One of the five beautiful hymns St. Thomas Aquinas (1225-1274) composed in honor of Jesus in the Blessed Sacrament at Pope Urban IV's (1261-1264) request when the Pope first established the Feast of Corpus Christi in 1264. The hymn is found in the Roman Missal as a prayer of thanksgiving after Mass. A partial indulgence is granted to the faithful who devoutly recite this hymn.
- Latest Post
More Headlines
Adoro Te Devote Hymn
One of the five beautiful hymns St. Thomas Aquinas (1225-1274) composed in honor of Jesus in the Blessed Sacrament at Pope Urban IV's (1261-1264) request when the Pope first established the Feast of Corpus Christi in 1264. The hymn is found in the Roman Missal as a prayer of thanksgiving after Mass. A partial indulgence is granted to the faithful who devoutly recite this hymn.
Kata "Katolik" Apakah Tertera Didalam Kitab Suci?
Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan konon beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesusdalam Markus 9:36.
Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna:
Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna:
Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church" (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110])."Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ."
Kesaksian Dari Orthodox Koptik Menjadi Katolik Koptik
Diterjemahkan dari
Catholic Answer Forum: My Witness by mardukm
Berikut ini adalah kesaksian dari mardukm seorang anggota Catholic Answers
Forum yang berasal dari Gereja Ortodoks Koptik dan kemudian menemukan kembali
persatuannya dengan Gereja Katolik. Kesaksian marduk tidak bernada polemis
(menunjukkan bahwa Ortodoksi Oriental khususnya Koptik adalah salah) melainkan
menunjukkan bahwa perbedaan antara Gereja Katolik khususnya tradisi Latin
dengan saudara-saudara terpisah di Timur sebenarnya tidaklah sebesar apa yang
kerap kali nampak. Marduk menunjukkan bahwa pembelajaran yang serius
menunjukkan bahwa perbedaan yang ada seringkali lebih mengarah kepada
kesalahpahaman yang selama berabad-abad menjadi semakin parah karena kurangnya
komunikasi dan semakin menebalnya prasangka. Harapan kami kesaksiannya dapat
membantu kita semua melihat persamaan dan perbedaan menjadi lebih jernih, dan
membantu kita semua menghayati Kekatolikan kita secara lebih baik lag
Keterangan Istilah:
Ortodoks Timur= Gereja-gereja Ortodoks yang mengakui 7 Konsili Oikumenis
pertama dan berada dalam persekutuan dengan Patriarkh Konstantinopel, serta
baru memisahkan diri dari Gereja Katolik sejak tahun 1054.
Ortodoks Oriental= Gereja-gereja Ortodoks yang memisahkan diri sejak Konsili
Chalcedon, dan karenanya juga disebut sebagai non-Chalcedonian. Termasuk ke
dalam Gereja-gereja ini adalah Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks
Syria.
Katolik Koptik= Salah satu dari 22 gereja otonom dalam persekutuan Gereja
Katolik. Gereja ini terdiri dari orang-orang Koptik yang kembali ke dalam
persekutuan Katolik.
Kristos Anesti!
(Kristus Bangkit!)
Saudara-saudari dalam Kristus
Beberapa waktu lalu, saya telah menerima
beberapa permintaan untuk menceritakan pengalaman perpindahan Gereja saja. Saya
selalu merasa enggan melakukannya karena merasa tidak punya cukup waktu untuk
itu. Bagaimanapun juga, perhatian utama saya adalah saya khawatir orang-orang
akan berpikir mengenai sesuatu yang salah dengan iman Ortodoks Koptik saya.
Namun, sejak saya kembali online sekitar dua minggu yang lalu, saya telah
menerima sejumlah permintaan melalui pesan pribadi atau e-mail (kebanyakan
adalah orang yang tak pernah saya temui di Catholic Answers Forum; saya menduga
mereka memiliki status ‘sekedar pembaca’ atau saya hanya tidak berjumpa dengan
mereka), mereka ini adalah orang-orang Timur, Oriental, dan Barat yang ingin
agar saya memberikan kesaksian tentang perpindahan saya.
Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.
Setelah banyak berdoa, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan kesaksian perpindahan saya. Saya sendiri tidak pernah berhenti untuk membela atau mewartakan iman Ortodoks Koptik di forum-forum yang saya ikuti, jadi saya pikir saya bisa berterus terang mengenai hal ini tanpa melanggar perhatian utama yang saya sampaikan di atas.
Sebelum mulai, saya ingin menyampaikan suatu
pengamatan bahwa salah satu permintaan itu ada yang menyatakan “Saya belum pernah
menemui seorang Oriental yang berpengetahuan dan tampak Romawi seperti Anda.”
Dalam tradisi Koptik saya, belajar dipuji sebagai sarana yang penting untuk
mengenal Allah, secara istimewa adalah mempelajari Kitab Suci, Bapa-bapa
Gereja, dan kehidupan para kudus. Saya selalu berusaha untuk menjadi seorang
pelajar yang serius (sayangnya belakangan ini tidak, karena tanggung jawab
dunia nyata saya meningkat dengan sangat dramatis).
Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terlihat “Romawi”.
Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.
Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH.
Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik.
Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- “Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?”
Saya memiliki waktu tiga tahun unuk memutuskan kepindahan saya- karena mempelajari kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme Barat, rasanya setara dengan gelar Master bagi saya! Walaupun saya kira saya belum menerima gelar Doktor. Tetapi, sebenarnya, pernyataan saya mengenai kesamaan antara Ortodoks Koptik dan Katolisisme hanyalah masalah penelitian. Seelumnya saya tidak tahu apapun tentang Katolisisme selain dari apa yang dikatakan oleh orang-orang non-Katolik. Hanya melalui pembelajaran yang intensif saya menemukan betapa banyak hal yang dimiliki bersama oleh Ortodoks Koptik dan Katolisisme. Hal-hal itu mungkin membuat saya, entah bagaimana, terlihat “Romawi”.
Tetapi, saya hanya menundukkan pendirian saya tidak lebih daripada bersifat patristik. Ada banyak hal dimana ketika saya mempertahankan Kekatolikan sebenarnya adalah pembelaan terhadap warisan Ortodoks Koptik saya- ajaran Penebusan, spiritualitas penitensial (termasuk gagasan penderitaan dapat menuntun pada kesempurnaan), iman dan akal budi, sekerta eklesiologi yang bersifat yuridis/hierarkial, eklesiologi Agustinian (sejauh dibedakan dari Cyprian), sikap mengenai kewajiban suci terhadap Allah sebagaimana diarahkan oleh hierarki, kesederhanan Allah, penghargaan terhadap ungkapan teologis yang berbeda dan definisi-definisi dalam Gereja, pandangan ekumenis, tidak dapat putusnya perkawinan/pelaksanaan pembatalan perkawinan, kanon Kitab Suci yang identik, ajaran tentang kejatuhan manusia dari keadaan rahmat, tekanan akan keadilan Ilahi, dst.
