Kisah Pohon Natal



Kisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.

Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajah Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Pada tahun 722, paus mentahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai “Rasul Jerman”, St. Bonifasius terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754. Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal.

Dengan rombongan pengikutnya yang setia, St. Bonifasius sedang melintasi hutan dengan menyusuri suatu jalan setapak Romawi kuno pada suatu Malam Natal. Salju menyelimuti permukaan tanah dan menghapus jejak-jejak kaki mereka. Mereka dapat melihat napas mereka dalam udara yang dingin menggigit. Meskipun beberapa di antara mereka mengusulkan agar mereka segera berkemah malam itu, St. Bonifasius mendorong mereka untuk terus maju dengan berkata, “Ayo, saudara-saudara, majulah sedikit lagi. Sinar rembulan menerangi kita sekarang ini dan jalan setapak enak dilalui. Aku tahu bahwa kalian capai; dan hatiku sendiri pun rindu akan kampung halaman di Inggris, di mana orang-orang yang aku kasihi sedang merayakan Malam Natal. Oh, andai saja aku dapat melarikan diri dari lautan Jerman yang liar dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!”

Mereka pun terus melangkah maju dengan dikobarkan kata-kata semangat St. Bonifasius. Sejenak kemudian, jalan mengarah ke daerah terbuka. Mereka melihat rumah-rumah, namun tampak gelap dan kosong. Tak seorang pun kelihatan. Hanya suara gonggongan anjing dan ringkikan kuda sesekali memecah keheningan. Mereka berjalan terus dan tiba di suatu tanah lapang di tengah hutan, dan di sana tampaklah pohon Oak Kilat Geismar yang keramat. “Di sini,” St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, “di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kistus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.”

Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, “Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.” Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, “Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.”

Hunrad, pendeta tua dewa Thor, menyambut St. Bonifasius beserta para pengikutnya. Hunrad kemudian berkata kepada mereka, “Berdirilah di sini, saudara-saudara, dan lihatlah apa yang membuat dewa-dewa mengumpulkan kita di sini! Malam ini adalah malam kematian dewa matahari, Baldur yang Menawan, yang dikasihi para dewa dan manusia. Malam ini adalah malam kegelapan dan kekuasaan musim dingin, malam kurban dan kengerian besar. Malam ini Thor yang agung, dewa kilat dan perang, kepada siapa pohon oak ini dikeramatkan, sedang berduka karena kematian Baldur, dan ia marah kepada orang-orang ini sebab mereka telah melalaikan pemujaan kepadanya. Telah lama berlalu sejak sesaji dipersembahkan di atas altarnya, telah lama sejak akar-akar pohonnya yang keramat disiram dengan darah. Sebab itu daun-daunnya layu sebelum waktunya dan dahan-dahannya meranggas hingga hampir mati. Sebab itu, bangsa-bangsa Slav dan Saxon telah mengalahkan kita dalam pertempuran. Sebab itu, panenan telah gagal, dan gerombolan serigala memporak-porandakan kawanan ternak, kekuatan telah menjauhi busur panah, gagang-gagang tombak menjadi patah, dan babi hutan membinasakan pemburu. Sebab itu, wabah telah menyebar di rumah-rumah tinggal kalian, dan jumlah mereka yang tewas jauh lebih banyak daripada mereka yang hidup di seluruh dusun-dusunmu. Jawablah aku, hai kalian, tidakkah apa yang kukatakan ini benar?” Orang banyak menggumamkan persetujuan mereka dan mereka mulai memanjatkan puji-pujian kepada Thor.

Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, “Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.”       

Dengan itu, Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling elok, Asulf, putera Duke Alvold dan isterinya, Thekla, lalu memaklumkan bahwa anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat. Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.

Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu memeluknya erat-erat.  

St. Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak, “Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku akan memusnahkannya.” St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.

Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga desa, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”  

Maka, mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa. Duke Alvold menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius, dengan Hundrad duduk di bawah kakinya, menceritakan kisah Betlehem, Bayi Yesus di palungan, para gembala, dan para malaikat. Semuanya mendengarkan dengan takjub. Si kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, “Mama, dengarlah, aku mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.” Sebagian orang percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius, “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai selama-lamanya.”

Sementara kita berkumpul di sekeliling Pohon Natal kita, kiranya kita mengucap syukur atas karunia iman, senantiasa menyimpan kisah kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita, dan menyimak nyanyian pujian para malailat. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal yang penuh berkat dan sukacita!

sumber

Surat Gembala Natal 2012 Keuskupan Banjarmasin



Dibacakan pada waktu Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke IV, di seluruh Gereja/Kapel Katolik Keuskupan Banjarmasin.

”MEMAHAMI, MERAYAKAN DAN MEWUJUDKAN IMAN SECARA BENAR”

Surat Gembala Natal 2012
Mgr Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

Kepada para Imam, Frater, Bruder, Suster, Ibu Bapak, orang muda, remaja, anak-anak, saudara-saudari umat Katolik Keuskupan Banjarmasin di manapun berada, salam sejahtera, kasih dan berkat Tuhan menyertai Anda sekalian. Gereja semesta mengawali Tahun Baru Liturgi Gerejawi (Tahun C) pada Hari Minggu Pertama Adven, tanggal 2 Desember 2012. Pada hari itu Gereja memasuki masa Natal yang akan berlangsung sampai pada tanggal 6 Januari 2013, Hari Raya Penampakan Tuhan yang dulu disebut Hari Raya Tiga Raja. Tanggal 6 Januari 2013 itu ditetapkan pula sebagai Hari Anak Misioner Sedunia, saat seluruh Gereja diingatkan bahwa jati diri Gereja, termasuk di dalamnya anak-anak, adalah bermisi.  Mewartakan Yesus Sang Juru Selamat kepada orang yang belum mengenalNya adalah tugas pokok Gereja. “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16).

