Santo Petrus - Tokoh Jatuh-Bangun dalam Beriman


Dengan begitu indahnya kutipan ayat Matius 16:18 dalam bahasa Latin terlukiskan di Basilika Santo Petrus. “TV ES PETRVS ET SVPER HANC PETRAM AEDIFICABO ECCLESIAM MEAM ET PORTAE INFERI NON PRAEVALEBVNT ADVERSVS EAM”. Dalam ayat tersebut, Yesus memanggil Petrus sebagai batu karang. Bila memikirkan tentang batu karang, pikiran kita selalu menggambarkan batu karang sebagai sesuatu yang kokoh dan raksasa. Batu karang yang terdapat dipesisir pantai tetap kokoh meskipun diterpa oleh ombak sekian kali.

Petrus yang dipanggil oleh Yesus sebagai batu karang, apakah benar-benar bersifat batu karang sejati? Apakah iman Petrus sekokoh batu karang? Dalam Kitab Suci begitu banyak terdapat dialog antara Yesus dengan Petrus, dimana terdapat beberapa adegan Yesus yang sedang memarahi Petrus, adapula adegan ketika Yesus memuji Petrus dan dari sekian banyak adegan tersebut, realita menunjukkan kisah persahabatan antara Yesus dengan Petrus tidak berakhir dengan manis, hal itu ditunjukkan ketika Petrus menyatakan bahwa ia tidak akan meninggalkan Yesus dalam keadaan sengsaranya, ia bersikap munafik dan mengkhianati Yesus, pada pagi hari ketika Yesus ditangkap. Berikut empat adegan yang menarik antara Yesus dengan Petrus:

1. Petrus menghalang-halangi Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Salib.
Mrk 8:33: “Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. 8:32 Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. 8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Batu karang
2. Petrus tenggelam dan ditolong oleh Yesus
Matius 14:28-31: “Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." 14:29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. 14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" 14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang ?".

3. Yesus memuji Petrus dan menganugerahkan kepadanya kunci Kerajaan Surga (Petrus dipilih oleh Yesus sebagai Paus pertama Gereja Katolik)
Matius 16:13-18: “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

4. Yesus menegur Petrus dan menunjukkan sebagai orang yang meneguhkan saudara-saudaranya dalam iman
Lukas 22:31-32: “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. 22:32 tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.

Dari keempat adegan tersebut, kita menyaksikan bagaimana Yesus mengolah iman Petrus sedemikian rupa. Petrus yang adalah salah seorang yang mengikuti Yesus dan percaya kepada-Nya, juga pernah mengalami pengalaman jatuh-bangun dalam iman. Dalam Matius 14:28-31, kita melihat sendiri saat iman Petrus goyah dan akhirnya ia hampir tenggelam, namun Yesus segera menolongnya, dan berseru ”Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”. Hidup iman kita sama seperti roda, yang terus bergulir seiring bertambahnya umur. Iman kita tidak selalu kokoh seakan-akan batu karang, kita juga pernah mengalami pengalaman jatuh dalam iman yang serupa dialami oleh Petrus, ketika ia hanya memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia dan tidak memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah.

Gereja dalam perjalanan imannya yang hingga saat ini telah dipimpin oleh 267 orang paus. Gereja mengakui bahwa gereja tidak selalu dipimpin oleh kudus seperti Santo Fabianus, Santo Yohanes XXIII, Santo Yohanes Paulus II, dll. Gereja juga pernah dipimpin oleh paus berperilaku buruk seperti Alexander VI. Tugas Petrus ketika ia ditunjuk oleh Kristus untuk meneguhkan saudara-saudaranya dalam iman (Lukas 22:32), diemban pula oleh Paus sebagai suksesor dari Rasul Petrus untuk meneguhkan umat beriman dalam iman. Sekalipun seseorang menerima jabatan sebagai paus tidak berarti ia bebas dari kesalahan dalam perbuatan seperti halnya Petrus yang pernah berbuat salah kecuali dalam hal mengajarkan tentang iman yang tidak akan pernah bisa salah.

Kita percaya sebagai orang beriman, bahwa perjalanan dalam mencapai persatuan dengan Kristus tidaklah mudah. Kita akan selalu mengalami jatuh-bangun dalam beriman kepada Kristus namun teruslah bangkit dan tetaplah berjalan.