Menariknya (sebuah kata euphemistic dibutuhkan di sini), orang-orang Ortodoks Timur/Byzantine (khususnya para polemis) melihat semua ini dengan semangat pertentangan, dan bahkan kebencian, ketika dihadapakan dengan Katolisisme, tetapi jika berhadapan dengan Ortodoks Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum), entah bagaimana kebencian itu hilang dan masalah bisa diatasi dengan mudah! Kita sering mendnegar gagasan bahwa perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental adalah dua kodrat Kristus. SALAH.
Saya menghargai ketika orang Ortodoks Timur memandang seorang Koptik (dan Ortodoks Oriental secara umum) sebagai saudara mereka dalam Ortodoksi, tetapi saya kira hal ini adalah hasil dari kurangnya pengetahuan mengenai Ortodoksi Oriental dan Katolisisme, dan setidaknya ada dua keberatan yang muncul dari ekumenisme palsu semacam ini: 1) Penolakan untuk mengakui perbedaan tradisi dan spiritualitas dari Gereja-gereja Ortodoks Oriental pada umumnya, dan Gereja Ortodoks Koptik pada khususnya; 2) Hal itu secara menyedihkan dan nyata semakin mengekalkan prasangka buruk terhadap Gereja Katolik.
Hal yang terakhir ini bukan hanya sekedar fakta saja, tetapi juga menghalangi perwujudan dari DOA KRISTUS SENDIRI bagi kesatuan Tubuh-Nya. Maka, jika sekarang ini saya menyoroti perbedaan antara Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, saya tidak bertujuan untuk mendukung sksima. Tidak ada niat untuk itu! Sebaliknya tujuan saya adalah agar orang mengenali tradisi dan spiritualitas Ortodoks Oriental yang khas, yang seringkali tidak terwakili dan tidak diakui, dan juga untuk mengajak orang-orang Ortodoks Timur agar berpikir- “Jika kalian bisa mengatasi perbedaan-perbedaan ini dengan saudara-saudara Orientalmu mengapa kamu tidak melakukannya dengan saudara-saudara Katolikmu? Mengapa menyorotinya (mungkin tanpa disengaja) akan memperpanjang skisma dengan Katolisisme, sementara kamu mengabaikan kesulitan-kesulitan itu ketika kamu berpikir tentang Ortodoksi Oriental?”
Hal semacam ini memiliki dampak yang besar dalam
perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik. Saya tak pernah melihat usaha
seorang Koptik Katolik untuk membujuk seorang Ortodoks Koptik berpindah Gereja,
namun saya telah menemui orang Ortodoks Timur melakukannya terhadap orang
Koptik, DAN bahkan seorang Ortodoks Timur yang berpindah ke Ortodoksi Oriental,
justru berusaha memaksakan pandangan Timur tertentu kepada saudara-saudara
non-Chalcedonian saya, khususnya mengenai pandangan yang berkaitan dengan
(walaupun tidak terbatas pada) penebusan, kesederhanaan Allah, dan padangan
non-ekumenis mereka terhadap Gereja Katolik.
Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.
Saya menolak usaha apapun dari pihak Timur untuk memaksakan posisi mereka ke dalam identitas/tradisi Oriental yang khas (yang saya sebut sebagai helenisasi, dan tanda bagus untuk melihat seberapa jauh seorang Oriental ter-helenisasi adalah penghormatannya kepada Gregorius Palamas sebagai santo), sebagaimana orang Timur menolak Latinisasi.
Ortodoksi Timur telah memiliki terlalu banyak
anggota yang menunjukkan intoleransi, ketidaktahuan, dan kesombongan, daripada
buah-buah rohani kebaikan, pengertian, kebijaksanaan dan kerendahan hati. Saya
memiliki kesan ini sejak saya masih seorang Ortodoks Oriental sebelum
perpindahan saya ke Gereja Koptik Katolik; sedih memang, hanya sedikit bukti
yang berkebalikan dengan hal itu telah saya lihat sebagai seorag Ortodoks
Oriental yang memiliki persekutuan dengan Roma.
Jadi apa yang memulai perjalanan saya kepada
Kekatolikan? Awalnya hanya perubahan sederhana dalam Liturgi Koptik yang hampir
tidak dirasakan perubahannya, yaitu penghapusan frase “kepala para Rasul” dari
gelar St. Petrus dan Paulus. saya ingin tahu alasan perubahannya, jadi saya
menyelidiki Bapa-bapa Gereja. Hal ini dimulai sebagai sekedar penelitian ilmiah
terhadap frase “kepala para Rasul” dalam Gereja perdana yang akhirnya mengantar
kepada penerimaan yang nyata dna penuh akan Kebenaran yang diajarkan oleh
Gereja Katolik.
Tentu saja ada hal-hal doktrinal yang memisahkan
Ortodoksi Koptik dari Gereja Katolik- berbeda dari Kekatolikan, dan lebih dekat
dengan Ortodoksi Timur, saya dapat menyebutkan sejumlah hal seperti:
Pengandungan Tanpa Noda Bunda Allah, Filioque, Api Penyucian, dan Kepausan
(sebagai masalah berbeda dari eklesiologi, karena eklesiologi Oriental lebih
serupa dengan eklesiologi Katolik daripada eklesiologi Ortodoks Timur)- saya
hanya menyebutkan hal ini karena hanya hal-hal itulah yang benar-benar bisa
disebut masalah (hal lain seperti ikon, penggunaan roti tak beragi untuk
Ekaristi, co-Mediatrik, dst. TIDAK TERMASUK).
Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.
Saya tidak merasa bahwa saya harus masuk ke dalam masalah-masalah doktriner ini di sini, karena saya sudah melakukannya dalam banyak topik lain yang muncul di sini. Dan saya mengundang siapapun yang ingin mengetahui pandangan saya untuk mencari tanggan-tanggapan saya tentang topic-topik itu di forum ini. Dalam kesaksian, saya ingin membicarakan proses batin saya dalam memahami, menerima, dan merasa damai dengan apa yang saya (pada titik ini masih sebagai seorang Ortodoks Koptik TIDAK dalam persekutuan dengan Roma) tangkap sebagai perbedaan dalam hal ajaran.
