Kekasih Kita Dalam Perayaan Ekaristi


Kehadiran nyata Yesus dalam tabernakel kita adalah Misteri Ilahi. Dalam Misa Kudus, pada saat konsekrasi, ketika imam mengucapkan Sabda Ilahi Yesus, “Inilah Tubuh-Ku… Inilah piala Darah-Ku” (Mat 26:26-27), roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Substansi roti dan anggur tidak ada lagi di sana karena mereka telah berubah-ditransubstansikan-menjadi Tubuh dan Darah Ilahi Yesus. Hanya wujudnya tetap roti dan anggur, untuk menyatakan bahwa mereka sungguh makanan dan minuman, seturut kata-kata Yesus, “Daging-Ku adalah benar-benar makanan, dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.” (Yoh 6:55).

Maka, di balik rupa hosti, dan didalam rupa anggur, ada Pribadi Ilahi Yesus dengan tubuh-Nya, darah-Nya, Jiwa dan Keilahian-Nya. Ia memberika diri-Nya kepada siapa saja yang menerima Komuni Kudus. Ia terus-menerus tinggal dalam hosti yang dikonsekrasikan, yang disimpan dalam tabernakel.

Kata-kata Paling Mengagumkan

St. Ambrosius menulis, “Bagaimana perubahan roti menjadi tubuh Kristus terjadi? Lewat konsekrasi! Dengan kata-kata mana konsekrasi dilaksanakan? Dengan kata-kata Yesus? Ketika tiba saatnya terjadi keajaiban kudus ini, imam berhenti berbicara sebagai dirinya sendiri; ia berbicara sebagai pribadi Yesus.

Kata-kata konsekrasi adalah kata-kata yang paling mengagumkan dan mempesona, yang diberikan Allah kepada Gereja. Lewat imam, kata-kata itu memiliki kuasa mengubah roti dan anggur menjadi Allah Yang Tersalib, Yesus! Mereka memperoleh kekuatan yang mengagumkan dan misterius karena kuasa lhur yang mengatasi kuasa seraphim, kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah dan dibagikan oleh imam-imam-Nya. Kita tidak usah heran bahwa ada imam-imam kudus yang sangat terbebani ketika harus mengucapkan kata-kata ilahi itu. St. Yosef dari Cupertino dan pada masa kita, Padre Pio dari Pietrelcina, tampakn sangat terbebani oleh penderitaan ketika harus mengucapkan kata-kata konsekrasi. Hanya dengan susah payah dan terbata-bata mereka berusaha menyelesaikan kedua rumus konsekrasi.

Bapa pengasuhnya bertanya mengejek kepada St. Yosef dari Cupertino, “Bagaima mungkin selama seluruh Misa kamu mengucapkan kata-kata dengan begitu baik, tetapi selalu gagap mengucapkan setiap suku kata dari rumus konsekrasi?”

Orang kudus ini menjawab, “Kata-kata palingk kudus dalam konsekrasi menjadi seperti bara api dalam bibirku. Ketika aku mengucapkannya, aku seperti orang yang berusa menelan makanan yang baru diangkat dari air mendidih.” Lewat kata-kata ilahi konsekrasi ini Yesus hadir di altar kita, di tabernakel kita, di dalam hosti. Tetapi, bagaimana semua itu terjadi?

“Bagaimana mungkin,” tanya seorang muslim terpelajar kepada seorang uskup misionaris, “Roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus?”

Uskup itu menjawab, “Pada saat lahir kamu ini kecil. Kamu menjadi besar karena tubuhmu mengubah makanan yang yang kamu menjadi daging dan darah. Kalau tubuh manusia dapat mengubah roti dan anggur menjadi daging dan darah, Allah dapat melakukannya jauh lebih mudah. 

Si orang muslim bertanya lagi, “Bagaimana Yesus hadir sepenuhnya dan seutuhnya dalam sebuah hosti yang kecil itu?”

Uskup menjawab, “Lihat pemandangan di depanmu dan camkanlah betapa jauh lebih kecil matamu dibandingkan dengannya. Meskipun demikian, dalam matamu yang kecil itu ada gambar dari wilayah yang amat luas itu. Tidakkah Allah dapat membuat nyata, dalam Pribadi-Nya, apa yang dibuat-Nya dalam diri kita lewat cara gambaran atau kemiripan?”

Kemudian si muslim bertanya, “Bagaimana mungkin Tubuh yang sama hadir secara serentak dalam semua gerejamu dan dalam semua Hosti yang dikonsekrasikan?”

Uskup menjawab, “Tidak ada hal yang mustahil bagi Allah-dan jawaban ini seharusnya sudah cukup. Tetapi alam juga menunjukkan bagaimana menjawab pertanyaanmu itu. Ambillah sebuah cermin, bantingkanlah ke lantai sehingga pecah berkeping-keping. Setiap keping akan menggandakan gambaran yang sebelumnya ditampilkan oleh satu cermin sebagai satu gambar. Demikian juga, Yesus yang satu dan sama itu. Ia menggandakan diri-Nya dalam setiap Hosti yang dikonsekrasikan, tidak hanya sebagai gambar yang mirip, tetapi sungguh-sungguh sebagai Pribadi. Ia sungguh hadir dalam setiap hosti.

Mereka Menyadari Kehadiran Nyata

Mukjizat Ekaristi terekam dalam hidup St. Rosa dari Lima, Beata Angela dari Foligno, St. Katarina dari Siena, St. Filipus Neri, St. Fransiskus Borgias, St. Yosef dari Cupertino dan banyak orang kudus lain. Dengan peka mereka menangkap kehadiran nyata Yesus dalam tabernakel dan dalam Hosti yang dikonsekrasikan. Mereka melihat Yesus dengan mata mereka sendiri atau menikmati harumnya yang tak terperikan.

Sangat terkenal petikan dalam riwayat hidup St. Antonius dari Padua ketika ia membuktikan kehadiran nyata kepada seorang yang tidak percaya. Orang kudus itu menunukkan kepadanya seekor bagal kelaparan yang lebih memilih berlutut didepan sebuah monstran yang berisi Sakramen Maha Kudus, daripada melahap sekeranjang gandum yang ditempatkan di samping monstran itu.