Dominus illuminatio mea!

Paus St. Pius X - Paus Ekaristi Kudus

Saudara-saudari yang dikasihi Kristus,

Pax et Bonum!

Hari ini, tanggal 21 Agustus,kita memperingati Santo Pius X (1835-1914), seorang Pemimpin Gereja yang besar. Orang kudus ini lahir dengan nama Guiseppe (Yosef) Sarto di desa kecil yang bernama Riese (Venesia, Italia bagian utara). Orangtuanya bukanlah orang penting atau ternama di mata masyarakat, namun mereka adalah orang-orang Katolik yang saleh. Mereka mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka yang sepuluh orang itu dalam suatu zaman ‘susah’.



Pastor paroki sangat tertarik pada diri Guiseppe, sang pemimpin para putera altar yang berperilaku baik itu. Dia membantu Guiseppe dalam pendidikannya. Pada tahun 1858 Guiseppe ditahbiskan sebagai seorang imam praja. Sembilan tahun lamanya dia bertugas sebagai imam tentara di Tombolo. Tombolo terletak di provinsi Padua di kawasan Veneto, 45 km sebelah barat laut Venesia dan sekitar 25 km sebelah utara kota Padua. Atasannya menulis tentang imam muda ini: “Saya yakin bahwa pada suatu hari dia akan mengenakan mitra,[1] setelah itu siapa tahu?” Wah, semacam teka-teki atau nubuat?

Romo Guiseppe mempunyai seorang Fransiskan besar sebagai ‘idola’-nya, yaitu Santo Leonardus dari Port Maurice (1676-1751). Santo Leonardus ini adalah model bagi Romo Guiseppe dalam hidupnya dan juga pada mimbar ketika berkhotbah. Kesalehan Romo Guiseppe juga patut diteladani. Pada jam 4 pagi, dia sudah kelihatan berlutut di depan tabernakel.

Sembilan tahun lamanya Romo Guiseppe berkarya sebagai pastor paroki di Salzano (sekitar 15 km dari kota Venesia). Pada waktu ditugaskan si Salzano inilah Romo Guiseppe bergabung dengan Ordo Ketiga Santo Fransiskus (sekular) dan kemudian mendirikan dua persaudaraan Ordo Ketiga Sekular.[2] Sejak saat itu Romo Guiseppe berupaya serius agar kata-kata yang diucapkannya serta tulisan-tulisannya diwarnai dengan kesederhanaan dan keugaharian standar-standar kehidupan Fransiskan, semuanya demi pencapaian cita-cita dari Bapak Serafik.

Seusai penugasan di Salzano – untuk kurun waktu sembilan tahun lamanya – Romo Guiseppe diangkat menjadi Vikjen, kanon dan wali-pengawas seminari di keuskupan Treviso (di kawasan Veneta, dekat Venesia). Banyak orang mengatakan, bahwa Romo Guiseppe tidak akan mati di Treviso. Ternyata memang demikianlah, karena kemudian Romo Guiseppe diangkat menjadi uskup Mantua , sebuah kota di Lombardy, untuk sembilan tahun lamanya. Sebagai seorang uskup, tidak ada perubahan yang terjadi dalam kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Uskup Guiseppe tetap tidak menunjukkan toleransi samasekali terhadap pesta-pesta perjamuan yang mewah. Baginya kegiatan kerasulan dalam bidang pers sangatlah penting karena merupakan mimbar zaman modern. Oleh karena itu Uskup Guiseppe mendedikasikan dirinya pada kegiatan kerasulan pers ini. Sementara itu orang-orang miskin adalah favorit-favoritnya.

Uskup Guiseppe kemudian diangkat menjadi seorang kardinal dan Patriark/batrik Venesia, juga untuk sembilan tahun lamanya. Meskipun berada begitu dekat dengan pucuk pimpinan Gereja, Kardinal Guiseppe tetap menjadi anak-rohani yang setia dari bapak-rohaninya, Fransiskus – si kecil miskin dari Assisi.

