Ars Celebrandi - Seni Merayakan Liturgi

Berikut sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Pater Vittorio Peturzzi, vikaris paroki di Aprilia dari Keuskupan Albano kepada Paus Em. Benediktus XVI, sewaktu ia menjabat sebagai seorang Paus.

Yang mulia, untuk tahun pastoral yang tidak lama lagi akan dimulai, keuskupan kami diminta oleh Uskup untuk member perhatian khusus pada Liturgi, dalam hal dimensi teologis dan praktik perayaan. Tema sentral untuk refleksi pada minggu-minggu tenang yang akan dilaksanakan pada bulan September adalah: “Rencana dan implementasi pewartaan dalam tahun Liturgi, dalam Sakramen-sakramen, dan dalam sakramentali.” Sebagai imam, kami dipanggil untuk merayakan “liturgi yang serius, sederhana dan indah,” meminjam rumusan yang indah yang ada dalam dokumen “Mengomunikasikan Injil dalam Dunia Yang berubah” oleh para Uskup Italia. Bapa suci, dapatkah Anda membantu kami memahami bagaimana semua ini dapat diungkapkan dalam “ars celebrandi”?

Pelanggaran Liturgi - Krisis Liturgi Gereja Katolik

Misa Latin Tradisional/Usus Antiquor/Tridentina
Pelanggaran Liturgi, sesuatu yang tak luput dibicarakan oleh umat beriman di masa sekarang yang sekaligus tantangan bagi Gereja Katolik sendiri dalam mengendalikan bahtera Liturgi. Ketika anak muda memandang Ekaristi sebagai rutinitas yang perlu dilakukan pada hari minggu, bahkan tak jarang pula ditemukan anak muda yang memandang Perayaan Ekaristi sebagai kepunyaan mereka yang telah kering dan harus di renovasi.

Apologi Mengenai Pernyataan "Saya Percaya Kepada Tuhan, Tetapi Bukan Tuhan Katolik"


Akhir-akhir ini, umat Katolik bahkan yang non-katolik pun dikejutkan oleh pemberitaan dari salah satu media terkemuka di Indonesia, yang berjudul “Paus Fransiskus: Saya percaya kepada Tuhan, tetapi bukan Tuhan Katolik”. Dengan membaca, artikel ini tentunya tidak sedikit umat Katolik, yang merasa heran bahkan tercengang dengan pernyataan Paus Fransiskus. Artikel ini saya buat, sebagai bentuk pembelaan saya untuk menjelaskan kesalahan baik berupa pengartian bahkan terjemahan yang tidak pas. Disini saya akan cantumkan pernyataan resmi Paus Fransiskus dari beberapa media luar negeri yaitu La Repubblica, Ibtimes dan sekaligus artikel dari Media dari Indonesia:

Paus Fransiskus: But now let me ask you a question: you, a secular non-believer in God, what do you believe in? You are a writer and a man of thought. You believe in something, you must have a dominant value. Don't answer me with words like honesty, seeking, the vision of the common good, all important principles and values but that is not what I am asking. I am asking what you think is the essence of the world, indeed the universe. You must ask yourself, of course, like everyone else, who we are, where we come from, where we are going. Even children ask themselves these questions. And you?"

Eugenio Scalfari: I am grateful for this question. The answer is this: I believe in Being, that is in the tissue from which forms, bodies arise.

Paus Fransiskus: “I believe in God, not in a Catholic God. There is no Catholic God, there is God and I believe in Jesus Christ, his incarnation. “Jesus is my teacher and my pastor, but God, the Father, Abba, is the light and the Creator. This is my Being. Do you think we are very far apart?”

Respon: Pernyataan Paus Fransiskus ini sama sekali tidak bertentangan dengan Iman Katolik, Gereja Katolik dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel, “Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa pencipta langit dan bumi”. Didalam kutipan syahadat tersebut tidak ada istilah “aku percaya akan satu Allah Katolik” namun “Aku percaya akan satu Allah”. Dengan pertanyaan, “sebagai orang yang tidak percaya kepada Allah, apa yang kau percayai ?” Scalfari pun menjawab bahwa, ia percaya kepada Being yang digambarkan sebagai seorang yang menciptakan namun tidak sama dengan Allah. Paus Fransiskus pun membalas “Saya percaya kepada Allah, tapi tidak kepada Allah Katolik. Tidak ada Allah Katolik, yang ada adalah Allah dan saya percaya kepada Yesus Kristus, Inkarnasi dari Allah. Yesus adalah guru saya dan gembala saya, namun Allah Bapa, Abba, adalah terang dan Pencipta. Ini adalah Being saya. Apakah kamu berpikir bahwa, kita terpisah jauh?.

