Katekese Perbedaan Antara Musik Liturgi Dengan Musik Rohani


Seringkali dalam Perayaan Ekaristi, kita melihat adanya Musik Rohani digunakan bersama-sama dengan ironisnya malah menggantikan Musik LiturgiApa perbedaan antara Musik Liturgis dengan Musik Rohani? Didalam Gereja Katolik  terdapat dua jenis musik yaitu Musik Liturgi dan Musik Rohani. 

Musik Liturgi atau dengan kata lain disebut musik Suci adalah musik yang digunakan dalam berbagai Upacara Liturgi, termasuk Perayaan Ekaristi. Yang termasuk dalam musik Liturgi adalah nyanyian-nyanyian Gregorian (Gregorian Chants), nyanyian Polifoni Suci. Tapi selain kedua nyanyian tersebut adapula nyanyian-nyanyian lain terutama yang berakar dari budaya setempat dapat digunakan dalam Liturgi asalkan selaras dengan jiwa Perayaan Liturgi dan mendapatkan izin resmi dari uskup setempat. (bdk. Sacrosanctum Concilium art. 39). 


Di dalam pun Dokumen Sacrosanctum Concilium 119 itu pun tercantum“Di wilayah-wilayah tertentu, terutama di daerah Misi, terdapat bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi musik sendiri, yang memainkan peran penting dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Hendaknya musik itu mendapat penghargaan selayaknya dan tempat yang sewajarnya , baik dalam membentuk sikap religius mereka, maupun dalam menyelesaikan ibadat dengan sifat-perangai mereka,...”


Selain itu adapula Dokumen Gereja Katolik Tra le Sollecitudini yang tertulis:
Tra le Sollecitudini 1 Musik liturgis (sacred music)… mengambil bagian dalam ruang lingkup umum liturgi, yaitu kemuliaan Tuhan, pengudusan dan pengajaran umat beriman. Musik liturgis memberi kontribusi kepada keindahan dan keagungan upacara gerejawi, dan karena tujuan prinsipnya adalah untuk melingkupi teks liturgis dengan melodi yang cocok demi pemahaman umat beriman, tujuan utamanya adalah untuk menambahkan dayaguna-nya kepada teks, agar melaluinya umat dapat lebih terdorong kepada devosi dan lebih baik diarahkan kepada penerimaan buah-buah rahmat yang dihasilkan oleh perayaan misteri-misteri yang paling kudus tersebut.

Tra le Sollecitudini 2 Karena itu musik liturgis (sacred music) … harus kudus, dan harus tidak memasukkan segala bentuk profanitas, tidak hanya di dalam musik itu sendiri, tetapi juga di dalam cara pembawaannya oleh mereka yang memainkannya.

Tra le Sollecitudini 5 Gereja telah selalu mengakui dan menyukai kemajuan dalam hal seni, dan menerima bagi pelayanan agama semua yang baik dan indah yang ditemukan oleh para pakar yang ada sepanjang sejarah — namun demikian, selalu sesuai dengan kaidah- kaidah liturgi. Karena itu musik modern juga diterima Gereja, sebab musik tersebut menyelesaikan komposisi dengan keistimewaan, keagungan dan kedalaman, sehingga bukannya tak layak bagi fungsi-fungsi liturgis. Namun karena musik modern telah timbul kebanyakan untuk melayani penggunaan profan, maka perhatian yang khusus harus diberikan sehubungan dengan itu, agar komposisi musik dengan gaya modern yang diterima oleh Gereja tidak mengandung apapun yang profan, menjadi bebas dari sisa-sisa motif yang diangkat dari teater, dan tidak disusun bahkan di dalam bentuk- bentuk teatrikal seperti cara menyusun lagu- lagu profan.

Setelah Nyanyian Gregorian, Nyanyian Polifoni Suci berada pada tempat kedua sebagai Musik Liturgi yang diutamakan. Nyanyian Polifoni Suci adalah musik paduan suara yang dinyanyikan dalam banyak suara dan umumnya dinyanyikan tanpa iringan instrumental. Nyanyian Polifoni berkembang pada abad pertengahan sejak abad ke-9Musik Rohani adalah musik yang dapat digunakan pada ibadat atau doa-doa yang bersifat devosi baik secara pribadi maupun dalam komunitas, tetapi tidak digunakan dalam Upacara-upacara Liturgi, termasuk di dalam Perayaan Ekaristi. Semisal doa Rosario
Dominus illuminatio mea!