Kematian Paus Leo XIII pada tahun 1903 membawa Kardinal Guiseppe ke Roma/Vatikan untuk mengikuti pemilihan paus. Siapakah yang akan terpilih? Kardinal Guiseppe Sarto menjawab: “Leo XIII, yang mencerahkan dunia dengan hikmat-kebijaksanaannya akan digantikan oleh seorang paus yang akan membuat dunia terkesan dengan kesucian hidupnya.”  ‘Nubuat’ ini digenapi: ternyata dalam konklaf Kardinal Guiseppe Sarto terpilih sebagai paus yang baru dengan nama Pius X.

Tidak lama setelah dipilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja, Paus Pius X mengumumkan program kerjanya, yaitu ‘memperbaharui semua hal dalam Kristus’. Pius X melakukan banyak hal dalam hal kebangunan-rohani Gereja, misalnya mendorong penyambutan komuni sejak usia muda dan juga komuni harian. Ia menetapkan pokok-pokok yang diperlukan dalam rangka pencapaian kesucian hidup para klerus. Ia mendorong perkembangan Ordo Ketiga. Yang paling penting: Lewat kesucian hidupnya, Paus Pius X membuat dirinya sendiri menjadi contoh bagi orang-orang untuk melakukan pembaharuan hidup rohani mereka. Leaderhip by example! Banyak lagi yang dilakukan oleh Paus ini, namun tidak dapat diceritakan di sini karena waktu dan ruang yang terbatas.

Paus Pius X terkadang dijuluki ‘Paus Ekaristi’. Beliau tercatat pernah mengucapkan kata-kata sebagai berikut: “Komuni Kudus adalah jalan yang paling singkat dan paling aman untuk menuju surga. Memang ada jalan-jalan lain: keadaan tidak bersalah (innnocence), namun hal ini diperuntukkan bagi anak-anak kecil; pertobatan, namun hal ini menakutkan kita; memikul banyak pencobaan-pencobaan hidup, namun begitu pencobaan-pencobaan itu tiba kita menangis dan mohon dikecualikan/diselamatkan. Jalan yang paling pasti, paling mudah, paling singkat, adalah Ekaristi.” Ucapan beliau ini tentunya mendukung pemberian gelar/ julukan sebagai ‘Paus Ekaristi’.

Kecintaan Paus Pius X pada Mazmur dalam Ibadat Harian juga mengagumkan, karena baginya Mazmur adalah mengenai Yesus sendiri, dalam Mazmur dia bertemu dengan Yesus. Pada bacaan kedua Ibadat Bacaan (versi Inggris) hari ini, kita dapat membaca tulisannya tentang Mazmur ini. Saya petik sebagian kecil saja:

 “Siapa yang dapat tetap tidak tergerak hatinya kalau melihat banyak bagian dalam Mazmur di mana keagungan Allah yang besar sekali, kemahakuasaan-Nya, kekudusan-Nya yang tak-tereskpresikan dengan kata-kata, kebaikan-Nya, kerahiman-Nya, kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang tak terbatas lainnya, diproklamasikan dengan begitu agung dan indah? Siapa pula yang tak tergerak hatinya oleh tindakan-tindakan penuh syukur atas berkat-berkat dari Allah, oleh doa-doa penuh kerendahan-hati dan rasa percaya yang dimohonkan kepada Tuhan untuk hal-hal yang sangat didambakan, oleh seruan-seruan pertobatan jiwa-jiwa berdosa? Siapa yang tidak terbakar dengan cinta oleh gambar Kristus sang Penebus yang setia, yang suara-Nya didengar oleh Santo Augustinus dalam semua mazmur, Dia bernyanyi, Dia meratap, Dia bersukacita dalam harapan, Dia berkeluh-kesah dalam keadaan sulit?” (A Reading from the Apostolic Constitution of Pope Pius X on the Psalter in the Divine Office, The Divine Office III).

Meskipun paus, namun ia tetap romo paroki yang penuh pengertian dan cintakasih. Setiap Minggu ia berkhotbah secara sederhana menjelaskan Injil yang dibacakannya kepada hadirin di halaman Vatikan. Kebaikan hati dan kesederhanaannya sangat menonjol.

Kemudian pecah perang dunia yang pertama. Ketika menderita sakit, dari atas pembaringannya Paus Pius X berkata: “Saya  ingin menderita. Saya ingin mati bagi para serdadu di medan tempur.”  Pada tanggal 20 Agustus 1914 – enam belas hari setelah pecah Perang Dunia I – Paus Pius X dengan penuh kedamaian menghembuskan nafasnya yang terakhir. Wasiatnya mencerminkan jiwa Fransiskannya: “Saya dilahirkan miskin, saya telah hidup miskin, dan saya ingin mati secara miskin pula.”

