Tradisi Adven - Sejarah Lingkaran Adven

oleh: RP. William Saunders
Lingkaran Adven merupakan bagian dari tradisi Katolik yang sudah sekian lama ada. Namun, asal-usul bagaimana hal tersebut terbentuk tidak pasti. Ada bukti dari bangsa Jerman pra-Kristen menggunakan  lingkaran Adven dengan menyalakan lilin selama hari-hari yang dingin dan gelap pada bulan Desember sebagai bentuk penantian pada tibanya hari yang terik dan sinar matahari yang cerah. Di negara Skandinavia, ada pula tradisi selama musim dingin untuk menyalakan lilin yang ditempatkan di sekitar roda , untuk mengangkat doa-doa kepada dewa cahaya untuk mengubah "roda bumi" kembali ke arah matahari untuk memperpanjang hari-hari pada musim panas.

Pada abad pertengahan, orang Kristen mengadaptasi tradisi ini dan menggunakan lingkaran Adven sebagai bagian dari persiapan rohani untuk menyambut hari Natal. Karena , Kristus adalah " Terang yang datang ke dunia "untuk melenyapkan kegelapan dosa dan memancarkan kebenaran dan kasih Allah ( lih. Yoh 3:19-21 ). Pada 1600, baik Katolik dan Lutheran memiliki praktek formal mengenai lingkaran Adven. Simbolisme lingkaran Adven adalah sesuatu yang amat indah. Lingkaran ini terbuat dari berbagai jenis pepohonan, yang melambangkan kehidupan. Bahkan pepohonan ini memiliki makna tradisional yang sekaligus menggambarkan iman kita: Laurel melambangkan kemenangan atas penganiayaan dan penderitaan. Pinus, Holly dan Yew melambangkan keabadian dan Cedar sebagai kekuatan dan kesembuhan. Holly juga memiliki simbolisme Kristen yaitu daun berduri yang mengingatkan kita pada mahkota duri. Konon menurut legenda dari Inggris dikisahkan bahwa kayu Salib terbuat dari pohon Holly. Lingkaran Adven , yang tidak memiliki awal atau akhir, melambangkan Allah yang abadi, keabadian jiwa, dan kehidupan kekal di dalam Kristus. 

Setiap pohon cemara, kacang-kacangan, polong biji yang digunakan untuk menghias lingkaran Adven juga melambangkan kehidupan dan kebangkitan. Secara utuh, lingkaran Adven yang hijau menggambarkan keabadian jiwa kita dan baru, kehidupan kekal yang dijanjikan kepada kita melalui Kristus, Firman yang kekal dari Bapa, yang datang ke dunia dan menjadi manusia seutuhnya yang menang atas dosa, dengan kematian -Nya melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Empat lilin mewakili empat minggu Adven. Suatu tradisi menjelaskan bahwa setiap minggu melambangkan seribu tahun dan membutuhkan  4.000 tahun lamanya dari masa Adam dan Hawa sampai kelahiran Juruselamat. Tiga batang lilin berwarna ungu dan satu mawar (lilin berwarna merah muda). Lilin-lilin ungu khususnya melambangkan doa, tobat, pengorbanan dan karya amal selama masa Adven. Lilin berwarna merah muda, menyala pada minggu ketiga yaitu Minggu Gaudete, ketika imam juga memakai kasula merah muda dalam Misa kudus; Minggu Gaudete adalah Minggu sukacita, karena umat beriman telah tiba di titik tengah masa Adven, ketika penantian umat beriman sudah mencapai separuh lebih dan Natal hampir tiba. Cahaya lilin melambangkan harapan pada kedatangan Tuhan kita yang pertama ke dunia dan sekaligus sebagai antisipasi kedatanganNya yang kedua kali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati .

Cahaya juga melambangkan Kristus, sebagai terang dunia. Beberapa adaptasi modern, menempatkan lilin putih tepat di tengah-tengah lingkaran Adven , yang menyimbolkan Kristus dan menyala pada malam Natal. Ada pula tradisi yang mengganti tiga lilin ungu dan satu lilin merah muda dengan empat lilin putih, yang akan menyala sepanjang masa Adven. Dalam keluarga , lingkaran Adven paling tepat menyala pada waktu makan malam setelah doa makan. Sebuah doa tradisional yang biasanya disertai dalam menyalanya lilin pada lingkaran Adven adalah:

Pada hari Minggu Pertama Adven, ayah dalam keluarga memberkati lingkaran Adven dengan berdoa: “Ya Allah yang menyucikan segala sesuatu, sudilah mencurahkan berkat-Mu atas karangan bunga ini, dan kami yang akan menggunakannya untuk mempersiapkan hati kami dalam kedatangan Kristus. Semoga kami dapat menerima rahmat-Mu yang berlimpah. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.” Lalu dilanjutkan dengan doa ini setiap hari selama minggu pertama Adven, “ya Allah dengan kebangkitkan Mu, kami mohon selamatkanlah kami dari dosa-dosa dengan pembebasanmu. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.” Kemudian anak bungsu dari keluarga menyalakan satu lilin ungu .

Selama Minggu kedua Adven, ayah berdoa “ya Allah, bangkitkanlah hati kami untuk mempersiapkan diri dalam menanti kedatangan-Mu agar kami dapat melayani Engkau dengan pikiran yang murni. Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Kemudian anak yang sulung menyalakan lilin ungu minggu pertama dan satu lagi lilin ungu.

Selama Minggu ketiga Adven, ayah berdoa “ya Allah, kami mohon kepada-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada doa kami dan cahayailah pikiran gelap kami dengan rahmat-Mu.  Yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin." Sang ibu kemudian menyalakan dua lilin ungu sebelumnya lalu menyalakan lilin merah muda.

Akhirnya, pada Minggu keempat Advent, sang ayah kembali berdoa “ya Allah yang kuasa, kami berdoa kepada-Mu yang akan datang curahilah kami dengan rahmat-Mu dan ampunilah dosa-dosa kami. " Sang ayah kemudian menyalakan semua lilin dalam lingkaran Adven.

Masa Adven adalah mas yang tepat untuk memperteguh iman kita kepada Tuhan, lingkaran Adven dan doa-doa selama masa Adven juga mempersiapkan kita dalam menanti hari Natal. Selain itu, tradisi ini juga membuat kita menjadi antusias didalam rumah kita dan tidak melupakan arti sebenarnya dari Natal.

Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top