Peran Instrumen Musik Dalam Gereja Katolik


Musik telah menjadi bagian dalam sejarah keselamatan umat Allah dan sangat banyak sekali didalam kitab Perjanjian Lama kita membaca peran musik yang begitu penting semisal dalam hal memuji Allah yang sangat banyak terdapat didalam kitab Mazmur. Mzm 57:7-8 “Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur.  Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar. Contoh tokoh dalam kitab suci yang memainkan Alat Musik adalah Daud yang memuji Allah dengan kecapi

Gereja Perdana sendiri sudah mengenal musik, terutama nyanyian dan musik instrumental. Dalam Perjanjian Baru, kita bisa melihat Yesus dan Para Rasul menyanyikan kidung “Hallel” sesudah merayakan Perjamuan Paskah (bdk. Mat 26:30, Mrk 14:26). Praktik musik nyanyian Gereja Perdana sendiri sudah ditegaskan dan dilakukan oleh para Rasul seperti didalam Surat Kolose atau Efesus ( Kol 3:16, Ef 5:19). Di pihak lain Gereja Katolik tetap mempertahankan madah-madah yang ditetapkan oleh Gereja Perdana seperti madah (Favorit saya yang begitu membuat bulu kuduk merinding pada malam Paskah dan Malam Natal) “Gloria in Excelsis Deo” yang pada abad ke-2 yang ditetapkan oleh Paus St. Telesphorus dan“Te Deum” yang diciptakan oleh Santo Agustinus.

Musik-musik Gereja sangat berkembang pesat hingga akhirnya pada abad ke-7, Paus St. Gregorius Agung (590-604) menyusun tata lagu-lagu gregorian untuk keperluan Misa Kudus dan ibadat harian. Pada abad ke-9 mulai berkembang nyanyian polifoni . Pada Konsili Trente, ditetapkan peraturan agar para uskup menghindari mencampurkan nyanyian dan musik Gereja dengan nyanyian dan alat musik yang tidak sesuai dengan Kekristenan.

Pada abad ke-20, Paus St. Pius X mengeluarkan dokumen Tra le Sollecitudini dengan tujuan untuk menjadi kitab undang-undang tentang musik Gereja.Kemudian pada Konsili Vatikan II dalam dokumen Konstitusi Sacrosanctum Concilium no. 112 menyatakan, “Tradisi musik Gereja semesta merupakan kekayaan yang tak terperikan nilainya, lebih gemilang dari ungkapan-ungkapan seni lainnya, terutama karena nyayian suci yang terikat pada kata-kata merupakan bagian Liturgi meriah yang penting atau integral.” Tra le Sollecitudini dan Sacrosanctum Concilium   menyatakan untuk pertama kalinya bahwa musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Liturgi Gereja. 

Dominus illuminatio mea!

Katekese Singkat Mengenai Ex Opere Operato

Didalam Gereja Katolik dikenal sebuah prinsip yang bernama "Ex Opere Operato" dan intinya  adalah, bahwa sakramen yang diberikan oleh seorang kaum Tertahbis dan tentunya laki-laki seperti Imam, Uskup maupun Paus. Menghasilkan rahmat dengan sendirinya karena Kristus sendirilah yang melakukannya dan tidak tergantung pada pengantara  yang memberikan sakramen-sakramen tersebut:

Meskipun ada Imam,Uskup,dan bahkan Paus sekalipun yang berada dalam keadaan berdosa berat merayakan salah satu dari 7 sakramen Gereja, sakramen yang diberikannya tersebut tetaplah sah serta tetap memberikan rahmat pengudusan dan tetap mempunyai khasiat rohani bagi umat. Sebagai bukti nyata Katolisitas akan mengutip dari Katekismus Gereja Katolik 1127-1128

1127 Sakramen-sakramen yang dirayakan dengan pantas dalam iman, memberikan rahmat yang mereka nyatakan (Bdk. Konsili Trente: DS 1605 dan 1606.). Mereka berdaya guna, karena Kristus sendiri bekerja di dalamnya; Ia sendiri membaptis, Ia sendiri bertindak dalam Sakramen-sakramen-Nya, untuk membagi-bagikan rahmat, yang dinyatakan oleh Sakramen. Bapa telah mengabulkan doa Gereja Putera-Nya, yang menyatakan imannya akan kekuasaan Roh Kudus dalam epiklese setiap Sakramen. Seperti api mengubah bahan bakar menjadi api, demikian Roh Kudus mengubah apa yang takluk kepada kekuasaannya, ke dalam kehidupan ilahi.

1128 Inilah arti dari ungkapan Gereja (Bdk. Konsili Trente: DS 1608.), bahwa Sakramen-sakramen bekerja ex opere operato [secara harfiah: "atas dasar kegiatan yang dilakukan"]. Artinya, mereka berdaya berkat karya keselamatan Kristus yang dilaksanakan satu kali untuk selamanya. Oleh karena itu: "Sakramen tidak dilaksanakan oleh kesucian manusia yang memberi atau menerima [Sakramen], tetapi oleh kekuasaan Allah" (Thomas Aqu., s.th. 3,68,8). Pada saat Sakramen dirayakan sesuai dengan maksud Gereja, bekerjalah di dalam dia dan oleh dia kekuasaan Kristus dan Roh-Nya, tidak bergantung pada kekudusan pribadi pemberi.