1) Pertama dan terutama, dalam memahami
masalah-masalah tertentu, hendaklah selalu memilih penjelasan dari mulut kuda
dan bukan dari mulut sapi. Bedakan antara interpretasi yang mungkin dengan apa
yang pada dasarnya dimaksud oeh ajaran itu. Dengan kata lain, terimalah
ajaran-ajaran ini SEBAGAIMANA MEREKA ADA, bukan berdasarkan karikatur yang
dikenakan kepada ajaran-ajaran itu oleh para polemis. Hal ini membutuhkan
banyak pembelajaran dan pemahaman. Misalnya, mengenai masalah Filioque,
keberatan umum yang disampaikan adalah bahwa ajaran ini mengaburkan pembedaan
antara Pribadi Bapa dan Putera (beberapa polemic bahkan lebih jauh mengatakan
bahwa ajaran ini mengaburkan SEMUA Pribadi Trinitas). Bagaimanapun, penafsiran
semacam ini tidak dapat ditemukan dalam ajaran Gereja Katolik. Sebaliknya,
Gereja Katolik malahan SECARA TEGAS mengajarkan pembedaan diantara
Pribadi-pribadi Ilahi.
2) Dalam memahami sebuah masalah khusus,
hendaklah selalu membiarkan argumen mengalir sampai selesai. Pada satu titik ,
pihak lain tidak akan dapat menjawabnya. Terimalah kata akhir, terutama JIKA hal
itu logis. Misalnya, berkaitan dengan kepausan, tidak perduli dalam hal apa
diskusi (atau argumen) mengenai kepausan dimulai, hal itu selalu berakhir
dengan argumen dimana saya tidak pernah mendapatkan jawaban, “Kamu percaya akan
prinsip apostolik tentang kerekanan (i.e. sebuah badan yuridis dengan kepala
yuridis). lalu, apa yang membuatmu berpikir bahwa prinsip ini harus berhenti
pada tingkat Kepatriarkan? Tidakkah hal itu juga harus diterapkan pada Gereja
sebagai keseluruhan dan bukannya hanya pada Gereja-gereja lokal?” (Tentu, saya
mengakui bahwa retorika semacam itu akan gagal untuk meyakinkan seorang
Ortodoks Timur yang memiliki paradigm eklesiologi yang berbeda).
3) Saat menfsirkan suatu latar belakang sejarah,
pilihlah yang mengakomodasi SEMUA fakta. Hal ini membutuhkan kebijaksanaan.
Mislanya, dalam hal pendudukan Konstantinopel, biasanya orang-orang non-Katolik
akan menyalahkan Paus atas seluruh kejadian ini. Para polemis ini tidak pernah
memperdulikan bahwa Paus secara eksplisit melarang para prajurit perang salib
untuk pergi ke Konstantinopel sebelum pergi ke tanah suci, dan bahwa penyebab
langsung dari kehadiran tentara salib di Konstantinopel adalah seorang Yunani
dari Konstantinopel sendiri.
4) Pelajarilah para Bapa Gereja awal. Hal ini
memerlukan kesetiaan. Pembelajaran yang mendalam akan sejarah Gereja awal pada
millennium pertama akan menunjukkan kebenaran yang menuntun kita menjadi satu
sebagai Tubuh Kristus lagi. Pembelajaran ini akan menunjukkan semua Tradisi
Aposolik yang kita miliki bersama daripada apa yang umumnya kita pahami atau
salah pahami sebagai hal yang memisahkan kita.
5) Selalu menunda penilaian dan selalu mau untuk
mendekati suatu masalah sebagai murid. Hal ini membutuhkan pengendalian diri
dan kerendahan hati.
6) Selalu mau untuk mengakui bahwa Anda salah
ketika fakta-fakta menunjukkan kita salah. Hal ini memerlukan kerendahan hati.
7) Pastikan hati nurani bersih dari segala
tanda-tanda kemunafikan saat seseorang menuduh pihak lain atau semacanya. Hal
ini membutuhkan pengertian dan kerendahan hati. Inilah pendekatan batin yang
sungguh membantu saya. Semakin saya mampu melihat ke dalam dengan mata saya,
saya semakin memahami bahwa saya tidak memiliki dasar yang kuat untuk sebagian
besar, atau malah semua, kesalahpahaman saya mengenai Gereja Katolik. Misalnya,
mengenai Maria dikandung tanpa noda. Saya dulu (sebelum perpindahan saya)
pernah mengatakan kepada teman Katolik saya, “Jika pengandungan Maria tanpa
noda menghindarkan Maria dari kemampuan berdosa, maka hal itu menghindarkannya
dari kehendak bebas.” Ia menjawab, “Yesus tidak punya kemampuan berbuat dosa.
Apakah kamu juga mempercayai bahwa Yesus tidak punya kehendak bebas? Hal ini
tidak dapat dibantah adalah sesuatu yang sangat logis bagi saya. Sekarang saya
sering menggunakan retorika itu, dan hasilnya selalu sama, entah pengakuan,
atau kebungkaman. Tentu saja, cara berpikir ini tergantung pada poin 6 di atas-
kemauan dan kerendahan hati untuk mengakui saat seseorang bersalah.
8) Mengampuni. Dalam pembelajaran saya akan
Katolisisme, saya menerapkan setiap poin-poin ini, menghidupinya dengan banyak
doa, dan menghasilkan buah-buah Roh. Saya mengakui bahwa momentum dari lahirnya
sudut pandang ini adalah pengalaman saya sebagai seorang Arab-Amerika yang
sejak masih kecil telah menerima banyak prasangka. Ketika saya tumbuh besar,
saya dihadapkan pada pilihan: 1) Menyerah kepada kebencian, dan melakukan
kepada orang lain seperti yang mereka lakukan padamu; 2) Menyerah pada
apatisme; 3) Mencari kebaikan terlebih dahulu daripada menerima kejahatan, atau
lakukan kepada orang lain apa yang kamu ingin mereka lakukan padamu. Berkat
rahmat Allah, saya memilih pilihan yang terakhir. Contoh: Saat Bapa Suci Paus
Yohanes Palus II dalam kenangan terberkati ingin mengunjungi Russia dengan Ikon
dari Kazan (seingat saya itulah namanya), seorang pengamat Ortodoks Timur
memberi dua kemungkinan: 1) Melihat kebaikan, dan memandang pemberian itu
sebagai tindakan kerendahan hati; 2) Melihat yang jelek, dan melihat hadiah itu
sekedar sebagai semacam sogokan. Saya menemukan banyak orang Ortodoks Timur
yang memilih pilihan 1, tetapi yang memilih pilihan 2 lebih heboh dan menerima
perhatian media. Karena pengalaman saya dengan prasangka, saya mencela
kemunafikan dan ketidaktahuan.. Saya lebih bisa menerima keidaktahuan, dan
selalu ingin mengoreksinya dengan pengetahuan yang disertai kesabaran, tetapi
saat saya berhadapan dengan kemunafikan, saya aku, saya mendapat lebih banyak
gairah untuk mempertahankan Gereja Katolik.
