai seorang nelayan. Kepribadiannya sangat menarik perhatian Yesus; karena itu Yesus berkenan menjadikannya seorang muridNya, bahkan mengangkatnya sebagai pemimpin para rasul dan pemimpin Gereja yang pertama. 

Pada mulanya, Simon bersama Andreas saudaranya, menjadi murid Yohanes Pemandi. Oleh Andreas, Simon diperkenalkan kepada Yesus, Sang Mesias yang dinanti-nantikan oleh seluruh bangsa Israel. “Kami telah menemukan Mesias, yaitu Kristus”, kata Andreas kepada Simon. Pada saat itu, Yesus berkata kepada Simon, “Engkau anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).(Yoh1:41-42) Kefas artinya wadas atau batu karang. Sejak saat itu, dia lebih dikenal dengan nama Petrus. 

Petrus secara resmi berkeputusan mengikuti Yesus, Sang Mesias dengan meninggalkan segala-galanya, ketika ia menyaksikan mukzijat penangkapan ikan secara ajaib oleh Yesus. Kata Yesus kepada Petrus: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Petrus berkata kepada Yesus: “Guru, sepanjang malam kami bekerja keras, dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dengan kepercayaan itu, Petrus menyaksikan kuasa Yesus, Sang Mesias.” Dan di depan Yesus yang penuh kuasa Ilahi itu Petrus bersujud: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa”. Kepada Petrus yang rendah hati itu, Yesus berkata: “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”. Setelah penyerahan diri ini, Petrus diperkenankan menyaksikan berbagai peristiwa dan akhirnya dipercayakan tugas menjadi pemimpin para rasul dan gembala kaum beriman. 

Di samping kisah-kisah yang menampilkan pribadi Petrus sebagai orang kepercayaan Yesus, terdapat juga kisah Injil yang menampilkan pribadi Petrus sebagai seorang yang masih dangkal imannya dan belum memahami benar kehendak Allah atas diri Yesus. Dalam Mat16:21-28 dikisahkan tentang pemberitahuan Yesus tentang penderitaanNya, dan Petrus serta merta berkata: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”. “Enyalah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”, demikian teguran Yesus kepada Petrus. Ia juga menyangkal Yesus ketika Yesus ditangkap dan diadili. Mat26:30-35; 69-75).
Sesudah kebangkitan Yesus, Petrus diangkat menjadi pemimpin keduabelas rasul dan gembala kaum beriman di Yerusalem. Petrus juga yang menerima orang kafir pertama ke dalam Gereja, dan memimpin konsili pertama di Yerusalem. 

Paulus (Saulus) dilahirkan di Tarsus, Asia Kecil dari keluarga Yahudi yang berkewarganegaraan Romawi. Ia seorang terdidik dan belajar di Yerusalem pada Gamaliel, dari kelompok Farisi. Sebagai seorang Farisi yang fanatik, Saulus tiada henti mengejar dan memenjarakan murid-murid Yesus. Dalam perjalanan ke Damsyik, Yesus menangkapnya dan menjadikan dia seorang rasul untuk bangsa-bangsa kafir. Ia dipermandikan oleh Ananias. Ia menjelajahi seluruh daerah Laut Tengah untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa kafir. Perjalanan misinya senantiasa diwarnai dengan berbagai kesulitan dan pertentangan dengan kaum kafir. Di Yerusalem ia ditangkap oleh bangsa Yahudi, lalu dipenjarakan dan di bawa ke Roma, sebab ia naik banding kepada kaisar. Akhirnya ia dibebaskan. Tak lama kemudian, dia ditangkap lagi dan akhirnya menemui ajalnya sebagai martir di Roma pada tahun 67.

sumber:Iman Katolik

Santa Maria Yang Dikandung Tanpa Noda Dosa

Immaculate Conception oleh Bartolome Murillo
Maria dalam hal ketidakbernodaanya dalam hal dosa, jelas sekali dia membutuhkan Kristus sebagai penebus, sebab karena Maria adalah ciptaan dan setara dengan kita maka dia mempunyai dosa, tapi karena rahmat istimewa yang diberikan oleh Putranya yang terkasih. Maria seperti mendapatkan sebuah obat dari seorang tabib sehingga Maria bebas dari dosa. Dengan demikian, terkandungnya Maria tanpa noda merupakan sebuah ajaran yang berdasar pada Alkitab yang mengedepankan keajaiban- keajaiban keselamatan yang diberikan kepada kita dalam Kristus.