Dominus Illuminatio Mea!

Marilah Berdoa Bagi Gereja Katolik Yang Teraniaya



GERAKAN DOA SOLIDARITAS 40 HARI BAGI GEREJA-GEREJA YANG TERANIAYA OLEH IMANNYA.


Mari berdoa selama 40 hari penuh mulai hari ini, 20 Agustus s/d 28 September sebelum Pesta Malaikat Agung dengan cara yang sederhana.. 1x Bapa Kami, 3x Salam 
Maria, 1x Kemuliaan + St. Mikael tentara surgawi doakanlah kami..

Page Gereja Katolik akan memulai gerakan doa ini setiap hari Pk. 21.00..

Intensi: Mohon rahmat pertolongan Allah dan bantuan St. Mikael, Malaikat Agung untuk semua gereja yang teraniaya karena imannya, secara khusus untuk:

1. Gereja St. Johannes Baptista, Parung, Keuskupan Bogor (Tenda untuk misa disegel sehingga umat merayakan misa di halaman dengan panas terik matahari)

2. Gereja St. Leo Agung, Jatiwaringin, Keuskupan Agung Jakarta (Gereja dibakar dan kini di bedeng)

3. Gereja Kalvari, Lubang Buaya, Keuskupan Agung Jakarta (IMB tidak keluar belasan tahun, merayakan misa di bedeng)

Never Stop Praying Always Believe




"Then Jesus said to her, 'O woman, your faith is great; it shall be done for you as you wish." And her daughter was healed at once." Mt 15:28

"If you then, being evil, know how to give good gifts to your children, how much more shall your Father which is in heaven give good things to them that ask him?' (Mt. 7:11). He says good things, because God does not give all things to them that ask Him, but only good things." (St. Thomas Aquinas, Doctor of the Church)

"Above all I recommend to you always, recollection, that holy solitude, that inner sacred desert in which your soul ought always to be alone in the bosom of the heavenly Father, in the silence of faith and holy love." (St. Paul of the Cross)

"If He who was without sin prayed, how much more ought sinners to pray?" (St. Cyprian of Carthage)

Doa Untuk Tanah Air


DOA UNTUK TANAH AIR

Allah, Bapa kami, Engkau telah menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia. Tatkala umat pilihan-Mu hidup terlunta-lunta di pengasingan, Engkau membebaskan mereka dan menghantar ke tanah terjanji. Tanah air yang subur dan berlimpahan susu serta madu. Engkau pun memberikan tanah air kepada kami.

Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang beraneka ragam: lautan dengan ribuan pulau, gunung dan daratan, hutan dan belantara; semuanya menyemarakkan tanah air kami.

Kami bersyukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa.

Kami bersyukur atas pembangunan di tanah air kami, atas segala sarana dan prasarana yang tersedia.

Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya: bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit.

Semoga kami semua tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini selalu mengingatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. (PS 194)

Dominus illuminatio mea!"--"Tuhan adalah Cahayaku."

Data Statistik Gereja Katolik Timur Tahun 2010 & 2011

Berikut ini adalah data statistik Gereja Katolik Timur tahun 2010 dan tahun 2011 yang pada tahun 2010  bersumber pada Annuario Pontificio tahun 2010. Tabel Statistik berupa gambar/image, silahkan klik gambar untuk memperbesar tampilannya.

Daftar Singkatan dan Terjemahan:
Bish = Bishop = Uskup, 
Par = Parishes = Paroki, 
SecPr = Secular Priests = Imam Diosesan, 
RelPr = Religious Priests = Imam Religius, 
MRel = Male Religious = Biarawan, 
FRel = Female Religious = Biarawati, 
PD = Permanent Deacons =  Diakon Permanen, 
Sm = Seminarians = Seminaris


Gereja Katolik Ethiopia, Gereja Katolik Syro-Malankara dan Gereja Katolik Suriah  

Gereja Katolik Ruthenia, Gereja Katolik Yunani-Rumania, Gereja Katolik Yunani di eks-Yugoslavia, Gereja Katolik Yunani di Yunani, Gereja Katolik Bulgaria
Gereja Katolik Slovakia, Gereja Katolik Italo-Albania, Gereja Katolik Hungaria, Gereja Katolik Albania, dan Ordinariat umat-umat beriman berbagai Katolik Timur tanpa hierarki masing-masing.


Gereja Katolik Khaldea
Gereja Katolik Yunani-Ukraina
Gereja Katolik Armenia dan Gereja Katolik Koptik
Gereja Katolik Yunani-Melkite
Gereja Katolik Syro-Malabar
Gereja Katolik Syro-Malabar

Note:data statistik Gereja Katolik Timur tahun 2012 bisa juga anda lihat disini

Dominus Illuminatio Mea!"--"Tuhan adalah Cahayaku."