Saya juga sering ditanya mengenai perasaan saya
tentang perubahan Liturgi di Gereja Barat. Bukankah ini suatu tanda bahwa
Gereja Katolik mengkhianati tradisinya dan seharusnya mencegah saya dari
menjadi Katolik? Hal ini, sekali lagi, menunjukkan kesamaan antara paradigma
Katolik dan Koptik. Bagi orang Koptik, Uskup adalah penjaga jiwa kita,
sebagaimana dinyatakan oleh Kitab Suci, dan dalam otoritas mereka ada kekuasaan
untuk mengikat dan melepaskan untuk menentukan cara dan sarana yang melaluinya
kita diilahikan; bentuk Liturgi ada dibawah pengawasan Uskup. Bagi orang Koptik
dan Katolik, Liturgi terutama diarahkan untuk mendekatkan kita dengan Kristus.,
dan puncak dari Liturgi adalah Ekaristi, semua unsur lain dalam Liturgi diakui
hanya sebagai sarana untuk menyiapkan diri atau merenungkan Ekaristi dengan
cara yang layak. Dengan memperhatikan dua hal ini, sebagai orang Koptik saya
tidak punya urusan untuk menilai Liturgi Barat. Dan jika saya harus menilainya,
maka penilaian saya didasarkan pada dua kriteria di atas- 1) Apakah perubahan
Liturgi ini dilakukan oleh otoritas yang berwenang; 2) apakah perbuahan ini
untuk mempermudah atau meingkatkan persatuan dengan Kristus? Saya menemukan
bahwa Gereja Katolik Barat telah memenuhi kedua kriteria ini (tentu saja
perubahan ini tidak mengabaikan bahwa ada unsur-unsur tertentu dalam
Misa/Liturgi yang mutlak harus ada agar Misa/Liturgi menjadi valid). Tuduhan
sensasionalis terhadap gereja lokal yang melakukan ini dan itu jelas bukan
kesalahan Magisterium Katolik, karena kesalahan-kesalahan ini muncul pada
tingkat paroki (i.e. praktek-praktek ekstrim ini juga tidak diadakan oleh Uskup
lokal).
Mungkin saja bahwa banyak orang Kristen Oriental
terhelenisasi secara berlebihan. Hal ini terjadi karena kebanyakan literatur
berjudul “Ortodoksi” yang dapat diperoleh datang dari Ortodoks Timur. Juga
dipahami, bahwa orang-orang Kristen Oriental kerapkali melihat Ortodoksi Timur
sebagai acuan bagi pemahaman spiritualitas, makna Liturgi, eskatologi,
eklesiologi, dll. Hal yang menyedihkan adalah bersamaan dengan semua ini
datanglah suatu cara pandang anti-Latin yang kuat. Segala sesuatu yang tampak
dan berbau Latin, harus dianggap sebagai penyusupan terhadap tradisi
Timur/Oriental yang “asli”. Hal ini JAAAAUHHH dari kebenarannya
saudara-saudariku dalam Kristus. Orang Timur memiliki tradisi mereka sendiri
yang terhormat, dan sebagai orang Oriental kita juga memiliki identitas khas
kita sendiri, tanpa dipengaruhi oleh polemik Timur dan Barat dari abad 12
sampai abad 15.
Satu hal terakhir yang ingin saya sampaikan dan
seringkali saya ulangi: Saya tidak datang ke dalam persekutuan Katolik dengan
pandangan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Ortodoksi Koptik. Saya tidak
menolak apapun dari warisan Koptik saya untuk menjadi Katolik; saya hanya
menolak kesalahpahaman dan ketakutan tentang Gereja Katolik yang dulu saya
pegang. Inilah sebabnya saya tidak pernah dan tidak akan pernah menganggap
keputusan saya menjadi Katolik sebagai suatu pertobatan, tetapi perpindahan.
Perpindahan ini jelas merupakan suatu berkat khusus yang hanya dapat ditemukan
dalam Gereja Katolik diantara keluarga Gereja-gereja Apostolik. Dan saya
mengundang setiap orang untuk mempelajari Gereja Katolik dan menikmati damai
Kristus yang tidak dapat dipahami.
Saya berdoa agar tulisan ini mencukupi sebagai
jawaban bagi mereka yang meminta saya untuk memberikan kesaksian tentang
harapan yang ada pada saya. Maafkanlah saya jika saya telah menyinggung
seseorang. Dan silahkan menghubungi saya untuk pertanyaan lebih jauh.
Berkat,
Marduk.
Dominus illuminatio mea!
Syahadat Professio Fidei Tridentinae
Pengakuan Iman Trente-Tridentine (Pius IV)
Pengakuan
Iman Tridentine (Professio Fidei Tridentinae) atau yang dikenal sebagai Pengakuan Iman Pius
IV, adalah satu dari empat Pengakuan Iman resmi Gereja Katolik, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat Pendek), Syahadat Nicea-Konstantinopel (Syahadat Panjang) dan Syahadat Athanasian. Pengakuan ini dikeluarkan oleh Paus Pius IV pada
tanggal 13 November 1565 dengan Bulla “Iniunctum nobis” dibawah
dukungan Konsili Trente (1545-1563). Pengakuan iman ini setelah Konsili Vatikan
I (1869-1870) berfungsi untuk memberi penekanan lebih pada definisi dogmatik Konsili.
Tujuan utama Pengakuan Iman ini adalah untuk menjelaskan batasan iman Katolik
terhadap ajaran-ajaran sesat.
Saya dengan iman yang teguh mempercayai
dan mengakui setiap dan semua yang terkandung dalam Pengakuan Iman yang
digunakan oleh Gereja Romawi Kudus yaitu:
Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang
mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan akan segala sesuatu yang kelihatan dan
tak kelihatan. Dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal, Ia
lahir dari Bapa sebelum segala abad. Allah dari allah, terang dari terang,
Allah benar dari allah benar, Ia dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan
Bapa: segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus dilahirkan Perawan Maria,
dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk kita waktu Pontius Pilatus; Ia
menderita sampai wafat dan dimakamkan, pada hari ketiga Ia bangkit, menurut
Kitab Suci, Ia naik ke surga duduk di sisi Bapa. Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir. Aku
percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan: Ia berasal dari Bapa dan
Putera. Yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan: Ia bersabda dengan
perantaraan para nabi. Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik dan
apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan demi pengampunan dosa. Aku menantikan
kebangkitan orang mati dan hidup di akhirat. Amin
Tradisi Apostolik Gereja dan semua
penetapan dan konstitusi dari Gereja yang sama itu juga dengan teguh saya
pegang dan akui.