Semasa hidupnya, Paus Pius X beberapa kali menyembuhkan secara ajaib orang-orang yang sakit jasmani maupun rohani. Setelah kematiannya, banyak terjadi mukjizat pada kuburannya. Proses beatifikasinya dimulai pada tahun 1923. Beatifikasinya dilakukan pada tahun 1951 dan kanonisasinya  dilakukan pada tahun 1954.

Santo Pius X adalah seorang imam sejati, seorang pastor/gembala umat yang patut dicontoh perikehidupannya, baik oleh para klerus maupun umat kebanyakan. Baiklah kita juga selalu berdoa mohon pengantaraannya, terutama untuk kebaikan para imam kita. Santo Pius X, doakanlah kami!

Sumber tulisan tentang Paus Pius X: (1) Marion Habig OFM, THE FRANCISCAN BOOK OF SAINTS; (2) A. Heuken  SJ dan Staf Yayasan CLC, ENSIKLOPEDI ORANG KUDUS; (3) Ronda de Sola Chervin: QUOTABLE SAINTS; (4) THE DIVINE OFFIE – THE LITURGY OF THE HOURS ACCORDING TO THE ROMAN RITE III – WEEKS OF THE YEAR 6-34.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Saudara-saudari sekalian. Tuhan memberkati.
Salam persaudaraan,

Frans Indrapradja OFS

Vivit Dominus in cuius conspectu sto.

Kutipan Tentang Iblis


"Meski iblis tertawa melihat kita mempelajarinya lewat Demonologi, karena nyatanya kita melakukan apa yang disenangi oleh iblis. Namun bila kita tidak mempelajari lawan kita yang terkutuk ini, kita akan semakin tidak berdaya dihadapannya."~

"Iblis tidak dapat dilawan dengan fisik, karena ia tidak kelihatan. Maka kitapun harus melawannya dengan yang tidak kelihatan yaitu dengan iman, pengharapan dan kasih."~

"Sekalipun engkau mengenakan salib di lehermu, tidak berarti iblis takut menggoda imanmu. Ia selalu berada disampingmu dengan senyum palsunya, ia menggunakan segala cara demi menanti engkau jatuh"~

"Jangan pernah percaya, apa yang dikatakan oleh bapa segala dusta! Ia yang hendak naik ke Takhta Allah yang Mahatinggi namun diusir dengan cara menjijikkan. Yang mengangkat dagu dan pedang dihadapan keagungan Bapa! Yang menantang Gereja Kristus sepanjang segala abad"~

"Dosa tidak akan pernah ada, bila bukan iblis yang berada disamping pendosa dan membisikkan dengan kata-kata halus agar melakukan apa yang membuat air mata Kristus menetes"~

"Jangan pernah berkompromi dengan Iblis, tidak pernah ada ajaran dalam Gereja Katolik yang mengajarkan kita bahwa kita dapat berdamai dengan iblis. Ia yang terjatuh itulah yang membuat kita keluar dari Taman Surgawi!"~

(Kutipan dapat saja bertambah sewaktu-waktu)

Dominus illuminatio mea!

Dominus Iesus, Dasar Dialog Bagi Anggota Gereja

Sebuah tulisan karya Alexander Maria W dalam blognya.

Seorang anggota keluarga besarku pernah suatu kali bertanya ‘Mengapa kita harus beragama Katolik?’. Sebuah pertanyaan retoris yang dijawab oleh dirinya sendiri dengan mengatakan ‘Semua agama menuju kepada Tuhan dan di antara semua agama itu yang paling singkat dalam menuju Tuhan adalah Katolik’. Saya tidak mengetahui mengapa setiap dari kita beragama dan mengapa ada beberapa dari kita yang beragama Katolik tetapi saya mendapatkan pemahaman berbeda mengenai pertanyaan ‘paman’ saya tersebut dalam beberapa hari ini. Mari kita membaca dokumen Gereja Dominus Iesus.