Tertidurnya Sang Theotokos


Istilah “Tertidurnya Maria” (bahasa Latin “dormire” artinya tidur) dapat menyesatkan sebab seolah lebih terfokus pada wafat dan pemakaman Bunda Maria. Keyakinan seputar tertidurnya Maria pada hakekatnya berhubungan dengan diangkatnya Santa Perawan Maria, badan dan jiwa, ke surga. Dengan jawaban pendahuluan seperti di atas, kita perlu meninjau kembali Dogma Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga dan bagaimana dogma ini berhubungan dengan “Tertidurnya Maria”.

Memang, peristiwa Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga tidak dicatat dalam Kitab Suci. Sebab itu, banyak kaum fundamentalis yang menafsirkan Kitab Suci secara harafiah akan mengalami kesulitan dalam memahami keyakinan ini. Namun demikian, pertama-tama kita patut berdiam diri dan merenungkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan, sebab inilah yang menjadi dasar dari keyakinan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Kita percaya teguh bahwa sejak dari awal mula perkandungannya, karena kasih karunia istimewa dari Allah Yang Mahakuasa, Maria bebas dari segala noda dosa, termasuk dosa asal. Malaikat Agung St Gabriel mengenali Maria sebagai “penuh rahmat,” “terpuji di antara perempuan,” dan “bersatu dengan Tuhan.” Maria telah dipilih untuk menjadi Bunda Juruselamat kita. Dari kuasa Roh Kudus, ia mengandung Tuhan kita, Yesus Kristus, dan melalui dia, sungguh Allah menjadi juga sungguh manusia, “Sabda itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14).

Sepanjang masa hidupnya, walau catatan dalam Injil amat terbatas, Maria senantiasa menghadirkan Tuhan kita kepada yang lain: kepada Elisabet dan puteranya, Yohanes Pembaptis, yang melonjak kegirangan dalam rahim ibundanya atas kehadiran Tuhan yang masih berada dalam rahim BundaNya; kepada para gembala yang sederhana dan juga kepada para majus yang bijaksana; pula kepada warga Kana ketika Tuhan kita meluluskan kehendak BundaNya dan melakukan mukjizat-Nya yang pertama. Terlebih lagi, Maria berdiri di kaki salib bersama Putranya, memberi-Nya dukungan dan berbagi penderitaan dengan-Nya lewat kasihnya seperti yang hanya dapat diberikan oleh seorang ibunda. Dan akhirnya, Maria ada bersama para rasul pada hari Pentakosta ketika Roh Kudus turun dan Gereja dilahirkan. Sebab itu, masing-masing dari kita dapat melihat serta merenungkan Maria sebagai hamba Allah yang setia, yang ikut ambil bagian secara intim dalam kelahiran, kehidupan, wafat dan kebangkitan Tuhan kita.

Karena alasan-alasan ini, kita percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan kepada setiap kita akan keikutsertaan dalam hidup yang kekal, termasuk kebangkitan badan, digenapi dalam diri Maria. Sebab Maria bebas diri dosa asal dan segala konsekuensinya (salah satunya adalah kerusakan badan setelah kematian), sebab ia ikut ambil bagian secara intim dalam hidup Tuhan dan dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, dan sebab ia ada saat Pentakosta, maka model dari pengikut Kristus ini sungguh pantas ikut ambil bagian dalam kebangkitan badan dan kemuliaan Tuhan di akhir hidupnya.

Berdasarkan pemahaman ini, Paus Pius XII dengan khidmad memaklumkan dalam Munificentissimus Deus tanggal 1 November 1950, bahwa “Bunda Allah yang Tak Bernoda Dosa, Maria yang tetap perawan selamanya, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya.” Patut dicatat bahwa definisi khidmad tersebut tidak menjelaskan apakah Maria wafat secara fisik sebelum diangkat ke surga atau langsung diangkat ke surga; hanya dikatakan, “Maria, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia ….”

Jadi apakah Bunda Maria wafat terlebih dahulu sebelum diangkat ke surga? Apakah ia “tertidur”? Apakah ia dimakamkan? Gereja tidak mengikat kita pada suatu jawab tertentu sebab tradisi mengenainya kurang jelas. Dalam suatu kumpulan kisah apokrif berjudul Transitus Mariae (Perjalanan Maria), yang dianggap sebagai tulisan Uskup St. Melito dari Sardis (wafat ±thn 200), Bunda Maria wafat dihadapan para rasul di Yerusalem, dan kemudian menurut kisah tersebut, tubuhnya menghilang begitu saja, atau dimakamkan dan kemudian menghilang.