Marilah kita ingat apa yang terjadi pada St. Katarina dari Siena. Pada suatu hari, St. Katarina dari Siena sedang sakit. Ia minta kepada seorang imam untuk membawa Komuni Kudus kepadanya. Tetapi imam yang tidak percaya akan karunia istimewa orang kudus ini membawa roti yang tidak dikonsekrasikan. Pada saat imam itu masuk, orang kudus ini tidak beranjakk, seperti biasa ia lakukan, untuk menyembah Yesus yang ada dalam Ekaristi. Sebaliknya ia memeloti si imam dan mencela dia secara terang-terangan karena kebohongan yang ia senga untuk menjerumuskan St. Katarina dari Siena ke dalam dosa berhala.

Hal yang sama terjadi pada Beata Anna Maria Taigi yang ketika menerima Komuni Kudus, sengaja diberi hosti yang tidak dikonsekrasikan. Wanita kudus ini serta merta menyadari kebohongan ini dan tenggelam dalam kesedihan yang tiada berakhir yang ia ungkapkan kepada bapa pengakuannya.

Demikian pula pantas disimak kejadian dalam St. Alfonsus Maria de Liguori ketika ia menerima Komuni Kudus di tempat tidur karena sakit. Suatu pagi, segera setelah menerima hosti, ia mengeluh keras dengan mencucurkan air mata, “Apa yang telah kamu perbuat? Kamu membawaku kepadaku hosti tanpa Yesus-hosti yang tidak dikonsekrasikan!” maka dilaksanakanlah suatu penyelidikan dan ternyata bahwa imam yang telah merayakan Misa pagi itu begitu terganggu sehingga ia melompati bagian kanon romawi (Doa Syukur Agung I) mulai dari memento untuk orang yang masih hidup sampai memento  untuk orang yang sudah meninggal; jadi ia menghilangkan sama sekali konsekrasi roti dan anggur. Dan St. Alfonsus Maria de Liguori mendapati ketidakhadiran Tuhan kita dari hosti yang tidak dikonsekrasikan!

Banyak kisah lain dari riwayat hidup para kudus dapat disebut. Misalnya, kasus-kasus pengusiran setan di mana orang-orang yang kerasukan dibebaskan dari roh jahat berkat Ekaristi. Demikian juga, sederetan panjang kesaksian iman dan cinta terkenal yang ditunjukkan oleh kejadian-kejadian yang mengherankan dari masa lalu; semuanya meneguhkan kehadiran nyata, misalnya kongres-kongres Ekaristi (misalnya Turin, Lanciano, Siena, Orvieto, dan tempat ziarah dari St. Petrus dari Patierno), tempat ziarah yang sampai sekarang menyimpan kesaksian-kesaksian tentang kejadian-kejadia mengherankan dari masa lalu yang meneguhkan kehadiran nyata.

Khususnya, tempat ziarah Lanciano (di Abruzzi, Italia). Lancianoo adalah tempat yang unik di antara tempat-tempat ziarah Ekaristi di dunia, yang menjadi makin terkenal di seluruh dnia. Di sana dapat disaksikan hosti yang berubah menjadi daging segar dan disimpan dalam keadaan demikian sampai berabad-abad. Ini adalah mukjizat yang dapat dilihat, yang mengherankan dan mengharukan. 

Vivit Dominus in cuius Conspectu sto. 

Disalin dari: Buku Jesus Our Eucharistic Love yang diterjemahkan oleh Ernest Mariyanto

Santo Petrus - Tokoh Jatuh-Bangun dalam Beriman


Dengan begitu indahnya kutipan ayat Matius 16:18 dalam bahasa Latin terlukiskan di Basilika Santo Petrus. “TV ES PETRVS ET SVPER HANC PETRAM AEDIFICABO ECCLESIAM MEAM ET PORTAE INFERI NON PRAEVALEBVNT ADVERSVS EAM”. Dalam ayat tersebut, Yesus memanggil Petrus sebagai batu karang. Bila memikirkan tentang batu karang, pikiran kita selalu menggambarkan batu karang sebagai sesuatu yang kokoh dan raksasa. Batu karang yang terdapat dipesisir pantai tetap kokoh meskipun diterpa oleh ombak sekian kali.

Petrus yang dipanggil oleh Yesus sebagai batu karang, apakah benar-benar bersifat batu karang sejati? Apakah iman Petrus sekokoh batu karang? Dalam Kitab Suci begitu banyak terdapat dialog antara Yesus dengan Petrus, dimana terdapat beberapa adegan Yesus yang sedang memarahi Petrus, adapula adegan ketika Yesus memuji Petrus dan dari sekian banyak adegan tersebut, realita menunjukkan kisah persahabatan antara Yesus dengan Petrus tidak berakhir dengan manis, hal itu ditunjukkan ketika Petrus menyatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan Yesus dalam keadaan sengsaranya, ia bersikap munafik dan mengkhianati Yesus, pada pagi hari ketika Yesus ditangkap. Berikut empat adegan yang menarik antara Yesus dengan Petrus:

1. Petrus menghalang-halangi Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Salib.
Mrk 8:33: “Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 8:32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Batu karang
2. Petrus tenggelam dan ditolong oleh Yesus
Matius 14:28-31: “Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 14:29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" 14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang ?".

3. Yesus memuji Petrus dan menganugerahkan kepadanya kunci Kerajaan Surga (Petrus dipilih oleh Yesus sebagai Paus pertama Gereja Katolik)
Matius 16:13-18: “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

4. Yesus menegur Petrus dan menunjukkan sebagai orang yang meneguhkan saudara-saudaranya dalam iman
Lukas 22:31-32: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. 22:32 tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.