Karya yang teragung yang Allah berikan pada saat Maria dikandung oleh Anna sehingga ia menjadi bebas dari dosa oleh karena rahmat istimewa tadi, yang diberikan Allah secara cuma-cuma kepada Maria karena kehendak Allah sendiri karena Ia Mahakuasa, dan bukan karena usaha Maria. Allah bertujuan membebaskan dari Maria dari dosa dengan tujuan agar Maria layak menjadi tabernakel yang didalamnya ada Kristus. Kita pun tahu Allah tidak dapat bersatu dengan dosa. sebab jika Maria berdosa maka Yesus pun berdosa.

Terkadang orang-orang mungkin mengajukan keberatan, karena Kitab Suci mengatakan bahwa “semua telah berbuat dosa” (Rm 3:22), dan dengan demikian membutuhkan penebusan oleh Kristus. Tetapi, istilah “semua” dapat berarti “begitu banyak orang” sebagai lawan dari istilah setiap orang. Sesungguhnya, bayi-bayi yang meninggal setelah dilahirkan (sebelum mencapai masa untuk bisa berpikir) pasti belum berbuat dosa-dosa  pribadi; mereka hanya menderita dosa asal. Sementara itu, Maria, Hawa yang baru, diselamatkan oleh Kristus sejak saat pertama ia dikandung dan dengan demikian terlindungi dari pengatuh-pengaruh dosa asal

Dominus illuminatio mea!

Bunda Penebus



Dalam Ensiklik mengenai Bunda Maria sebagai Bunda Penebus, Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa “Malaikat Tuhan menyalami Maria sebagai “penuh rahmat (= engkau yang dikarunia); Dia memanggilnya demikian seolah-olah itulah namanya yang sebenarnya. Dia tidak menyapanya dengan namanya: Miryam (=Maria), tetapi dengan nama baru ini: ‘penuh rahmat – engkau yang dikarunia’ “. Menurut keyakinan yang dirumuskan dalam dokumen-dokumen resmi Gereja, Paus menambahkan,

“Kemuliaan rahmat” ini terwujud dalam diri Bunda Allah malalui fakta bahwa ia telah “ditebus dalam sebuah cara yang lebih luhur.” Berkat kekayaan rahmat dari Putra terkasihnya, karena jasa-jasa penebusan dari Dia yang menghendaki untuk menjadi Putranya, Maria terhindar dari warisan dosa asal. Dalam cara ini, sejak saat pertama ia dikandung- dengan kata lain, sejak permulaan keberadaanya – ia menjadi milik Kristus, mengambil bagian dalam rahmat pengudusan yang menyelamatkan dan dalam kasih yang memiliki asal mulanya dalam “Yang Terkasih”, Putra Bapa kekal, yang melalui Inkarnasi menjadi Putranya (Maria) sendiri (RMT 10)
dari Faith Facts oleh Leon J.Suprenant, Jr & Philip C.L Gray

Keselamatan Didalam Gereja

Kita tidak bisa melupakan bahwa Gereja bukan hanya sekedar jalan keselamatan, melainkan dialah satu-satunya jalan. Ini bukan pendapat manusia, tetapi kehendak yang diungkapkan Kristus: Dia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. [23]


Itulah sebabnya kami menegaskan bahwa Gereja merupakan sarana yang diperlukan untuk [menuju] keselamatan. Sekitar abad kedua, Origenes menulis: Jika ada yang ingin diselamatkan, biarkan dia datang ke rumah ini sehingga ia dapat memperoleh keselamatan. . . Janganlah biarkan seorangpun menyesatkan dirinya sendiri: di luar rumah ini, yakni di luar Gereja, tidak akan ada yang diselamatkan. [24] Mengenai air bah tersebut, Santo Siprianus mengatakan: Jika seseorang selamat dengan berada di luar bahtera Nuh maka kita akan bisa mengakui bahwa orang yang meninggalkan Gereja bisa menghindarkan diri dari petaka. [25]