St Yohanes Damaskus (wafat 749) juga menuliskan suatu kisah yang menarik sehubungan dengan SP Maria Diangkat ke Surga, “St Juvenal, Uskup Yerusalem, dalam Konsili Kalsedon (451), memberitahukan kepada Kaisar Marcian dan Pulcheria, yang ingin memiliki tubuh Bunda Allah, bahwa Maria wafat di hadapan segenap para rasul, tetapi bahwa makamnya, ketika dibuka atas permintaan St Thomas, didapati kosong; dari situlah para rasul berkesimpulan bahwa tubuhnya telah diangkat ke surga.”

Namun demikian, kisah-kisah ini janganlah lebih diutamakan dari dasar teologis mengenai keyakinan kita akan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Sebaliknya, patutlah kita ingat bahwa para Bapa Gereja membela dogma SP Maria Diangkat ke Surga dengan dua alasan: Sebab Maria bebas dari noda dosa dan tetap perawan selamanya, ia tidak mengalami kerusakan badan, yang adalah akibat dari dosa asal, setelah wafatnya. Juga, jika Maria mengandung Kristus dan memainkan peran yang akrab mesra sebagai BundaNya dalam penebusan manusia, maka pastilah juga ia ikut ambil bagian badan dan jiwa dalam kebangkitan dan kemuliaan-Nya.

Namun demikian, kisah-kisah saleh mempopulerkan istilah “tertidur,” merenungkan bahwa Maria di akhir hidupnya “tertidur” dan kemudian diangkat ke dalam kemuliaan surga. Kaisar Byzantine Mauritius (582-602) menetapkan perayaan Tertidurnya Santa Perawan Maria pada tanggal 15 Agustus bagi Gereja Timur demi memperingati wafat dan diangkatnya Santa Perawan Maria ke surga. (Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa perayaan ini telah tersebar luas sebelum Konsili Efesus pada tahun 431.) Pada akhir abad keenam, Gereja Barat juga merayakannya dengan nama SP Maria Diangkat ke Surga.

Entah kita mempergunakan istilah “tertidur” atau “diangkat ke surga,” keyakinan dasarnya tetap sama. Katekismus, dengan mengutip Liturgi Byzantine, memaklumkan, “Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Putranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain. `Pada waktu persalinan engkau tetap mempertahankan keperawananmu, pada waktu meninggal, engkau tidak meninggalkan dunia ini, ya Bunda Allah. Engkau telah kembali ke sumber kehidupan, engkau yang telah menerima Allah yang hidup dan yang akan membebaskan jiwa-jiwa kami dari kematian dengan doa-doamu'” (No 966).

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga memberikan kepada masing-masing kita pengharapan besar sementara kita merenungkan satu sisi ini dari Bunda Maria. Maria menggerakkan kita dengan teladan dan doa agar bertumbuh dalam rahmat Tuhan, agar berserah pada kehendak-Nya, agar mengubah hidup kita melalui kurban dan penitensi, dan mencari persatuan abadi dalam kerajaan surga. Pada tahun 1973, Konferensi Waligereja Katolik dalam surat “Lihatlah Bundamu” memaklumkan, “Kristus telah bangkit dari mati; kita tidak membutuhkan kepastian lebih lanjut akan iman kita ini. Maria diangkat ke surga lebih merupakan suatu pengingat bagi Gereja bahwa Tuhan kita menghendaki agar mereka semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya dibangkitkan bersama-Nya. Dalam Maria diangkat ke dalam kemuliaan, ke dalam persatuan dengan Kristus, Gereja melihat dirinya menjawab undangan dari Mempelai surgawi.” (Yesaya)

Ajaran Biblis mengenai Kitab Suci



Orang-orang Kristiani perdana ”bertekun dalam pengajaran para rasul” (Kis 2:42; bdk. 2Tim 1:14) jauh sebelum Perjanjian Baru ditulis –dan berabad-abad sebelum kanon perjanjian baru di tetapkan.

Tidak semua hal yang dilakukan oleh Kristus tercatat dalam kitab suci (inilah yang membuat Gereja Katolik tidak hanya mendasarkan imannya pada Kitab Suci namun juga pada Tradisi dan Magisterium Gereja).

Kitab Suci menegaskan bahwa ajaran Kristiani dan Firman Kristus “diwartakan” (1Ptr 1:25) dan bahwa pengganti-pengganti para rasul mengajarkan apa yang telah mereka dengarkan dari para rasul sebelumnya (2Tim 2:2), dan juga para rasul menyampaikan Injil “baik secara lisan maupun tertulis” (2Tes 2:15 ; bdk. 1Kor 11:2).