Dari keempat adegan tersebut, kita menyaksikan bagaimana Yesus mengolah iman Petrus sedemikian rupa. Petrus yang adalah salah seorang yang mengikuti Yesus dan percaya kepada-Nya, juga pernah mengalami pengalaman jatuh-bangun dalam iman. Dalam Matius 14:28-31, kita melihat sendiri saat iman Petrus goyah dan akhirnya ia hampir tenggelam, namun Yesus segera menolongnya, dan berseru ”Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”. Hidup iman kita sama seperti roda, yang terus bergulir seiring bertambahnya umur. Iman kita tidak selalu kokoh seakan-akan batu karang, kita juga pernah mengalami pengalaman jatuh dalam iman yang serupa dialami oleh Petrus, ketika ia hanya memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia dan tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah.

Gereja dalam perjalanan imannya yang hingga saat ini telah dipimpin oleh 267 orang paus. Gereja mengakui bahwa gereja tidak selalu dipimpin oleh kudus seperti Santo Fabianus, Santo Yohanes XXIII, Santo Yohanes Paulus II, dll. Gereja juga pernah dipimpin oleh paus berperilaku buruk seperti Alexander VI. Tugas Petrus ketika ia ditunjuk oleh Kristus untuk meneguhkan saudara-saudaranya dalam iman (Lukas 22:32), diemban pula oleh Paus sebagai suksesor dari Rasul Petrus untuk meneguhkan umat beriman dalam iman. Sekalipun seseorang menerima jabatan sebagai paus tidak berarti ia bebas dari kesalahan dalam perbuatan seperti halnya Petrus yang pernah berbuat salah kecuali dalam hal mengajarkan tentang iman yang tidak akan pernah bisa salah.

Kita percaya sebagai orang beriman, bahwa perjalanan dalam mencapai persatuan dengan Kristus tidaklah mudah. Kita akan selalu mengalami jatuh-bangun dalam beriman kepada Kristus namun teruslah bangkit dan tetaplah berjalan.

Dominus illuminatio mea!

Paus St. Pius X - Paus Ekaristi Kudus

Saudara-saudari yang dikasihi Kristus,

Pax et Bonum!

Hari ini, tanggal 21 Agustus,kita memperingati Santo Pius X (1835-1914), seorang Pemimpin Gereja yang besar. Orang kudus ini lahir dengan nama Guiseppe (Yosef) Sarto di desa kecil yang bernama Riese (Venesia, Italia bagian utara). Orangtuanya bukanlah orang penting atau ternama di mata masyarakat, namun mereka adalah orang-orang Katolik yang saleh. Mereka mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka yang sepuluh orang itu dalam suatu zaman ‘susah’.



Pastor paroki sangat tertarik pada diri Guiseppe, sang pemimpin para putera altar yang berperilaku baik itu. Dia membantu Guiseppe dalam pendidikannya. Pada tahun 1858 Guiseppe ditahbiskan sebagai seorang imam praja. Sembilan tahun lamanya dia bertugas sebagai imam tentara di Tombolo. Tombolo terletak di provinsi Padua di kawasan Veneto, 45 km sebelah barat laut Venesia dan sekitar 25 km sebelah utara kota Padua. Atasannya menulis tentang imam muda ini: “Saya yakin bahwa pada suatu hari dia akan mengenakan mitra,[1] setelah itu siapa tahu?” Wah, semacam teka-teki atau nubuat?

Romo Guiseppe mempunyai seorang Fransiskan besar sebagai ‘idola’-nya, yaitu Santo Leonardus dari Port Maurice (1676-1751). Santo Leonardus ini adalah model bagi Romo Guiseppe dalam hidupnya dan juga pada mimbar ketika berkhotbah. Kesalehan Romo Guiseppe juga patut diteladani. Pada jam 4 pagi, dia sudah kelihatan berlutut di depan tabernakel.

Sembilan tahun lamanya Romo Guiseppe berkarya sebagai pastor paroki di Salzano (sekitar 15 km dari kota Venesia). Pada waktu ditugaskan si Salzano inilah Romo Guiseppe bergabung dengan Ordo Ketiga Santo Fransiskus (sekular) dan kemudian mendirikan dua persaudaraan Ordo Ketiga Sekular.[2] Sejak saat itu Romo Guiseppe berupaya serius agar kata-kata yang diucapkannya serta tulisan-tulisannya diwarnai dengan kesederhanaan dan keugaharian standar-standar kehidupan Fransiskan, semuanya demi pencapaian cita-cita dari Bapak Serafik.

Seusai penugasan di Salzano – untuk kurun waktu sembilan tahun lamanya – Romo Guiseppe diangkat menjadi Vikjen, kanon dan wali-pengawas seminari di keuskupan Treviso (di kawasan Veneta, dekat Venesia). Banyak orang mengatakan, bahwa Romo Guiseppe tidak akan mati di Treviso. Ternyata memang demikianlah, karena kemudian Romo Guiseppe diangkat menjadi uskup Mantua , sebuah kota di Lombardy, untuk sembilan tahun lamanya. Sebagai seorang uskup, tidak ada perubahan yang terjadi dalam kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Uskup Guiseppe tetap tidak menunjukkan toleransi samasekali terhadap pesta-pesta perjamuan yang mewah. Baginya kegiatan kerasulan dalam bidang pers sangatlah penting karena merupakan mimbar zaman modern. Oleh karena itu Uskup Guiseppe mendedikasikan dirinya pada kegiatan kerasulan pers ini. Sementara itu orang-orang miskin adalah favorit-favoritnya.

Uskup Guiseppe kemudian diangkat menjadi seorang kardinal dan Patriark/batrik Venesia, juga untuk sembilan tahun lamanya. Meskipun berada begitu dekat dengan pucuk pimpinan Gereja, Kardinal Guiseppe tetap menjadi anak-rohani yang setia dari bapak-rohaninya, Fransiskus – si kecil miskin dari Assisi.

Kematian Paus Leo XIII pada tahun 1903 membawa Kardinal Guiseppe ke Roma/Vatikan untuk mengikuti pemilihan paus. Siapakah yang akan terpilih? Kardinal Guiseppe Sarto menjawab: “Leo XIII, yang mencerahkan dunia dengan hikmat-kebijaksanaannya akan digantikan oleh seorang paus yang akan membuat dunia terkesan dengan kesucian hidupnya.”  ‘Nubuat’ ini digenapi: ternyata dalam konklaf Kardinal Guiseppe Sarto terpilih sebagai paus yang baru dengan nama Pius X.