Extra ecclesiam, nulla salus. [Kalimat] ini adalah peringatan terus-menerus dari para Bapa Gereja. Di luar Gereja Katolik Anda dapat menemukan semuanya kecuali keselamatan, demikian kata Santo Agustinus. Anda dapat memiliki kehormatan dan sakramen: Anda bisa menyanyi "Haleluya" dan menjawab "Amin" Anda dapat mengabarkan Injil, mengimani Bapa, Putera, dan Roh Kudus, dan memberitakan bahwa iman Tapi tidak pernah, kecuali dalam Gereja Katolik, Anda bisa menemukan keselamatan. [26]

Meskipun demikian, seperti disesalkan oleh Paus Pius XII sekitar dua puluh tahun lalu, beberapa [orang] mereduksi  ke kata-kata kosong mengenai perlunya untuk terhubung dengan Gereja yang sejati untuk mendapatkan keselamatan kekal. [27] Dogma iman ini adalah akar karya co-redemptive Gereja (partisipasi unik Gereja dalam karya penebusan Kristus, terj). Dogma ini memerintahkan tanggung jawab apostolik yang berat bagi setiap orang Kristen. Di antara perintah-perintah Kristus, terungkap salah satunya perintah untuk menggabungkan diri dalam Tubuh Mistik-Nya melalui Pembaptisan. Dan Juruselamat kita tidak hanya memerintahkan supaya setiap orang masuk Gereja, tetapi juga menetapkan bahwa Gereja menjadi sarana keselamatan, yang tanpanya tidak ada yang dapat mencapai kerajaan surgawi yang mulia. [28]

Adalah masalah iman bahwa siapapun yang tidak di dalam Gereja tidak akan diselamatkan, dan siapa yang tidak dibaptis tidak masuk Gereja. Pembenaran (Justification) tidak dapat dilakukan setelah berlakunya Injil, tanpa adanya Baptisan atau keinginan untuk itu, demikian diputuskan oleh Konsili Trente. [29] Ini merupakan permintaan terus-menerus dari Gereja yang di satu sisi merangsang kita kepada semangat kerasulan yang lebih besar, dan di sisi lain mewujudkan dengan jelas belas kasihan Allah yang tak terbatas kepada ciptaan-Nya. 

Beginilah penjelasan Santo Thomas Aquinas:
Sakramen Pembaptisan mungkin kurang / tidak lengkap (wanting) pada seseorang dengan dua cara:

Pertama, [kurang] dalam kenyataan dan keinginan, seperti halnya orang-orang yang tidak dibaptis atau tidak ingin dibaptis: yang jelas menunjukkan penghinaan terhadap sakramen bagi mereka yang sudah bisa menggunakan akal. Akibatnya mereka yang  kekurangan Baptisan demikian adalah tidak dapat memperoleh keselamatan: karena baik secara sakramen maupun spiritual mereka tidak tergabung ke dalam Kristus, yang hanya melalui Dia keselamatan dapat diperoleh.

Kedua, sakramen Baptisan mungkin kurang lengkap pada seseorang pada kenyataannya, tetapi tidak dalam keinginan: misalnya, ketika seseorang ingin dibaptis, tetapi karena kurang beruntung dia dihentikan oleh kematian sebelum menerima Baptisan. Orang seperti itu dapat memperoleh keselamatan tanpa benar-benar dibaptis, karena [memiliki] keinginan untuk Baptisan, keinginan yang merupakan hasil dari "iman yang bekerja oleh kasih" dimana Allah, yang kekuasaan-Nya tidak terbatas dengan sakramen yang terlihat, menguduskan dalam hati manusia. [30]