Pengarang-pengarang Kitab perjanjian baru mempunyai Tradisi Suci. Misalnya dalam Kis 20:35 mengutip sebuah perkataan Yesus yang tidak dicatat dalam kitab 4 Injil.
Kristus mendirikan Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik diatas Rasul Petrus (Mat 16:18) dan memberikan Gereja kuasa mengajar dengan otoritas ilahi dalam nama-Nya (Mat 16:13-20, 18:18 ; Luk 10:16). Dan Gereja yang didirikan-Nya itu yaitu Gereja Katolik akan terus bertahan sampai akhir zaman dan Roh Kudus menlindungi Gereja-Nya itu dari kesesatan (Mat 16:18, 28:19-20 ; Yoh 14:16).

Gereja adalah “tiang penopang dan dasar kebenaran” (1Tim 3:15)

Bunda Maria Diangkat Ke Surga


Dogma ini menetapkan bahwa setelah Maria menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, ia diangkat ke surga secara utuh (badan dan jiwanya, Katekismus 966). Pengertian ‘pengangkatan’ Maria tidak bisa disamakan dengan kenaikan Yesus ke Surga. Harus kita bedakan antara ‘Kenaikan’ dan ‘Diangkat’. Yesus naik ke surga dengan kuasaNya sendiri karena Yesus adalah Tuhan. Sedangkan Maria adalah ciptaanNya yang diangkat ke surge oleh kuasa Tuhan.

Saya tidak habis berpikir mengapa dogma ini sering sekali diprotest. Apakah yang tidak ‘disukai’ dengan dogma ini ? Siapa yang tidak setuju bahwa Maria diangkat secara utuh (jasad dan roh) ke surga ?

Ternyata banyak orang yang protest karena mereka salah mengartikan ayat-ayat di 1 Kor 15:52-54.
1Kor 15:52dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.

1Kor 15:53Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.

1Kor 15:54Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka  akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.”
Dengan memandang ayat-ayat diatas, orang-orangini mengira bahwa jasad yang mati baru akandibangkitkan pada waktu kedatangan Yesus di akhirjaman. Pengertian seperti ini tidak sepenuhnyakeliru. Akan menjadi salah bila kita menguncipengertian kita sedemikian rupa sehingga Tuhantidak lagi memiliki ‘kebebasan’ untuk berkarya.Sebagai contoh, bila atas kehendak Tuhan, besokpagi semua orang yang mati dibangkitkan dandiangkat ke surga, siapa yang dapat berkata “Lho ? Bukankah itu HARUS terjadi nanti sesudahYesus datang?”. Dengan cara berpikir seperti ini,sama saja kita telah mengecilkan ke-maha kuasa-anTuhan. Tentu pandangan seperti ini adalah sempitdan tidak sehat (lihat Mat 27:52-53).
Mat 27:52 dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.

Mat 27:53 Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
Ini adalah bukti bahwa ada orang mati yang sudah diangkat ke surga jauh sebelum akhir jaman. Baca juga bagaimana Henokh diangkat ke surga dalam kitab Kej 5:2.
Kej 5:24Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.

Ibr 11:5Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.
Henokh diangkat ke surga sewaktu dia masih hidup. Dan penjelasan yang lebih mendalam mengenai pengangkatan Henokh yang terdapat dalam PB merupakan satu lagi bukti bahwa pengertian tipelogi adalah sangat penting. Dengan pengertian tipelogi Alkitab menunjukkan bahwa Maria diangkat ke surga secara utuh. Apabila Henokh sudah memenuhi syarat hingga Tuhan mengangkatnya ke surga, tentu Maria jauh lebih memenuhi syarat dibanding Henokh.

Bila kita membaca 2 Raj 2:11, kita juga akan menemukan bahwa Elia juga diangkat ke surga.
2Raj 2:11 Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.
Jadi sekali lagi kita diingatkan bahwa bila Tuhan bisa memilih untuk mengangkat Henokh dan Elia ke surga, apa yang tidak dapat dimengerti bila Yesus telah mengangkat ibu-Nya sendiri ke surga? Bila Tuhan telah menjaga keperawanan Maria agar Maria tetap sempurna, mengapa Tuhan tidak menjaga keuTuhan jasad Maria dan mengangkatnya dalam keadaan utuh ke surga? St. Yohanes menceritakan kepada kita apa yang dilihatnya di surga dalam kitab Wahyu bab 11 dan 12 dimana St. Yohanes melihat Tabut Allah (Peti Perjanjian) dan juga Maria dengan jubah matahari. Apa maksud St. Yohanes menuliskan wahyu ini (Why 11:19, 12:1,17)?
Why 11:19Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.

Why 12:1Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.

Why 12:17Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.
St. Yohanes telah memberikan kesaksian bahwa Peti Perjanjian dan Maria SUDAH berada di surga! Ingat bahwa Maria adalah Peti Perjanjian Baru.


Keterangan:
Tulisan ini adalah salinan dari Chapter IV buku "Maria Dalam Kitab Suci" karya Tony Bamboe .