Tidak lama setelah dipilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja, Paus Pius X mengumumkan program kerjanya, yaitu ‘memperbaharui semua hal dalam Kristus’. Pius X melakukan banyak hal dalam hal kebangunan-rohani Gereja, misalnya mendorong penyambutan komuni sejak usia muda dan juga komuni harian. Ia menetapkan pokok-pokok yang diperlukan dalam rangka pencapaian kesucian hidup para klerus. Ia mendorong perkembangan Ordo Ketiga. Yang paling penting: Lewat kesucian hidupnya, Paus Pius X membuat dirinya sendiri menjadi contoh bagi orang-orang untuk melakukan pembaharuan hidup rohani mereka. Leaderhip by example! Banyak lagi yang dilakukan oleh Paus ini, namun tidak dapat diceritakan di sini karena waktu dan ruang yang terbatas.

Paus Pius X terkadang dijuluki ‘Paus Ekaristi’. Beliau tercatat pernah mengucapkan kata-kata sebagai berikut: “Komuni Kudus adalah jalan yang paling singkat dan paling aman untuk menuju surga. Memang ada jalan-jalan lain: keadaan tidak bersalah (innnocence), namun hal ini diperuntukkan bagi anak-anak kecil; pertobatan, namun hal ini menakutkan kita; memikul banyak pencobaan-pencobaan hidup, namun begitu pencobaan-pencobaan itu tiba kita menangis dan mohon dikecualikan/diselamatkan. Jalan yang paling pasti, paling mudah, paling singkat, adalah Ekaristi.” Ucapan beliau ini tentunya mendukung pemberian gelar/ julukan sebagai ‘Paus Ekaristi’.

Kecintaan Paus Pius X pada Mazmur dalam Ibadat Harian juga mengagumkan, karena baginya Mazmur adalah mengenai Yesus sendiri, dalam Mazmur dia bertemu dengan Yesus. Pada bacaan kedua Ibadat Bacaan (versi Inggris) hari ini, kita dapat membaca tulisannya tentang Mazmur ini. Saya petik sebagian kecil saja:

 “Siapa yang dapat tetap tidak tergerak hatinya kalau melihat banyak bagian dalam Mazmur di mana keagungan Allah yang besar sekali, kemahakuasaan-Nya, kekudusan-Nya yang tak-tereskpresikan dengan kata-kata, kebaikan-Nya, kerahiman-Nya, kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang tak terbatas lainnya, diproklamasikan dengan begitu agung dan indah? Siapa pula yang tak tergerak hatinya oleh tindakan-tindakan penuh syukur atas berkat-berkat dari Allah, oleh doa-doa penuh kerendahan-hati dan rasa percaya yang dimohonkan kepada Tuhan untuk hal-hal yang sangat didambakan, oleh seruan-seruan pertobatan jiwa-jiwa berdosa? Siapa yang tidak terbakar dengan cinta oleh gambar Kristus sang Penebus yang setia, yang suara-Nya didengar oleh Santo Augustinus dalam semua mazmur, Dia bernyanyi, Dia meratap, Dia bersukacita dalam harapan, Dia berkeluh-kesah dalam keadaan sulit?” (A Reading from the Apostolic Constitution of Pope Pius X on the Psalter in the Divine Office, The Divine Office III).

Meskipun paus, namun ia tetap romo paroki yang penuh pengertian dan cintakasih. Setiap Minggu ia berkhotbah secara sederhana menjelaskan Injil yang dibacakannya kepada hadirin di halaman Vatikan. Kebaikan hati dan kesederhanaannya sangat menonjol.

Kemudian pecah perang dunia yang pertama. Ketika menderita sakit, dari atas pembaringannya Paus Pius X berkata: “Saya  ingin menderita. Saya ingin mati bagi para serdadu di medan tempur.”  Pada tanggal 20 Agustus 1914 – enam belas hari setelah pecah Perang Dunia I – Paus Pius X dengan penuh kedamaian menghembuskan nafasnya yang terakhir. Wasiatnya mencerminkan jiwa Fransiskannya: “Saya dilahirkan miskin, saya telah hidup miskin, dan saya ingin mati secara miskin pula.”

Semasa hidupnya, Paus Pius X beberapa kali menyembuhkan secara ajaib orang-orang yang sakit jasmani maupun rohani. Setelah kematiannya, banyak terjadi mukjizat pada kuburannya. Proses beatifikasinya dimulai pada tahun 1923. Beatifikasinya dilakukan pada tahun 1951 dan kanonisasinya  dilakukan pada tahun 1954.

Santo Pius X adalah seorang imam sejati, seorang pastor/gembala umat yang patut dicontoh perikehidupannya, baik oleh para klerus maupun umat kebanyakan. Baiklah kita juga selalu berdoa mohon pengantaraannya, terutama untuk kebaikan para imam kita. Santo Pius X, doakanlah kami!

Sumber tulisan tentang Paus Pius X: (1) Marion Habig OFM, THE FRANCISCAN BOOK OF SAINTS; (2) A. Heuken  SJ dan Staf Yayasan CLC, ENSIKLOPEDI ORANG KUDUS; (3) Ronda de Sola Chervin: QUOTABLE SAINTS; (4) THE DIVINE OFFIE – THE LITURGY OF THE HOURS ACCORDING TO THE ROMAN RITE III – WEEKS OF THE YEAR 6-34.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Saudara-saudari sekalian. Tuhan memberkati.
Salam persaudaraan,

Frans Indrapradja OFS

Vivit Dominus in cuius conspectu sto.