Saya juga menerima Kitab Suci menurut arti
yang dipercayai oleh Bunda Gereja Kudus, yang adalah hak Gereja untuk
menentukan makna dan penafsiran yang sejati dari Kitab Suci. Aku juga tidak
akan pernah mempercayai dan menyetujui penafsiran Kitab Suci selain daripada
menurut arti yang berasal dari kesepakatan mutlak para Bapa.
Saya juga mengakui Tujuh Sakramen Hukum
Baru yang sejati dan benar, ditetapkan oleh Yesus Kristus Tuhan kita, dan bahwa
sakramen-sakramen itu perlu untuk keselamatan semua orang walaupun tidak
semuanya perlu untuk semua orang, yaitu; Baptis, Krisma, Ekaristi, Pengakuan
Dosa, Pengurapan Orang Sakit, Imamat dan Perkawinan; dan bahwa
sakramen-sakramen ini menyalurkan rahmat; dan bahwa Baptisan, Krisma, dan
Tahbisan tidak dapat diulangi kembali kecuali itu adalah pelecehan. Saya juga
menerima dan mengakui tata upacara dalam Gereja Katolik dengan upacara meriah
dalam melayani sakramen-sakramen itu.
Saya menerima dan mengakui setiap dan
semua yang didefinsikan dan dinyatakan oleh Konsili Suci Trente menyangkut dosa
asal dan pembenaran.
Saya mengakui, bahwa di dalam Misa
dipersembahkan kurban yang benar, yang layak, dan yang berkenan kepada Allah
bagi orang yang hidup dan yang mati; dan bahwa dalam sakramen Ekaristi yang
mahakudus hadirlah secara benar, real dan substansial Tubuh dan Darah bersama
dengan Jiwa dan Keilahian Tuhan kita Yesus Kristus; dan bahwa terjadi perubahan
seluruh hakekat roti menjadi Tubuh dan hakekat anggur menjadi Darah, yang
perubahan ini oleh Gereja Katolik disebut sebagai Transubstansiansi.
Aku juga mengakui bahwa di dalam salah
satu rupa saja Kristus diterima secara utuh dan menyeluruh, dan sebagai
sakramen sejati.
Aku berpegang teguh bahwa Api Penyucian
itu ada, dan bahwa jiwa-jiwa disana terbantu oleh doa orang beriman. Begitu
juga, bahwa para kudus, yang memerintah bersama Kristus, adalah untuk dihormati
dan diserukan namanya, dan bahwa mereka mempersembahkan doa kepada Allah untuk
kita, dan bahwa relikui mereka harus dihormati. Aku juga dengan teguh mengakui
bahwa gambar atau patung dari Kristus, Bunda Allah yang tetap perawan dan para
kudus lain hendaknya dijaga, dirawat dan dihormati.
Saya juga mengakui kuasa indulgensi yang
diberikan Kristus kepada Gereja dan berguna untuk kesejahteraan rohani umat
beriman.
Aku mengakui Gereja Kudus Katolik
Apostolik Romawi sebagai ibu dan guru dari semua gereja-gereja; dan aku
menjanjikan kepatuhan sejati kepada Uskup Roma, pengganti St. Petrus Pangeran
Para Rasul, dan Wakil Yesus Kristus.
Aku juga tanpa ragu-ragu menerima dan
mengakui semua hal lain yang disampaikan, didefinisikan, dan dinyatakan oleh
Kanon-kanon suci, dan Konsili-konsili Oikumenis, dan secara khusus oleh Konsili
Oikumene Trente dan Vatikan, secara khusus menyangkut keutamaan Uskup Roma dan
ajarannya yang tidak dapat salah. Aku mengecam, menolak dan mengutuk segala hal
yang bertentangan dengannya, dan semua bidaah yang telah dikecam, ditolak dan
dikutuk oleh Gereja.
Inilah iman Katolik sejati, yang tak ada
seorangpun dapat selamat tanpanya, yang kini dengan bebas aku akui dan
kepadanya aku benar-benar berpegang, aku mengakui dan bersumpah untuk
memeliharanya secara tak bercela dan dengan pertolongan Allah terus berpegang
padanya sampai nafas terakhir hidupku.
Dan aku akan berjuang, sejauh yang aku
bisa, agar iman yang sama ini dipegang, diajarkan dan diakui oleh semua orang
yang aku jumpai. Aku….bernazar, berjanji, dan bersumpah demi Injil Suci, jadi
tolonglah aku Tuhan.
Dominus illuminatio mea!
Diterjemahkan oleh Katolisitas Indonesia
dari Preces Latinae
Quote Of Mother Theresa
People are often unreasonable,
illogical, and self-centered.
Forgive them anyway!
Manusia seringkali tidak masuk akal, tidak logis, dan berpusat pada diri sendiri.
Bagaimanapun, ampuni mereka!
Forgive them anyway!
Manusia seringkali tidak masuk akal, tidak logis, dan berpusat pada diri sendiri.
Bagaimanapun, ampuni mereka!
If you are kind,
people may accuse you of selfish, ulterior motives.
Be kind anyway!
people may accuse you of selfish, ulterior motives.
Be kind anyway!
Jika engkau berbuat baik,
Orang-orang mungkin akan menuduhmu mau
menang sendiri, punya motif tersembunyi.
Bagaimanapun, tetaplah berbuat baik!
If you are successful,
you will win some false friends and some true enemies.
Succeed anyway!
you will win some false friends and some true enemies.
Succeed anyway!
Jika engkau berhasil,
Engkau akan memperoleh teman-teman palsu
dan musuh-musuh sejati.
Bagaimanapun, tetaplah menjadi berhasil!
If you are honest and frank,
people may cheat you.
Be honest and frank anyway!
Jika engkau jujur dan apa adanya,
Orang-orang mungkin akan mencurangimu.
Bagaimanapun jadilah jujur dan apa
adanya!
What you spend years building,
someone could destroy overnight.
Build anyway!
someone could destroy overnight.
Build anyway!
Apa yang engkau bangun bertahun-tahun
Dapat hancur oleh seseorang dalam
semalam.
Bagaimanapun, membangunlah!
If you find serenity and happiness,
they may be jealous.
Be happy anyway!
they may be jealous.
Be happy anyway!
Jika engkau menemukan keheningan dan
sukacita,
Mungkin orang-orang akan iri padamu
Bagaimanapun, tetaplah bersukacita!
The good you do today,
people will often forget tomorrow.
Do good anyway!
people will often forget tomorrow.
Do good anyway!
Kebaikan yang engkau lakukan,
Seringkali akan dilupakan orang esok
hari.
Bagaimanapun, berbuatlah kebaikan!
Give the world the best you have,
and it may never be enough.