1. Tuhan Yesus memberikan amanat kepada Para Rasul untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Inilah dasar misi Gereja dalam mewartakan Misteri Tritunggal dan Inkarnasi Allah Putra. Inilah misi yang dipegang teguh dan dilaksanakan dengan setia oleh Gereja dari abad ke abad. Dialog dengan agama lain adalah suatu bentuk pewartaan Misteri ini.

2.  Ancaman terhadap misi pewartaan Gereja adalah teori relativisme yang menyatakan ada banyak jalan menuju keselamatan, bahwa keselamatan dapat diraih dalam agama lain. Ada perbedaan mendasar antara iman Kristen dengan iman agama lain. Iman Kristen adalah penerimaan penuh ketaatan kepada rahmat pewahyuan diri Allah sendiri. Iman agama lain adalah kumpulan kebijaksanaan dan pengalaman spiritual manusia dalam upayanya mencari Tuhan. Gereja mengakui bahwa kitab suci agama tertentu mungkin mengandung beberapa eleman kebenaran, sebagai pantulan sinar dari Kebenaran yang Satu, yang menerangi seluruh manusia. Di saat yang sama, Gereja dengan teguh menyatakan bahwa ‘tulisan yang diinspirasi oleh Allah’ hanyalah Kitab Suci Kristen (Alkitab), yang dengan teguh, setia dan tanpa cacat, mengajarkan kebenaran akan Allah kepada manusia.

3. Ajaran yang harus diimani dengan teguh adalah:
a. Manusia hanya diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Ajaran yang menyatakan bahwa manusia dapat diselamatkan melalui cara lain selain melalui Tuhan Yesus harus ditolak. Tidak perlu ragu untuk menyatakan bahwa penebusan oleh Tuhan Yesus adalah sesuatu yang mutlak diperlukan bagi keselamatan manusia. Pernyataan ini adalah bukti ketaatan kepada kebenaran iman.

b. Di sisi lain, Gereja mengajarkan bahwa manusia dapat diselamatkan oleh pribadi lain hanya dan hanya jika penyelamatan oleh pribadi lain ini berlangsung di dalam penyelamatan oleh Tuhan Yesus. Ini bearti ajaran bahwa ‘Gereja adalah sakramen keselamatan’ dan ‘Maria Co-Redemptrix’ tidak berlawanan dengan ajaran ‘Tuhan Yesus adalah satu-satunya pengantara dan penyelamat manusia’.

Jesus the Redeemer. Lukisan untuk memperingati 300 th kelahiran St. Alfonsus
c. Pewahyuan Allah telah sempurna dan telah lengkap dalam diri Tuhan Yesus, Putra Allah yang telah menjelma menjadi manusia. Tidak ada pewahyuan lain yang lebih lengkap dan/atau lebih sempurna selain pewahyuan diri Allah dalam Tuhan Yesus, dalam kehadiranNya, dalam perkataan dan perbuatanNya, dalam tanda dan mukjizatNya, dan terutama dalam wafat dan kebangkitanNya, serta akhirnya dalam perutusan Roh Kudus. Dengan demikian ajaran agama tertentu bahwa pewartaan Tuhan Yesus belumlah lengkap sehingga perlu disempurnakan oleh pewartaan seorang tokoh lain harus ditolak. 

d. Yesus Kristus adalah Firman yang telah menjadi manusia. Sang Firman dan Yesus Kristus adalah satu dan sama. Usaha yang berniat memisahkan keduaNya harus ditolak. Ini bearti ajaran tertentu yang menyatakan bahwa penebusan oleh Firman bersifat lebih universal dan mencakup seluruh manusia sedangkan penebusan oleh Yesus Kristus hanya mencakup orang Kristen harus ditolak.

e. Memang benar bahwa Roh Kudus menebarkan benih-benih Sang Sabda pada seluruh kebudayaan dalam seluruh rentang sejarah sebagai persiapan terhadap pemenuhan pewahyuan dan penyelamatan dalam diri Tuhan Yesus. Ini tidak bearti penebusan oleh Roh Kudus bersifat lebih universal daripada penebusan oleh Tuhan Yesus. Rahmat penebusan adalah hasil karya Tritunggal. Tidak ada Pribadi dalam Tritunggal yang bertindak sendiri-sendiri, terpisah dari Pribadi lainnya. Karya Roh Kudus bukanlah suatu alternatif terhadap karya Tuhan Yesus. Roh Kudus bekerja dalam Inkarnasi, kehidupan, karya, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus serta dalam Gereja. Tuhan Yesus tidak dapat dipisahkan dari Roh Kudus.