Kutipan Tentang Iblis


"Meski iblis tertawa melihat kita mempelajarinya lewat Demonologi, karena nyatanya kita melakukan apa yang disenangi oleh iblis. Namun bila kita tidak mempelajari lawan kita yang terkutuk ini, kita akan semakin tidak berdaya dihadapannya."~

"Iblis tidak dapat dilawan dengan fisik, karena ia tidak kelihatan. Maka kitapun harus melawannya dengan yang tidak kelihatan yaitu dengan iman, pengharapan dan kasih."~

"Sekalipun engkau mengenakan salib di lehermu, tidak berarti iblis takut menggoda imanmu. Ia selalu berada disampingmu dengan senyum palsunya, ia menggunakan segala cara demi menanti engkau jatuh"~

"Jangan pernah percaya, apa yang dikatakan oleh bapa segala dusta! Ia yang hendak naik ke Takhta Allah yang Mahatinggi namun diusir dengan cara menjijikkan. Yang mengangkat dagu dan pedang dihadapan keagungan Bapa! Yang menantang Gereja Kristus sepanjang segala abad"~

"Dosa tidak akan pernah ada, bila bukan iblis yang berada disamping pendosa dan membisikkan dengan kata-kata halus agar melakukan apa yang membuat air mata Kristus menetes"~

"Jangan pernah berkompromi dengan Iblis, tidak pernah ada ajaran dalam Gereja Katolik yang mengajarkan kita bahwa kita dapat berdamai dengan iblis. Ia yang terjatuh itulah yang membuat kita keluar dari Taman Surgawi!"~

(Kutipan dapat saja bertambah sewaktu-waktu)

Dominus illuminatio mea!

Dominus Iesus, Dasar Dialog Bagi Anggota Gereja

Sebuah tulisan karya Alexander Maria W dalam blognya.

Seorang anggota keluarga besarku pernah suatu kali bertanya ‘Mengapa kita harus beragama Katolik?’. Sebuah pertanyaan retoris yang dijawab oleh dirinya sendiri dengan mengatakan ‘Semua agama menuju kepada Tuhan dan di antara semua agama itu yang paling singkat dalam menuju Tuhan adalah Katolik’. Saya tidak mengetahui mengapa setiap dari kita beragama dan mengapa ada beberapa dari kita yang beragama Katolik tetapi saya mendapatkan pemahaman berbeda mengenai pertanyaan ‘paman’ saya tersebut dalam beberapa hari ini. Mari kita membaca dokumen Gereja Dominus Iesus.

1. Tuhan Yesus memberikan amanat kepada Para Rasul untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Inilah dasar misi Gereja dalam mewartakan Misteri Tritunggal dan Inkarnasi Allah Putra. Inilah misi yang dipegang teguh dan dilaksanakan dengan setia oleh Gereja dari abad ke abad. Dialog dengan agama lain adalah suatu bentuk pewartaan Misteri ini.

2.  Ancaman terhadap misi pewartaan Gereja adalah teori relativisme yang menyatakan ada banyak jalan menuju keselamatan, bahwa keselamatan dapat diraih dalam agama lain. Ada perbedaan mendasar antara iman Kristen dengan iman agama lain. Iman Kristen adalah penerimaan penuh ketaatan kepada rahmat pewahyuan diri Allah sendiri. Iman agama lain adalah kumpulan kebijaksanaan dan pengalaman spiritual manusia dalam upayanya mencari Tuhan. Gereja mengakui bahwa kitab suci agama tertentu mungkin mengandung beberapa eleman kebenaran, sebagai pantulan sinar dari Kebenaran yang Satu, yang menerangi seluruh manusia. Di saat yang sama, Gereja dengan teguh menyatakan bahwa ‘tulisan yang diinspirasi oleh Allah’ hanyalah Kitab Suci Kristen (Alkitab), yang dengan teguh, setia dan tanpa cacat, mengajarkan kebenaran akan Allah kepada manusia.

3. Ajaran yang harus diimani dengan teguh adalah:
a. Manusia hanya diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Ajaran yang menyatakan bahwa manusia dapat diselamatkan melalui cara lain selain melalui Tuhan Yesus harus ditolak. Tidak perlu ragu untuk menyatakan bahwa penebusan oleh Tuhan Yesus adalah sesuatu yang mutlak diperlukan bagi keselamatan manusia. Pernyataan ini adalah bukti ketaatan kepada kebenaran iman.

b. Di sisi lain, Gereja mengajarkan bahwa manusia dapat diselamatkan oleh pribadi lain hanya dan hanya jika penyelamatan oleh pribadi lain ini berlangsung di dalam penyelamatan oleh Tuhan Yesus. Ini bearti ajaran bahwa ‘Gereja adalah sakramen keselamatan’ dan ‘Maria Co-Redemptrix’ tidak berlawanan dengan ajaran ‘Tuhan Yesus adalah satu-satunya pengantara dan penyelamat manusia’.

Jesus the Redeemer. Lukisan untuk memperingati 300 th kelahiran St. Alfonsus
c. Pewahyuan Allah telah sempurna dan telah lengkap dalam diri Tuhan Yesus, Putra Allah yang telah menjelma menjadi manusia. Tidak ada pewahyuan lain yang lebih lengkap dan/atau lebih sempurna selain pewahyuan diri Allah dalam Tuhan Yesus, dalam kehadiranNya, dalam perkataan dan perbuatanNya, dalam tanda dan mukjizatNya, dan terutama dalam wafat dan kebangkitanNya, serta akhirnya dalam perutusan Roh Kudus. Dengan demikian ajaran agama tertentu bahwa pewartaan Tuhan Yesus belumlah lengkap sehingga perlu disempurnakan oleh pewartaan seorang tokoh lain harus ditolak. 

d. Yesus Kristus adalah Firman yang telah menjadi manusia. Sang Firman dan Yesus Kristus adalah satu dan sama. Usaha yang berniat memisahkan keduaNya harus ditolak. Ini bearti ajaran tertentu yang menyatakan bahwa penebusan oleh Firman bersifat lebih universal dan mencakup seluruh manusia sedangkan penebusan oleh Yesus Kristus hanya mencakup orang Kristen harus ditolak.

e. Memang benar bahwa Roh Kudus menebarkan benih-benih Sang Sabda pada seluruh kebudayaan dalam seluruh rentang sejarah sebagai persiapan terhadap pemenuhan pewahyuan dan penyelamatan dalam diri Tuhan Yesus. Ini tidak bearti penebusan oleh Roh Kudus bersifat lebih universal daripada penebusan oleh Tuhan Yesus. Rahmat penebusan adalah hasil karya Tritunggal. Tidak ada Pribadi dalam Tritunggal yang bertindak sendiri-sendiri, terpisah dari Pribadi lainnya. Karya Roh Kudus bukanlah suatu alternatif terhadap karya Tuhan Yesus. Roh Kudus bekerja dalam Inkarnasi, kehidupan, karya, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus serta dalam Gereja. Tuhan Yesus tidak dapat dipisahkan dari Roh Kudus.