Dengan ini pernyataan ini Paus Fransiskus menegaskan bahwa hanya ada satu Allah yang menciptakan langit dan bumi. Allah itu ada bagi setiap orang yang percaya akan keberadaanNya, bahkan bagi yang tidak percaya kepadaNya (atheis) dan tidak hanya untuk orang Katolik. Tidak ada Allah Katolik yang ada hanyalah Allah. Allah pencipta langit dan bumi. Dan lebih spesifik lagi, peranan pencipta terletak pada pribadi Allah Bapa dan pribadi kedua dari Allah yaitu Yesus Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia, yang telah mendirikan Gereja Katolik sebagai sarana keselamatan tiap orang.

Media dari Indonesia: Paus berusia 76 tahun ini menambahkan, dia tak selalu sepakat dengan apa yang selama ini menjadi standar Gereja Katolik.

"Pandangan Vatikan sentris telah mengabaikan dunia di sekitar kita. Saya tak sepakat dengan cara ini, dan saya akan lakukan apa pun untuk mengubahnya," Paus menegaskan.


Sejak terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus terbukti menjadi seorang Paus beraliran liberal. Bahkan dia bersikap lebih lunak terhadap hal-hal yang selama ini ditentang keras Vatikan seperti homoseksualitas dan ateisme.



Sekarang mari kita bandingkan dengan artikel dari media Ibtimes:

“The 76-year-old Argentinean pontiff added he does not agree with everything his religion stands for: “This Vatican-centric view neglects the world around us,” he said. “I do not share this view, and I’ll do everything I can to change it.”

Respon: Media asal Indonesia ini telah gagal dalam menerjemahkan artikel dari La Repubblica tersebut, media ini menerjemahkannya secara terpisah-pisah sehingga akan menimbulkan konsep pemikiran yang keliru dari setiap orang yang membaca artikel dari media tersebut. Standar Iman Katolik itu berbeda dengan standar Vatican Centric. Paus Fransiskus dalam totalitasnya sebagai penerus Petrus, bisa saja menolak standar Vatican Centric yang merupakan standar pelayanan Kepausan seperti Papal Mobile, tempat tinggal Paus dan yang lainnya, terhadap Paus yang memerintah saat itu. Namun tidak kepada Iman Katolik, yang telah dipelihara oleh para Paus pendahulunya. Pernyataan dari media tersebut, yang menegaskan bahwa Paus Fransiskus terbukti sebagai Paus yang beraliran liberal, patut disayangkan dan sangat bertolak belakang dengan pribadi Paus Fransiskus yang begitu tegas dalam menegakkan Iman Katolik.

Sekarang sebagai bahan refleksi, saya akan mencantumkan beberapa pertanyaan:

1. Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia menyatakan bahwa perkawinan sejenis adalah rencana Iblis yang hendak menghancurkan rencana Allah ?

2. Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia menyatakan dalam homilinya di Pesta St. Georgius bahwa sia-sialah orang yang mengimani Kristus diluar Gereja Katolik ? 

3.Apabila Paus Fransiskus adalah seorang yang beraliran liberal, mengapa ia mengekskomunikasi Greg Reynold, seorang Imam dari Keuskupan Melbourne yang mendukung pernikahan sejenis dan tahbisan imam wanita ?

Berita tentang, Paus Fransiskus yang mengeskomunikasi seorang Imam dari Melbourne bisa dibaca disini


Referensi:

Dominus illuminatio mea!

Iman Yang Selaras Dengan Akal Budi (Lumen Fidei)


Iman adalah penerang dalam hidup, apalagi di tengah kegelapan yang menerpa duni akibat dari kesempitan diri dan dorongan cinta serta kepentingan diri makin menguat. Memang sejak dari Deus Caritas Est, sudah diperlihatkan betapa Gereja cemas akan perkembangan dunia. Ada disorientasi dalam dunia kehidupan: bukan kebenararan yang dicari, namun lebih pada kepentingan sempit dan sesaat yang berangkat dari tendensi egoisme dan sikap narsistik.
 
Toggle Footer
Top