Tuhan Allah kita tidak menghalangi seseorang untuk kebahagiaan supranatural dan abadi, meskipun ini adalah hadiah gratis, tidak ada seorang pun yang berhak, terutama setelah [terjadinya] dosa. Kemurahan-Nya tak terbatas. Ini adalah masalah pengetahuan umum bahwa mereka yang menderita ketidaktahuan tak teratasi (invincible ignorance) terhadap agama kita yang paling suci, tapi dengan hati-hati menjalani semua ajaran Hukum Alam yang dipatrikan oleh Allah dalam hati semua orang, dan ingin mematuhi Allah dan menjalani kehidupan yang lurus, dapat memperoleh hidup kekal melalui karya berkhasiat cahaya ilahi dan rahmat. [31]

Hanya Tuhan yang tahu apa yang terjadi di dalam hati setiap orang, dan ia tidak berurusan dengan jiwa secara massal, tapi satu demi satu. Tak seorang pun di bumi ini bisa membuat penilaian tentang keselamatan kekal atau penghukuman dari setiap individu. Janganlah kita lupa bahwa hati nurani bisa salah dan makin  keras hati akibat dosa, menolak tindakan Allah yang menyelamatkan. Itulah mengapa perlu untuk menyebarkan ajaran Kristus, kebenaran iman dan norma-norma moralitas Kristen. Itulah juga mengapa kita perlu sakramen-sakramen, yang semuanya diberikan oleh Yesus Kristus sebagai sumber kasih karunia-Nya [32] dan obat untuk kelemahan yang timbul dari sifat alami kita yang [gampang] jatuh. [33] Akhirnya, itu sebabnya kita perlu sering menerima sakramen Tobat dan Ekaristi.

Tanggung jawab yang mengagumkan dari semua anggota Gereja dan terutama gembala diperjelas dalam nasihat Santo Paulus:
"Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. [34]
Sumber: Katolik Indonesia FB
Dominus illuminatio mea! 

Diluar Tuhan Yesus dan Gereja Katolik Apakah Ada Keselamatan?

1. Di luar Yesus Kristus tidak ada keselamatan
“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12)

Kata Yesus kepada murid-muridnya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”(Yoh 14:6)
2. Di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan
Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. (Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium 14)
"Ini adalah ajaran terakhir kami bagi kamu; terimalah, torehkanlah di pikiran kamu, kamu semuanya; Berdasarkan perintah Allah, keselamatan tidak bisa ditemukan dimanapun kecuali didalam Gereja." (Paus Leo XIII dalam Ensiklik Annum Ingressi Sumus) 


Tidak ada keselamatan diluar Gereja. Hanya dari dia-lah (Gereja) kuasa hidup menuju Kristus dan RohNya mengalir secara pasti dan secara penuh, untuk memperbaharui seluruh kemanusiaan, dan karenanya mengarahkan setiap manusia untuk menjadi bagian dari Tubuh Mistik Kristus." (Pope John Paul II, Radio Message for Franciscan Vigil in St. Peter's and Assisi, October 3, 1981, L'Osservatore Romano, October 12, 1981.)


"Perahu Gereja dituntun oleh Kristus dan wakilNya... Hanya inilah yang membawa para murid dan menerima Kristus. Betul bahwa perahu ini dilemparkan ke laut, tapi diluarnya seseorang akan lenyap dengan seketika. Keselamatan hanya ada di Gereja; diluarnya siapapun lenyap."  (Paus Yohanes Paulus I, First Allocution, August 27, 1978, L'Osservatore Romano, August 28,29, 1978.) 
3. Tuhan Yesus dan Gereja-Nya yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik merupakan hadirat yang satu dan tidak akan terpisahkan, sama seperti Yesus dengan Bapa-Nya.
"Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ." (Bapa Gereja dan murid St. Yohanes Penulis Injil, St. Ignatius of Antioch dalam Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 107]).