Santo Yohanes Maria Vianney


Mulanya ia dianggap remeh karena kelambanannya dan kebodohannya. Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia tidak diperkenankan uskup melayani sakramen pengakuan dosa karena dianggap tidak mampu memberi bimbingan rohani. Setelah beberapa, ia ditempatkan di paroki Ars, sebuah paroki yang terpencil, dan tak terurus. Di paroki ini Yohanes Maria Vianney mengabdikan dirinya dan menjadikan desa Ars sebuah tempat ziarah bagi umat di segala penjuru.

Yohanes Maria Vianney lahir pada tanggal 8 Mei 1786 di desa Dardilly, Lyon-Prancis. Ayahnya, Mateus Vianney, seorang petani miskin. Ibunya serorang yang taat beragama. Masyarakat setempat kagum dan suka pada mereka karena cara hidup mereka yang benar-benar mencerminkan kebiasaan hidup Kristiani. Semenjak kecil, Yohanes sudah terbiasa dengan kerja keras dan doa yang tekun berkat telandan orangtuanya. Dibandingkan dengan kelima orang saudaranya, ia memang trampil dan rajin bekerja namun lamban dan bodoh. Ia baru bisa membaca pada usia 18 tahun. Meskipun begitu, ia bercita-cita menjadi imam.

Pada umur 20 tahun, ayahnya dengan berat hati mengizinkan dia masuk Seminari di desa tetangganya, Ecully. Hal ini bukan karena ayahnya tidak mengijinkan dia menjadi imam tetapi semata-mata karena kelambanan dan kebodohannya. Pendidikannya sempat tertunda karena kewajiban masuk militer yang berlaku di Prancis pada masa itu. Baru pada tahun 1812, ia melanjutkan lagi studinya. Ia mengalami kesulitan besar sepanjang masa studinya di Seminari. Hampir semua mata pelajaran, terutama bahasa Latin, sangat sulit dipahaminya. Namun ia tidak putus asa. Ia rajin berziarah ke Louveser untuk berdoa dengan perantaraan Santo Fransiskus Regis agar bisa terbantu dalam mempelajari semua bidang studi.

Lex Orandi, Lex Credendi (Tata Doa Sama dengan Tata Iman)


Hidup peribadatan kita tidak dapat dipisahkan dari hidup iman kita. Ibadat kita adalah sebuah pengakuan iman. Liturgi Gereja mengungkapkan ibadah sejati umat Allah, sebagai tubuh mistik Kristus. Perubahan- perubahan dalam liturg mencerminkan sebuah perubahan dalam iman atau sebuah perubahan dalam pemahaman mengenai iman. Ibu Gereja memperlakukan hal ini dengan sangat serius. Untuk melindungi liturgi-liturgi dari penyimpangan, Gereja menetapkan:

1.Wewenang untuk mengatur liturgi semata-mata ada pada pimpinan Gereja, yakni Takhta Apostolik, dan menurut kaidah hukum para Uskup.

2.Berdasarkan kuasa yang diberikan oleh hukum, wewenang untuk mengatur perkara-perkara Liturgi dalam batas-batas tertentu juga ada pada pelbagai macam konferensi Uskup sedaerah yang didirikan secara sah.

3.Maka dari itu tidak seorang lainnya pun, meskipun imam, boleh menambahkan, meniadakan atau mengubah sesuatu dalam liturgi atas prakarsa sendiri. (SC 22)

Misa yang buruk melemahkan Iman, baik yang taat maupun yang tidak taat.

Patut disayangkan bahwa terdapa begitu banyak penyimpangan yang terjadi dalam liturgi dewasa ini. Terdapat begitu banyak alasan bagi penyimpangan-penyimpangan ini. Beberapa orang menolaka untk mengikuti petunjuk-petunjuk liturgis dan menghormati dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh Gereja. Yang lain pula, dikarenakan pembinaan yang minim dan ketidaktahuan. Dan ada pula alas an dari beberapa orang yang tidak memahami apa itu liturgi, tanda-tanda yang digunakan didalamnya dan pentingnya konsistensi dalam beribadat berdasarkan sebuah ritus tertentu dari Gereja.

Dan tragisnya begitu banyak orang yang telah kehilangan sebuah cita rasa akan yang kudus. Mereka melihat misa sebagai sekedar sebuah kewajiban saja dan bukannya sebuah kesempatan untuk menyembah Allah melalui misteri pengurbanan Yesus diatas altar. Beberapa orang Katolik masa kini pun terkadang masih ada yang tidak mempercayai kehadiran nyata Kristus dalam perayaan Ekaristi. Karena mereka tidak percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh hadir pada saat imam mengkonsekrasikan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Mutiara kata "Para Kudus"