f. Sebagaimana Tuhan Yesus nyata kepada kita saat ini melalui Tubuh MistikNya, yaitu Gereja, dan sebagaimana penebusan Tuhan Yesus adalah sesuatu yang mutlak bagi keselamatan manusia, Gereja adalah sakramen keselamatan universal. Sebagaimana Tuhan Yesus menekankan pentingnya iman yang dinyatakan dalam pembaptisan, keikut sertaan seseorang dalam Gereja adalah sesuatu yang mutlak diperlukan demi keselamatannya karena hanya melalui pembaptisan seseorang masuk ke dalam Gereja. Ajaran yang menyatakan bahwa Gereja hanyalah salah satu jalan menuju keselamatan di antara beberapa jalan (agama) lain harus ditolak.

g. Sebagaimana hanya ada satu Tuhan Yesus, hanya ada satu MempelaiNya, yaitu Gereja Katolik. Melalui suksesi apostolik, Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus hanya dapat ditemukan di dalam diri Gereja Katolik.

 

h. Gereja-Gereja (maksudnya skismatik) yang tidak berada di dalam persatuan penuh dengan Gereja Katolik, sebagai akibat dari penolakan mereka terhadap Keutamaan Petrus (dan Penerusnya, para Paus), tetapi tetap mempertahankan suksesi apostolik dan Ekaristi yang sah adalah Gereja dalam arti yang sesungguhnya.

i. Komunitas Gerejani (maksudnya denominasi Protestan) yang tidak mempertahankan suksesi apostolik dan tidak memiliki Ekaristi yang sah bukanlah Gereja dalam arti yang sesungguhnya. Namun demikian, para anggota komunitas Gerejani ini yang telah dibaptis telah dipersatukan dengan Kristus.   

j. Rahmat keselamatan, yang berasal dari Allah oleh Tuhan Yesus di dalam Roh Kudus dan yang selalu memiliki hubungan dengan Gereja, dapat diterima oleh seseorang yang tidak tergabung secara formal ke dalam Gereja. Bagaimana cara rahmat ini dapat sampai kepada orang tersebut adalah sebuah misteri yang hanya diketahui oleh Allah. Ini adalah bagian yang rumit yang mungkin membutuhkan pembahasan terpisah.

4. Dialog antar agama merupakan bentuk dari pewartaan Gereja. Ini bearti:
a. Semua anggota Gereja yang terlibat dalam dialog antar agama tidap perlu ragu untuk berpegang teguh pada ajaran Gereja karena Gereja selalu mengajarkan kebenaran.

b. Dialog harus dilakukan atas dasar kebebasan dan persamaan derajat. Tidak boleh ada pemaksaan kehendak.


c. Persamaan derajat yang dimaksud adalah persamaan derajat para peserta dialog. Ini tidak berarti Tuhan Yesus memiliki derajat yang sama, apalagi lebih rendah, dengan pendiri agama lain. Yesus Kristus adalah Allah sejati yang telah menjelma menjadi manusia.

d. Persamaan derajat juga tidak berarti ajaran Gereja berada dalam derajat yang sama dengan ajaran agama lain. Dialog antar-agama tidak bertujuan mencari jalan tengah antara ajaran Gereja dengan ajaran agama lain sehingga menghasilkan sebuah paham sinkretisme baru. Dialog antar-agama adalah suatu kesempatan untuk mewartakan kebenaran ajaran Gereja kepada pengikut agama lain tanpa ada paksaan bagi pengikut agama lain untuk memeluk iman Katolik. 

5. Saya sangat menganjurkan pembaca untuk membaca dokumen Dominus Iesus ini secara langsung karena ajaran yang dikandungnya sangat penting (yang tidak mungkin saya mengerti sepenuhnya) dan kata-kata yang digunakan sangat indah, lugas dan tegas (yang tidak mungkin saya kutip sepenuhnya). Teks dalam bahasa Inggris dapat dibaca di sini sedang terjemahannya dalam bahasa Indonesia dapat dibaca di sini.


Vivit Dominus in cuius Conspectu sto.

Para Kudus dan Minuman Bir


Ada ratusan riwayat hidup para kudus didalam Gereja Katolik yang memiliki kisah menarik, para kudus begitu istimewa didalam kehidupan gereja. Apa yang membuat santo-santa begitu istimewa? Mereka manusia seperti kita juga: hidup, berjuang, berbuat kesalahan dan sifat-sifat manusiawi lainnya. Yang membedakan mereka dari manusia kebanyakan adalah: mereka selalu mengejar kesempurnaan dalam hidup kekudusan dan selalu memancarkan kasih Allah dengan mencintai orang-orang disekitar mereka. Dari sekian banyak, riwayat hidup para Kudus beberapa dari mereka ada yang begitu dekat dengan minuman Beer. Bagaimana bisa seorang santo dekat dengan minuman Bir yang dapat memabukkan orang? Ada kebiasaan pada abad pertengahan dalam masa Prapaskah, bagi para biarawan dan kanon reguler untuk menenggak minuman Bir, hal ini dikarenakan pada masa itu kebiasaan berpuasa sangatlah ketat, sehingga mereka mulai mencari minuman fortifikasi sebagai salah satu santapan mereka setelah matahari terbenam. Berikut adalah artikel terjemahan dari situs catholicgentleman.net, di artikel ini pun akan disertai doa pemberkatan minuman Bir dalam bahasa Indonesia (tidak resmi) dan bahasa Latin yang diambil dari Rituale Romamum. Rituale Romanum dalam bahasa Latin berbentuk file pdf bisa download disini (silahkan klik), dan dibuka pada halaman 359.