Give the world the best you've got anyway!
and it may never be enough.
Give the world the best you've got anyway!
Berikan pada dunia yang terbaik yang
engkau miliki
Dan mungkin tidak pernah akan cukup.
Bagaimanapun, berilah dunia yang
terbaik!
You see, in the final analysis, it is between you and God.
It was never between you and them anyway.
Lihatlah, pada perhitungan akhir, hanya
ada engkau dan Tuhan.
Bagaimanapun, tidak pernah antara engkau
dan mereka.
Beata Ibu Teresa dari Kalkuta
Kita seringkali merasa bahwa yang kita
lakukan adalah seperti setitik air di samudera luas… Namun samudera luas itu
akan kurang jika ada setitik air yang hilang…
Dominus illuminatio mea!
Maria Minggu Ini : Peran Serta Maria Dalam Sejarah Keselamatan
55. (Bunda Almasih dalam Perjanjian
Lama)
Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru, begitu pula Tradisi yang
terhormat, memperlihatkan peran Bunda Penyelamat dalam tata keselamatan dengan
cara yang semakin jelas, dan seperti menyajikannya untuk kita renungkan. Ada
pun Kitab-kitab Perjanjian Lama melukiskan sejarah keselamatan, yang
lambat-laun menyiapkan kedatangan Kristus di dunia. Naskah-naskah kuno itu,
sebagaimana dibaca dalam Gereja dan dimengerti dalam terang perwahyuan lebih
lanjut yang penuh, langkah-demi langkah makin jelas mengutarakan citra seorang
wanita, Bunda Penebus.
Dalam terang itu ia sudah dibayangkan secara profetis dalam janji yang
diberikan kepada leluhur pertama yang jatuh berdosa, yang akan diberi nama
Imanuel (lih. Yes 7:14; bdk. Mi 5:2-3; Mat 1:22-23). Dialah yang unggul di
tengah umat Tuhan yang rendah dan miskin, yang penuh kepercayaan mendambakan serta
menerima keselamatan dari pada-Nya. Akhirnya ketika muncullah ia, Puteri Sion
yang amat mulia, sesudah pemenuhan janji lama dinanti-nantikan, genaplah
masanya. Mulailah tata keselamatan yang baru, ketika Putera Allah mengenakan
kodrat manusia dari padanya, untuk membebaskan manusia dari dosa melalui
rahasia-rahasia hidup-Nya dalam daging.
56. (Maria menerima warta gembira)
Adapun Bapa yang penuh belaskasihan menghendaki, supaya penjelmaan Sabda di
dahului oleh persetujuan dari pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi
Bunda-Nya. Dengan demikian, seperti dulu wanita mendatangkan maut, sekarang pun
wanitalah yang mendatangkan kehidupan. Itu secara amat istimewa berlaku tentang
Bunda Yesus, yang telah melimpahkan kepada dunia Hidu sendiri yang membaharui
segalanya, dan yang oleh Allah danugerahkan kurnia-kurnia yang layak bagi tugas
seluhur itu. Maka mengherankan juga, bahwa di antara para Bapa suci menjadi
lazim untuk menyebut Bunda Allah suci seutuhnya dan tidak terkena oleh cemar
dosa manapun juga, bagaikan makhluk yang diciptakan dan dibentuk baru oleh roh
Kudus [177]. Perawan dari Nazaret itu sejak saat pertama dalam rahim
dikurniai dengan semarak kesucian yang istimewa. Atas titah Allah ia diberi
salam oleh Malaikat pembawa Warta dan disebut “penuh rahmat” (Luk 1:38).
Demikianlah Maria Puteri Adam menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maka memang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Sebab, seperti dikatakan oleh S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” [178]. Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati meyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” [179]. Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup” [180]. Sering pula mereka menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria” [181].
Demikianlah Maria Puteri Adam menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Putera-Nya, untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa, mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maka memang tepatlah pandangan para Bapa suci, bahwa Maria tidak secara pasif belaka digunakan oleh Allah, melainkan bekerja sama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Sebab, seperti dikatakan oleh S. Ireneus, “dengan taat Maria menyebabkan keselamatan bagi dirinya maupun bagi segenap umat manusia” [178]. Maka tidak sedikitlah para Bapa zaman kuno, yang dalam pewartaan mereka dengan rela hati meyatakan bersama Ireneus: “Ikatan yang disebabkan oleh ketidak-taatan Hawa telah diuraikan karena ketaan Maria; apa yang diikat oleh perawan Hawa karena ia tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya” [179]. Sambil membandingkannya dengan Hawa, mereka menyebut Maria “bunda mereka yang hidup” [180]. Sering pula mereka menyatakan: “maut melalui Hawa, hidup melalui Maria” [181].
57. (Santa Perawan dan masa kanak-kanak
Yesus)
Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu
terungkapkan sejak saat kristus dikandung oleh Santa perawan hingga wafat-Nya.
Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elisabet,
dan diberi ucapan salam bahagia olehnya karena Maria beiman akan keselamatan
yang dijanjikan, dan ketika pendahulu melonjak gembira dalam rahim ibunya (lih.
Luk 1:41-45). Kemudian pada hari kelahiran yesus, ketika Bunda Allah penuh
kegembiraan menunjukkan kepada para Gembala dan para Majus Puteranya yang
sulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru
menyucikannya [182].
Ketika ia dikenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan, bahwa Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bunda-Nya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata (lih. Luk 2:34-35). Ketika orang tua Yesus dengan sedih Hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di kenisah sedang berada dalam perkara-perkara Bapa-Nya, dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bundanya menyimpan itu semua dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk 2:41-51).
Ketika ia dikenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan, bahwa Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bunda-Nya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata (lih. Luk 2:34-35). Ketika orang tua Yesus dengan sedih Hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di kenisah sedang berada dalam perkara-perkara Bapa-Nya, dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bundanya menyimpan itu semua dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk 2:41-51).
58. (Santa Perawan dan hidup Yesus di
muka umum)
Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah Bunda-Nya dengan penuh makna, pada
permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak
oleh belaskasihan, dan dengan perantaraannya mendorong Yesus Almasih untuk
mengerjakan tanda-Nya yang pertama (lih. Yoh 2:1-11). Dalam pewartaan Yesus ia
menerima sabda-Nya, ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan diatas pemikiran dan
ikatan daging serta darah, dan meyatakan bahagia mereka yang mendengar dan
melakukan sabda Allah (lih. Mrk 3:35 dan pararel; Luk 11:27-28), seperti
dijalankannya sendiri dengan setia (lih. Luk 2:19 dan 51). Demikianlah Santa
Perawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman.
Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih. Yoh 19:25). Disitulah ia menanggung penderitaan yang dasyat bersama dengan puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkandiri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya Yesus Kristus juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “Wanita, inilah anakmu” (lih. Yoh 19:26-27) [183].
Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih. Yoh 19:25). Disitulah ia menanggung penderitaan yang dasyat bersama dengan puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkandiri dengan korban-Nya, yang penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya Yesus Kristus juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “Wanita, inilah anakmu” (lih. Yoh 19:26-27) [183].
59. (Santa Perawan sesudah Yesus naik ke
sorga)
Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia secara
resmi, sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh kristus. Maka kita saksikan
para Rasul sebelum hari pentekosta “bertekun sehati sejiwa dalam doa bersama
beberapa wanita, dan Maria Bunda Yesus serat saudara-saudari-Nya” (Kis 1:14).
Kita lihat Maria juga dengan doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat
Warta Gembira dulu sudah menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak
pernah terkena oleh segala cemar dosa asal [184], sesudah menyelesaikan
perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta
badan dan jiwanya [185]. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam
semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala
tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut [186].
Dominus illuminatio mea
sumber:Lumen Gentium 55-59
Paus Benediktus XVI Mengumumkan 6 Kardinal Baru Gereja Katolik
Dalam Audiensi Umum yang diadakan di kota Roma pada hari Rabu tanggal 24 Oktober 2012. Paus Benediktus XVI mengumumkan 6 calon kardinal baru. Keenam calon ini akan diangkat oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 24 November 2012 mendatang.
Logo Tahun Iman 2012-2013
Keterangan Logo :
*. Sebuah kapal /perahu melambangkan Gereja yang sedang berlayar di tengah arus dunia
*. Tiangnya adalah Salib Kristus yang merupakan tanda kemenangan kita sebagai umat Kristus
*. Layarnya adalah monogram IHS, yang memiliki makna: IESUS, HOMINUM SALVATOR : Yesus Penyelamat manusia
*. Monograme ini juga dimaknai sebagai
IHSV = IN HOC SIGNO VINCES : dalam/dengan tanda ini anda menang (Kaisar Konstantinus)
*. Hembusan angin pada layar monogram IHS membentuk lingkaran pada Salib, yang memberi simbol : matahari dan hosti pada perayaan Ekaristi.
*. Tiangnya adalah Salib Kristus yang merupakan tanda kemenangan kita sebagai umat Kristus
*. Layarnya adalah monogram IHS, yang memiliki makna: IESUS, HOMINUM SALVATOR : Yesus Penyelamat manusia
*. Monograme ini juga dimaknai sebagai
IHSV = IN HOC SIGNO VINCES : dalam/dengan tanda ini anda menang (Kaisar Konstantinus)
*. Hembusan angin pada layar monogram IHS membentuk lingkaran pada Salib, yang memberi simbol : matahari dan hosti pada perayaan Ekaristi.
Tambahan Katolisitas Indonesia: Semuanya ini memberi makna tentang Gereja yang sedang berlayar menempuh kerasnya angin dunia Globalisasi dan Modernisasi. Kristus dengan setia memimpin Gereja-Nya dengan perantaraan Paus Roma hingga sampai kepelabuhan abadi yaitu Kerajaan Surga. Dia berlayar bersama Gereja dengan tak henti-hentinya menghembusi Roh Kudus yang menghidupkan, dan menguatkannya dengan Ekaristi.
Dominus illuminatio mea!
Lihat Juga: Katekese Singkat Tentang Tahun Iman
Diadaptasi dari majalah Ventimiglia milik Keuskupan Banjarmasin no.14 edisi September-Oktober hal 14-15
Diadaptasi dari majalah Ventimiglia milik Keuskupan Banjarmasin no.14 edisi September-Oktober hal 14-15
Pidato Kardinal Pacienza: Tentang Gereja Katolik Paska Konsili Vatikan II
Pidato Cardinal Pacienza, prefek Kongregasi bagi
Klerus, kepada seminaris di Keuskupan Agung Los Angeles (4 Oktober 2011).
Pidato ini sekaligus mengoreksi kekeliruan sebagian besar umat Katolik bahwa
Konsili Vatikan II mengubah Gereja Katolik. Generasi sebelumnya tidak memahami penafsiran Vatikan II dengan benar karena mereka
menafsirkan Vatikan II sesuai dengan "roh" dari Konsili tersebut. (Sekali lagi aku katakan bahwa memang ada yang oleh
banyak tulisan disebut "the spirit of Vatican II" alias "roh
Vatikan II" atau lebih tepatnya "semangat Vatikan II." Istilah
ini timbul karena ada beberapa orang yang melangkahi dan melanggar aturan di
teks konsili Vatikan II sendiri dengan alasan bahwa mereka melakukannya karena
menghayati "semangat Vatikan II." Bagi mereka Konsili Vatikan II diadakan
untuk merubah dan melonggarkan aturan-aturan kaku dan terbuka bagi banyak hal
[dimana dalam hal ini mereka ada benarnya juga])
Generasi kalian mungkin akan menjadi generasi pertama yang akan dengan tepat menafsirkan Konsili Vatikan Kedua, [bukannya] menafsirkan menurut "roh" dari Konsili, yang telah membawa banyak kebingungan kepada Gereja, melainkan [menafsirkan] menurut apa yang benar-benar dikatakan Peristiwa Konsili tersebut dalam teks-teksnya kepada Gereja dan kepada dunia.
Tidak ada Vatikan II yang berbeda dengan [Vatikan II] yang menghasilkan teks-teks yang kita miliki saat ini! Dalam teks-teks itulah kita menemukan kehendak Allah bagi GerejaNya dan kepada [kehendak itulah] kita harus mengacu, [dengan] ditemani Tradisi dan kehidupan Kristen selama dua ribu tahun.
Pembaharuan memang selalu diperlukan bagi Gereja, [ini] karena pertobatan anggota-anggotanya, para pendosa yang malang, selalu diperlukan! Tapi tidak dapat ada, ataupun tidak mungkin ada, sebuah Gereja pra-Konsili [Vatikan II] dan sebuah Gereja post-Konsili [Vatikan dua! Kalau memang ada, [maka] yang kedua [ie. Gereja post-konsili Vatikan II] - [Gereja] milik kita [sekarang] - akan merupakan [Gereja yang] secara sejarah dan secara teologis tidak sah!
Hanya ada satu Gereja Kristus, dimana kalian adalah bagiannya, yang mulai dari Tuhan Kita sampai ke para Rasul, dari Perawan Maria Terberkati sampai kepada para Bapa dan Doktor/Pujangga Gereja, dari Jaman Pertengahan sampai ke Renaisans, dari jaman Romanesque sampai ke Gothic sampai ke Baroque, dan sampai masa kita ini, tak terputuskan tanpa kehilangan kontinuitas, tidak sekalipun! Dan semua ini karena Gereja adalah Tubuh Kristus, [Gereja] adalah kesatuan PribadiNya yang dia berikan kepada kita, para anggota Gereja!