" Kristus dan Gereja adalah hal yang satu. Kristus lah kepala, Gereja lah Tubuh-Nya. Tidak lah mungkin memiliki iman dan berkata, “Aku percaya pada Yesus tetapi aku tidak menerima Gereja.” (Pope John Paul I, General Audience on September 13, 1978)"

"Seluruh Kristus, Kepala dan Tubuh, satu dari yang banyak... Apakah Kepala yang berbicara atau Tubuh yang berbicara, selalu Kristuslah yang berbicara: Ia berbicara baik dalam peranan-Nya sebagai Kepala [ex persona capitis], maupun dalam peranan Tubuh (ex persona corporis). Apa yang tertulis? 'Keduanya menjadi satu daging. Itu adalah rahasia yang sangat dalam; saya mengenakannya kepada Kristus dan Gereja' (Ef 5:31- 32). Dan Tuhan sendiri berkata dalam Injil: 'Jadi mereka bukan lagi dua melainkan satu daging' (Mat 19:6). Seperti kamu tahu, ada dua pribadi tetapi di pihak lain hanya satu oleh hubungan perkawinan... Sebagai kepala Ia menamakan diri mempelai pria, sebagai tubuh mempelai wanita" ( St. Agustinus,  dikutip dalam KGK 796).
4. Berada di dalam Gereja Katolik mutlak perlu untuk keselamatan.
“Berada dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus, meskipun secara implisit dan sungguh secara misterius, adalah syarat esensial untuk keselamatan.” (Beato Yohanes Paulus II, Audiensi Umum 31 Mei 1995)

"Gereja Roma yang Kudus benar-benar mempercayai, meyakini dan menyatakan bahwa mereka yang tidak hidup dalam Gereja Katolik, tidak hanya Kafir, tapi juga penganut Yudaisme, bidat dan skismatik tidak bisa menjadi pengikut serta dalam kehidupan kekal, tapi akan pergi 'ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya' (Mat 25:41), kecuali sebelum akhir hidupnya mereka ditambahkan ke kumpulan domba; dan kesatuan dari tubuh Gereja begitu kuatnya sehingga hanya kepada mereka yang berada didalam kesatuan tersebut sakramen Gereja berdaya untuk keselamatan. Dan [hanya didalam Gerejalah] puasa, kemurahan dan fungsi kebaikan kristen lain bisa memberikan hadiah, dan bahwa tidak seorangpun, apapun kemurahan yang dia lakukan, bahkan bila dia telah menumpahkan darah untuk nama Kristus, bisa diselamatkan, kecuali dia berada didalam pelukan dan kesatuan dari Gereja Katolik."  (Paus Eugenius IV dan Konsili Florence, 1438-1445)

5. Lalu, apakah menjadi Katolik pasti selamat? tentu saja tidak!
Dimasukkan sepenuhnya kedalam sertifikat Gereja mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan didalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabunggkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih;  jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”. Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras.(Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium 14)
6. Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang belum pernah mendengar atau mengenal Tuhan Yesus dan Gereja-Nya sehingga secara eksplisit berada di luar Gereja Katolik tetapi hidup kudus, secara tulus mencari Allah dan melakukan hal-hal positif menurut ajaran Kristus dan GerejaNya? Apakah mereka bisa selamat? mereka bisa diselamatkan.
Bagaimanapun, bagi mereka-mereka yang belum menerima proklamasi Injil, seperti yang saya tulis di Ensiklik Redemptoris Missio, keselamatan dapat diakses dengan cara yang misterius, sejauh rahmat ilahi diberikan kepada mereka berdasarkan pengorbanan penebusan Kristus, tanpa keanggotaan yang tampak di dalam Gereja, tetapi selalu dalam kaitannya dengan dirinya (cf. RM 10). Ini merupakan hubungan misterius. Ini adalah misteri bagi mereka yang menerima rahmat, karena mereka tidak tahu Gereja dan kadang-kadang bahkan secara lahiriah menolaknya. Hal ini juga misterius dalam dirinya sendiri, karena terkait dengan misteri rahmat penyelamatan, yang mencakup referensi hakiki pada Gereja yang didirikan Juruselamat. Supaya berlaku, anugerah keselamatan membutuhkan penerimaan, kerjasama, sebuah ya untuk karunia ilahi. Penerimaan ini, setidaknya secara implisit, berorientasi kepada Kristus dan Gereja. (Beato Yohanes Paulus II, Audiensi Umum 31 Mei 1995)
Referensi
1.Audiensi Umum Paus Yohanes Paulus I
2.Audiensi Umum Paus Beato Yohanes Paulus II
3.Ekaristi.org
 
Toggle Footer
Top