"Dari keringat manusia dan kasih Allah, bir datang ke dunia." - Santo Arnulf dari Metz

Ah, bir. Buatan yang diberkati Ini adalah salah satu kesenangan besar dalam kehidupan dan tanda tak terbantahkan dari kasih Allah yang besar bagi kita.

Diseduh oleh biarawan selama berabad-abad, bir selalu memiliki hubungan yang dekat dengan Katolisisme. Bahkan, Gereja Bunda Suci telah membuktikan cintanya pada minuman ini dengan mengabadikan pemberkatan resmi Bir dalam teks-teks Ritual Romawi.

Hari ini, saya ingin membagikan 5 orang kudus yang memiliki kehormatan bernamakan santo pelindung seni mulia pembuatan Bir.

1. Santo Arnold dari Metz - Mungkin yang paling terkenal dari para pelindung pembuat bir adalah Santo Arnulf dari Metz. Santo Arnulf adalah seorang uskup dan penasihat Raja Theudebert II dari Austrasia. Setelah kematiannya di biara Remiremont, umat dari mantan keuskupannya dari Metz, yang telah menghormati dia sebagai orang kudus, pergi untuk mendapati tubuhnya. Perjalanannya merupakan saat terpanas tahun itu, dan umat paroki siap pingsan kehausan. Salah seorang jemaat, yang bernama Duc Notto, berseru, "Dengan perantaan yang penuh dari Arnold yang terberkati akan membawa kita pada apa yang tidak kita miliki." Dengan ajaibnya, pasokan bir terisi ulang dan bertahan hingga mereka kembali pulang.

2. Santo Gambrinus - Pertama-tama, Santo Gambrinus sebenarnya bukanlah seorang santo. Bahkan, tidak jelas apakah dia adalah orang yang nyata atau hanya sebuah mitos berdasarkan tokoh nyata. Namun demikian, Santo Gambrinus mewujudkan kenikmatan gembira alkohol, dan bahkan telah dikreditkan oleh beberapa orang menjadi penemu bir. Beberapa orang mengatakan, ia belajar seni pembuatan bir dari para dewa, dan yang lain mengatakan ia hanya seorang pria yang bisa turun dalam jumlah epik bir. Terlepas dari itu, dia terkenal dalam cerita rakyat Eropa yang melambangkan kegembiraan yang dibawa oleh minuman terberkati.

3. Santo Agustinus – Doktor Rahmat ini adalah santo pelindung bagi banyak hal, tidak sedikit diantaranya adalah orang-orang yang berlatih dalam seni pembuatan bir. Meskipun tidak jelas bagaimana ia mencapai kehormatan ini, kemungkinan melalui konversi yang mendalam di mana ia berubah dari jiwa yang liar, mabuk, dan hilang menjadi seorang uskup yang kudus dan sederhana.

4. Santo Lukas Penginjil - Ya, ini adalah Santo Lukas yang menulis Injil Lukas. Orang kudus ini adalah pelindung segala sesuatu dari tukang emas lalu pembuat renda hingga pematung - dan ia juga santo pelindung lain dari Bir. Kalau ada yang bisa menjelaskan kepada saya hubungan antara Santo Lukas dan pembuatan bir, saya akan sangat berterima kasih!

5. Santo Wenceslaus - Dikenal karena sedekah heroik dan kasih sayangnya bagi orang buangan, Santo Wenceslaus dihormati segera setelah kemartirannya pada tahun 935 M. Anda mungkin pernah mendengar tentang raja yang baik ini sebelumnya, karena kehidupannya yang kudus yang dirayakan dalam lagu, tetapi Anda mungkin tidak tahu dia juga merupakan santo pelindung bir. Sekarang Anda lakukan.

Doa pemberkatan Bir

Bahasa Indonesia
I:  Pertolongan kita dalam nama Tuhan.
U: Yang menjadikan langit dan bumi.
I: Tuhan bersamamu.
U: Dan bersama rohmu.

Marilah berdoa:
Berkatilah, + Ya Tuhan, bir yang dibuat ini, yang kepadanya Engkau berkenan untuk dihasilkan dari lemak biji-bijian: yang akan menjadig obat yang bermanfaat bagi umat manusia, dan menganugerahkan seruan pada nama-Mu yang kudus, yang barangsiapa meminumnya, dapat memperoleh kesehatan tubuh dan ketenangan dalam jiwa. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bahasa Latin
V. Adjutorium nostrum in nomine Domini.
R. Qui fecit caelum et terram.
V. Dominus vobiscum.
R. Et cum spiritu tuo.

Oremus:
Bene+dic, Domine, creaturam istam cerevisae, quam ex adipe frumenti producere dignatus es: ut sit remedium salutare humano generi: et praesta per invocationem nominis tui sancti, ut, quicumque ex ea biberint, sanitatem corporis, et animae tutelam percipiant. Per Christum Dominum nostrum. Amen.

KESIMPULAN
Pembuatan bir selalu dihormati sebagai seni yang mulia dan terhormat, dan selama berabad-abad, banyak para ahli pembuat bir menyerukan kepada para pelindung ini untuk membantu mereka dalam kerajinan mereka. Apakah Anda sedang mengambil rumah pembuatan bir atau hanya menikmati bir, Anda tidak salah dengan memohon perantaraan orang kudus. Cheers!

Dominus illuminatio mea!

Paus Memperingatkan Para Pemuda Tentang "Budaya Kontemporer"


Berbicara kepada ribuan orang muda yang berkumpul di gereja Castelpetroso, Paus Fransiskus memperingatkan kembali tentang "budaya kontemporer" dan tren yang berlaku dalam masyarakat kontemporer.

Budaya seperti itu, ujarnya, tidak memberikan diri untuk formasi kehidupan yang stabil, yang salah satu dibangun di atas "batu cinta dan tanggung jawab" bukan pada "pasir emosi." Ini memberikan diri kepada sebuah individualisme yang menyerukan segalanya menjadi pertanyaan, yang mengarah kepada sikap dangkal terhadap asumsi tanggung jawab.

Namun, hati manusia bercita-cita untuk hal-hal besar, keutamaan penting, persahabatan yang mendalam, dan relasi yang diperkuat daripada rusak oleh kesulitan hidup. "Manusia bercita-cita untuk mencintai dan dicintai," katanya.