"Bahkan jika kamu berada di ambang kebinasaan,,, Bahkan jika kamu memiliki satu kaki di neraka,,, Bahkan jika kamu telah menjual jiwamu kepada setan, sebagai tukang sihir yang melakukan yang mempraktekkan ilmu hitam,,, Dan bahkan jika kamu seorang penganut bidaah yang tegar dan sebagai setan.... Cepat atau lambat kamu akan diubah dan akan mengubah hidupmu dan akan menyelamatkan jiwamu,,, jika - dan camkan dengan baik apa yang saya katakan - Jika kamu berdoa Rosario kudus dengan setia setiap hari sampai mati, maka kamu akan mengenal kebenaran dan mendapatkan penyesalan dan pengampunan bagi dosa-dosamu." ~ St. Louis de Montfort ~

''Dalam Sakramen Ekaristi Mahakudus, yakni sakramen cinta kasih ini, kita dapat memperoleh hidup sejati, hidup yang terahmati, dan kebahagian sejati. Karena, di dalamnya kita menerima, tidak hanya berkat yang menyempurnakan hidup kita, tetapi justru Sang Pemberi berkat itu sendiri.''
~ St. Padre Pio ~

''Barangsiapa tidak melihat salib Kristus, tidak akan melihat kemuliaan Kristus.''
(St. Yohanes dari Salib, Pujangga Gereja, 1542-1591)

''Apart from the Cross, there is no other ladder bw which we may get to Heaven.''
(Selain Salib, tidak ada tangga lain yang membuat kita dapat masuk ke Surga) ~ St. Rose of Lima, Virgin ~

''Menjadi seorang Kristen adalah hal yang luarbiasa, bukan hanya seolah-olah tampak luarbiasa.
Dan oleh karena satu dan lain hal, mereka yang paling menyenangkan bagi dunia adalah mereka yang paling sedikit menyenangkan Kristus....
Kekristenan dibentuk, dan bukan bakat yang diwariskan.

Untuk bisa mengikut Kristus, kita harus mengenal Kristus.
Untuk bisa mengenal Kristus, kita harus mengenal Kitab Suci.

TIDAK MENGENAL KITAB SUCI, BERARTI TIDAK MENGENAL KRISTUS.''
~ St. Hieronimus, Penerjemah Alkitab ~

"Serahkan masa lalumu pada belas kasih Allah, dan percayakanlah masa depanmu pada penyelenggaraan-Nya. Kemudian isilah saat ini dengan perbuatan kasih yang tulus."
~ St. Agustinus ~

Jika engkau tidak lagi mampu memberi makna pada kegiatan sehari-hari dan semuanya rutinitas belaka tanpa jiwa.....cinta kasihmu akan menjadi sekedar kedermawanan, kemurnianmu menjadi kesusilaan, matiragamu menjadi kebodohan, kedisiplinanmu menjadi cambuk, dan semua pekerjaanmu sia-sia saja."
~ St. Josemaria Escriva ~

"Merupakan kehendak-Nya sehingga setelah wafat-Nya Gereja harus memberikan kita gambar-Nya di kayu salib, sehingga memungkinkan-Nya tampak pada kita dalam keadaan yang penuh penghinaan. Dan mengapa?? Ia melakukannya karena Ia tahu nilai dari kerendahan hati dan bahaya dosa bagi yang menentangnya"
~ St Vincent de Paul ~

''Tanpa Imam, penderitaan dan kematian Tuhan kita akan sia-sia. Para Imam yang melanjutkan karya penebusan di dunia... Apa gunanya menjadi satu rumah yang dihiasi dengan emas, jika tidak ada seorang pun yang membukakan pintu rumah itu; Imam adalah pelayan Tuhan yang baik, pengelola harta-Nya...

Meninggalkan satu paroki selama duapuluh tahun tanpa seorang Imam, umat paroki pada akhirnya menyembah berhala...
Imam adalah jantung Hati Yesus.
Imam wajib senantiasa siap sedia menjawab kebutuhan jiwa-jiwa.
Imam bukanlah imam bagi dirinya sendiri, ia adalah Imam bagi Anda.'' ~ St. John Vianney

"Lebih penting membaharui semangat Imam-imam dan Kaum Awam Katolik daripada berdebat dengan orang-orang Protestan" ~Beato Petrus Faber

''Aku mohon pada kalian agar memelihara iman dengan penuh waspada, mengusahakan kerukunan, bertekun dalam doa, ingatlah aku selalu, agar kiranya Kristus menganugerahkan kebebasan pada Gereja-Nya yang menderita di seluruh penjuru dunia.''
*St. Eusebius

''Jika kasih Yesus dalam Sakramen Mahakudus tidak memenangkan hati kita, Yesus dikalahkan!
Rasa tidak tahu terima kasih kita lebih besar daripada kebaikan-Nya, niat jahat kita lebih kuat dari kasih karunia-Nya.''
*St. Petrus Eymard

dikumpulkan oleh sdr. Sihaloho Parbarita
 
Toggle Footer
Top