Kalian, para seminaris tercinta, akan menjadi imam-imam di Gerejanya Santo Agustinus, [Gerejanya] Santo Ambrose, [Gerejanya] Santo Thomas Aquinas, [Gerejanya] Santo Charles Borromeo, [Gerejanya] Santo John Mary Vianney, [Gerejanya] Santo John Bosco, [Gerejanya] Santo Pius X sampai [Gerejanya] Padre Pio, Santo Josemaria Escrivá dan Beato Yohanes Paulus II. Kalian akan menjadi imam-imam dari Gereja yang sama yang terdiri dari begitu banyak imam-imam kudus yang, sepanjang abad, telah menunjukkan wajah Kristus, Tuhan dunia, [yang begitu] terang, indah, bercahaya, dan, karenanya, mudah dikenal.
I Serve God As The Catholic Apologist
1.Be
Informed: Ketika kita hendak berdiskusi dengan seorang non-katolik kita harus
membekali diri kita sendiri misalnya dengan membaca Katekismus Gereja Katolik
jika KGK terlalu berat bagi anda, anda bisa membaca Kompendium Katekismus
Gereja Katolik, dokumen-dokumen Gereja, Alkitab dan juga
kutipan-kutipan dari Bapa Gereja, atau anda juga bisa mencari di internet. Kita
harus bersyukur Allah telah mengaruniakan Internet kepada dunia, gunakanlah
Internet sebaik mungkin dan jadikanlah Internet sebagai sarana berkat Allah
bagi sesama.
2.Pray : Berdoa
sebelum, saat dan sesudah diskusi. Tujuan akhir sebuah diskusi bukan tampil
menang tak terbantah sementara pihak lain marah terluka dendam. Tujuan diskusi
bukanlah mengubah pola pikir orang lain, yang hanya akan berubah dengan kehendak
Roh Kudus. Untuk ini, doa sangat penting. Jangan pikir diskusi akan berbuah
pertobatan dan pindah agama. Itu terlalu muluk-muluk. Cukup pihak seberang
mengerti bahwa tindakan dan doktrin Gereja Katolik masuk akal, berdasar dan
sesuai, bila tidak mau diakui sebagai ke benaran.
Didalam 1 Petrus 3:15-16, Santo Petrus berpesan demikian kepada
kita Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan
jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab
dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah
lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang
memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena
fitnahan mereka itu. Memang pertanggungjawaban adalah suatu kewajiban
setiap umat Katolik untuk membela imannya. Bayangkanlah ketika kita berdiskusi,
kita sedang melayani Tuhan.
3.Stay Calm: Banyak orang cenderung menjadi emosional ketika
menghadapi non Katolik. Ketika sedang berdiskusi disarankan
untuk menggunakan kepala dingin karena setiap masalah bisa
diselesaikan dengan hati yang sabar. Dengan menanggapi secara
emosional, kita telah menunjukkan ke lawan diskusi kita bahwa ia berhasil
menyulitkan kita. Berdiskusi-lah dengan bahasa yang santai dan sopan agar orang
yang sedang berdiskusi dengan kita tidak merasa tersinggung. Jika ada orang
non-katolik yang menghina kita dengan sebutan keras kepala atau kata-kata dari
kebun binatang kita tidak usah marah, ketika orang tersebut menghina kita, kita
sudah berhasil membuat orang nonkatolik itu kehabisan kata-kata.
4.Be Prudent: Satu hal yang
perlu kita sadari bahwa pada saat berdiskusi, kita tidak bisa
membantah seluruh argumen anti-Katolik yang muncul dengan cara kita
sendiri. Bila tidak yakin, jangan terlibat berdebat, diskusi, tukar pikiran atau apa
pun namanya. Gereja Katolik adalah Tubuh Mistik Kristus yang didirikan oleh
Kristus sendiri. Kebenaran ini tidak perlu dibela. Jangan merasa terbeban untuk
membela atau menjelaskan, kendati keadaan diri sendiri tidak memungkinkan,
kemudian masuk ke pertempuran tanpa persiapan. Tidak ada keharusan
untuk selalu menjawab undangan berdebat. Bila kita bukan tipe orang yang dapat
berpikir dengan cepat dan memiliki ingatan yang langsung dapat me-recall ayat Kitab Suci, atau bila
kita bukan tipe orang yang bermental kuat dan dengan cepat goyah terkesima
dengan gaya bicara orang lain
5.Stay on topic: Inilah salah
satu kendala ketika kita sedang berdiskusi. Keras kepalalah untuk tetap fokus
pada topik. Saya sendiri pernah merasakan bahwa ketika kita berdiskusi kita
sama seperti kapal yang terombang-ambing dilaut yang bisa membawa kita kemana
saja. Jadi ketika kita berdiskusi dan mulai ada komentar-komentar yang mulai
berpindah dari topik kita harus memperingati sang pembuat topik dan juga
peserta diskusi agar selalu stay on topic.
6.Don't tell false data: Jangan
memberikan data palsu atau yang diragukan kebenarannya meski data itu nampaknya
membela iman Katolik. Ini hanya akan menjadi bumerang. Seandainya pun
dihadapkan pada fakta sejarah mengenai tindakan Gereja yang “tercela”, jangan
takut. Selalu pandang fakta sejarah secara menyeluruh, sesuai konteks zaman
saat itu dan yakinlah Gereja memiliki alasan kuat untuk memutuskan sesuatu.
Seandainya pun terbukti keputusan ini salah, ingat selalu Gereja secara keseluruhan
dikuduskan oleh Roh Kudus meski terdiri dan dipimpin oleh manusia yang tentunya
berdosa. Ini fakta yang tak terbantahkan.
7.Kita boleh dengan terang-terangan menolak suatu asumsi yang menjebak.
Misalnya “mari kita membatasi jawaban hanya pada Kitab Suci”. Asumsi ini
berbahaya. Ada banyak doktrin yang mencapai kejelasan yang sempurna bila
dilihat dengan kacamata Bapa Gereja dalam Tradisi Suci dan Wewenang Mengajar
Gereja. Lagi pula Kitab Suci dengan jelas menyatakan dirinya sebagai bukan
satu-satunya dasar pengajaran (1 Tim ). Sebaliknya Kitab Suci dengan tegas
mengatakan bahwa sumber Kebenaran adalah Gereja (1 Tim 3:15)
Baca juga: Diskusi Apologetik, bagaimana caranya?
Dominus illuminatio mea!