Sementara itu "budaya kontemporer" meningkatkan kebebasan kita, itu menghalangi kita dari takdir kita, kata Paus. Beliau kemudian menantang orang-orang muda untuk bercita-cita untuk kebahagiaan, dan keberanian untuk pergi keluar dari diri mereka sendiri menuju masa depan bersama dengan Yesus.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus mengajak kita untuk mengikutinya, "untuk tidak mengambil keuntungan dari kita, bukan untuk membuat kita menjadi budak, tetapi untuk membuat kita bebas."

Bapa Suci terus mengkritik situasi pengangguran yang saat ini dihadapi oleh banyak anak muda. Beliau mengatakan bahwa kita tidak dapat mengundurkan diri pada kerugian generasi muda yang menganggur. Kita perlu menggunakan kreativitas kita, Paus katakan, agar pemuda mengalami "sukacita martabat yang berasal dari pekerjaan."

Mengingat bahwa tempat di mana pertemuan itu berlangsung dibangun di situs 1888 penampakan Maria, Paus Fransiskus menyimpulkan pidatonya dengan menerapkan perantaraan Maria. Ia kemudian memberikan berkat-Nya kepada orang-orang muda dalam "perjalanan keberanian, harapan, dan solidaritas."

diterjemahkan dari news.va. Vivit Dominus in cuius Conspectu sto.

Mgr. Agus (Uskup Agung Pontianak) Menerima Pallium dari Paus Fransiskus

Pada Hari Raya St. Petrus dan Paulus, Gereja memiliki tradisi dimana pada hari tersebut para Uskup yang telah dipilih secara langsung oleh Paus Fransiskus menjadi Uskup Agung Metropolitan, menerimakan Pallium di Basilika St. Petrus, Vatikan. Berikut adalah daftar nama yang berjumlah 27 orang, yang terdiri dari 24 Uskup Agung yang menerima Pallium dan tiga orang lainnya tidak menghadiri: 

1. Mgr. Victor Henry THAKUR, Uskup Agung Raipur (India)
2. Mgr. José Rafael Quiros, Uskup Agung San José de Costa Rica (Costa Rica)
3. Mgr. Giuseppe Fiorini Morosini, OM, Uskup Agung dari wilayah Calabria-Bova (Italia)
4. Mgr. Leo W. CUSHLEY, Uskup Agung Saint Andrews dan Edinburgh (Skotlandia)
5. Mgr. Jaime Spengler, OFM, Uskup Agung Porto Alegre (Brazil)
6. Mgr. Jean-Luc BOUILLERET, Uskup Agung Besançon (Prancis)
7. Mgr. Leonard Paul BLAIR, Uskup Agung Hartford (USA)
8. Mgr. Gabriel 'Leke ABEGUNRIN, Uskup Agung Ibadan (Nigeria)
9. Mgr. Sebastian Francis SHAW, OFM, Uskup Agung Lahore (Pakistan)
10. Mgr. Franz Lackner, OFM, Uskup Agung Salzburg (Austria)
11. Mgr. Thomas Luke MSUSA, SMM, Uskup Agung Blantyre (Malawi)
12. Mgr. Benjamin Marc Balthason Ramaroson, CM, Uskup Agung Antsiranana (Madagaskar)
13. Mgr. René Osvaldo Rebolledo SALINAS, Uskup Agung La Serena (Chile)
14. Mgr. Marlo M. PERALTA, Uskup Agung Nueva Segovia (Filipina)
15. Mgr. Emmanuel OBBO, Uskup Agung Tororo (Uganda)
16. Mgr. Daniel Fernando Sturla BERHOUET, SDB, Uskup Agung Montevideo (Uruguay)
17. Mgr. Marco Arnolfo, Uskup Agung Vercelli (Italia)
18. Mgr. Damian Denis DALLU, Uskup Agung Songea (Tanzania)
19. Mgr. Romulo T. DE LA CRUZ, Uskup Agung Zamboanga (Filipina)
20. Mgr. Malcolm Patrick McMahon, OP, Uskup Agung Liverpool (Inggris)
21. Mgr. Paul bui VN OC, Uskup Agung Thanh-Pho Ho Chi Minh, HoChiMinh Ville (Vietnam)
22. Mgr. Wojciech POLAK, Uskup Agung Gniezno (Polandia)
23. Mgr. José Luiz Majella DELGADO, C.SS.R., Uskup Agung Pouso Alegre (Brazil)
24. Msgr. Agustinus AGUS, Uskup Agung Pontianak (Indonesia)

Uskup Agung yang tidak hadir pada upacara tersebut:
25. Mgr. Tarcisius Gervazio ZIYAYE, Uskup Agung Lilongwe (Malawi)
26. Mgr. Nicholas MANG THANG, Uskup Agung Mandalay (Burma)
27. Mgr. Stephan BURGER, Uskup Agung Freiburg im Breisgau (Jerman)

Salah satu yang menarik dari penerimaan Pallium pada tahun 29 Juni 2014 adalah, Mgr. Agustinus Agus. Pr mendapatkan kesempatan untuk menerima Pallium dari tangan Paus Fransiskus sendiri. Berikut adalah foto dari Mgr. Agustinus Agus. Pr yang menerima Pallium dari Paus Fransiskus:


Catatan:
Pallium adalah busana liturgi yang dipakai diluar kasula dan hanya dipakai oleh Uskup Agung Metropolitan. Pallium terbuat dari bulu domba, yang sesuai tradisi gereja diberkati oleh Paus pada Peringatan Santa Agnes (21 Januari). Kemudian domba ini dicukur bulunya untuk ditenun pada Hari Raya Kamis Putih, yang memiliki makna bahwa Kristus adalah anak domba Allah yang sejati, seorang gembala yang rela memberikan nyawa bagi domba-domba-Nya, yang kepada Petrus-lah Kristus menyerahkan domba - domba-Nya untuk digembalakan.

Silahkan juga baca berita pengangkatan Mgr. Agustinus Agus. Pr menjadi Uskup Agung Pontianak, disini (klik link)

Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top