f. Sebagaimana Tuhan Yesus nyata kepada kita saat ini melalui Tubuh MistikNya, yaitu Gereja, dan sebagaimana penebusan Tuhan Yesus adalah sesuatu yang mutlak bagi keselamatan manusia, Gereja adalah sakramen keselamatan universal. Sebagaimana Tuhan Yesus menekankan pentingnya iman yang dinyatakan dalam pembaptisan, keikut sertaan seseorang dalam Gereja adalah sesuatu yang mutlak diperlukan demi keselamatannya karena hanya melalui pembaptisan seseorang masuk ke dalam Gereja. Ajaran yang menyatakan bahwa Gereja hanyalah salah satu jalan menuju keselamatan di antara beberapa jalan (agama) lain harus ditolak.

g. Sebagaimana hanya ada satu Tuhan Yesus, hanya ada satu MempelaiNya, yaitu Gereja Katolik. Melalui suksesi apostolik, Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus hanya dapat ditemukan di dalam diri Gereja Katolik.

 

h. Gereja-Gereja (maksudnya skismatik) yang tidak berada di dalam persatuan penuh dengan Gereja Katolik, sebagai akibat dari penolakan mereka terhadap Keutamaan Petrus (dan Penerusnya, para Paus), tetapi tetap mempertahankan suksesi apostolik dan Ekaristi yang sah adalah Gereja dalam arti yang sesungguhnya.

i. Komunitas Gerejani (maksudnya denominasi Protestan) yang tidak mempertahankan suksesi apostolik dan tidak memiliki Ekaristi yang sah bukanlah Gereja dalam arti yang sesungguhnya. Namun demikian, para anggota komunitas Gerejani ini yang telah dibaptis telah dipersatukan dengan Kristus.   

j. Rahmat keselamatan, yang berasal dari Allah oleh Tuhan Yesus di dalam Roh Kudus dan yang selalu memiliki hubungan dengan Gereja, dapat diterima oleh seseorang yang tidak tergabung secara formal ke dalam Gereja. Bagaimana cara rahmat ini dapat sampai kepada orang tersebut adalah sebuah misteri yang hanya diketahui oleh Allah. Ini adalah bagian yang rumit yang mungkin membutuhkan pembahasan terpisah.

4. Dialog antar agama merupakan bentuk dari pewartaan Gereja. Ini bearti:
a. Semua anggota Gereja yang terlibat dalam dialog antar agama tidap perlu ragu untuk berpegang teguh pada ajaran Gereja karena Gereja selalu mengajarkan kebenaran.

b. Dialog harus dilakukan atas dasar kebebasan dan persamaan derajat. Tidak boleh ada pemaksaan kehendak.


c. Persamaan derajat yang dimaksud adalah persamaan derajat para peserta dialog. Ini tidak berarti Tuhan Yesus memiliki derajat yang sama, apalagi lebih rendah, dengan pendiri agama lain. Yesus Kristus adalah Allah sejati yang telah menjelma menjadi manusia.

d. Persamaan derajat juga tidak berarti ajaran Gereja berada dalam derajat yang sama dengan ajaran agama lain. Dialog antar-agama tidak bertujuan mencari jalan tengah antara ajaran Gereja dengan ajaran agama lain sehingga menghasilkan sebuah paham sinkretisme baru. Dialog antar-agama adalah suatu kesempatan untuk mewartakan kebenaran ajaran Gereja kepada pengikut agama lain tanpa ada paksaan bagi pengikut agama lain untuk memeluk iman Katolik. 

5. Saya sangat menganjurkan pembaca untuk membaca dokumen Dominus Iesus ini secara langsung karena ajaran yang dikandungnya sangat penting (yang tidak mungkin saya mengerti sepenuhnya) dan kata-kata yang digunakan sangat indah, lugas dan tegas (yang tidak mungkin saya kutip sepenuhnya). Teks dalam bahasa Inggris dapat dibaca di sini sedang terjemahannya dalam bahasa Indonesia dapat dibaca di sini.


Vivit Dominus in cuius Conspectu sto.
 
Toggle Footer
Top