Masa Natal tahun ini (termasuk masa persiapannya yaitu empat pekan masa Adven) dirayakan Gereja semesta tidak lama sesudah Bapa Suci Benedictus XVI memaklumkan pada tanggal 11 Oktober 2012 yang lalu dimulainya Tahun Iman yang akan berlangsung terus sampai tanggal 24 November 2013 yang akan datang. Bapa Suci mengajak seluruh umat beriman untuk memahami apa iman itu, menghayatinya dengan mantap dan penuh keyakinan. Iman itu dirayakan dengan sukacita dalam ibadat khususnya Ekaristi. Selanjutnya diamalkan dalam hidup berkeluarga, dalam persekutuan dengan sesama umat dan ditampilkan dengan kesaksian dalam hidup bermasyarakat di tempat di mana Allah mengutus kita, di manapun, kapanpun, dalam keadaan apapun, dan dalam berbagai cara.

Sebelum Tahun Iman dibuka oleh Bapa Suci, umat Keuskupan kita sudah mulai mempersiapkan diri untuk mensyukuri 75 tahun berdirinya Gereja Lokal Keuskupan Banjarmasin (1938-2013). Puncak perayaan akan diselenggarakan tahun depan pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2013, kurang lebih sebulan sebelum penutupan Tahun Iman. Salah satu kegiatan utama untuk merayakan Yubileum 75 tahun Keuskupan itu ialah penyelenggaraan Sinode Diosesan yang pertama sepanjang usia Keuskupan. Sinode adalah sidang akbar seluruh umat (imam, biarawan-biarawati, umat) melalui wakil-wakil mereka untuk membicarakan masalah-masalah Keuskupan dan mencarikan jalan keluarnya (Kitab Hukum Kanonik kanon 460-468). 

Pada sidang-sidang prasinode pada tingkat komunitas, paroki, maupun dekenat, salah satu masalah yang selalu dan hampir di mana-mana ditampilkan ialah lemah dan kurangnya pemahaman umat tentang apa iman itu. Pemahaman yang keliru serta pengetahuan yang minim berakibat pada meleset dan lemahnya perayaan iman. Selanjutnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam mengumat maupun dalam memasyarakat peranan iman itu tidak menonjol dan tidak membawa pengaruh. Dengan demikian kehidupan beriman kurang bermakna, baik bagi orang bersangkutan, bagi umat seluruhnya maupun bagi masyarakat.

Selama masa Adven umat kami ajak untuk mendalami tema-tema tentang iman, khususnya tentang ajaran resmi Gereja Katolik. Mari mengisi masa Adven ini dengan menghadiri pertemuan-pertemuan pendalaman iman. Sementara itu secara batin setiap orang mempersiapkan hati untuk menyambut Sang Juru Selamat yang lahir sebagai kanak-kanak Yesus. Bukan pertama-tama dengan persiapan lahiriah yang mengikuti selera pasar yang serba “wah”, melainkan dengan lebih tekun beribadat, menerima sakramen-sakramen dan membaca Kitab Suci.

Dalam Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang diselenggarakan di Jakarta dari tanggal 5-15 November yang lalu, dibahas beberapa hal. Pokok pertama yang diperbincangkan secara mendalam selama 3 hari pertama adalah tanggung jawab Gereja dalam menjaga dan melestarikan seluruh ciptaan (Kej. 2:15). Hasil dari pembahasan itu disajikan kepada masyarakat luas dalam bentuk “Pesan Pastoral Sidang KWI 2012 tentang Ekopastoral”. Kami sangat menganjurkan supaya pesan itu diperbanyak dan diperluaskan kepada sesama umat, teman, rekan kerja dan siapa saja. 

Dalam percakapan resmi atau santai hendaknya isinya dibahas, didalami dan dijadikan pegangan dalam bersikap dan bertindak dalam menghadapi dan memperlakukan alam ciptaan di sekitar kita. Menyayangi lingkungan hidup di sekitar kita, melestarikan keutuhannya untuk kesejahteraan bersama, merupakan ungkapan syukur iman kepada Allah yang menciptakan alam semesta dengan baik sekali (Kej 1:31) melulu karena kasihNya yang tanpa batas kepada manusia.


Hasil lain dari Sidang KWI itu ialah Pesan Natal bersama PGI-KWI 2012 yang berjudul “Allah telah mengasihi kita” (bdk. 1 Yoh 4:19). Pesan itu memang pertama-tama ditujukan kepada umat kristiani. Tetapi sesungguhnya menyentuh keberadaan kita sebagai manusia, siapapun dia, karena inti perayaan Natal ialah Allah Sang Mahakasih telah rela meninggalkan KeallahanNya untuk tinggal sebagai manusia di antara manusia berdosa. Dan dengan demikian peristiwa Natal mengajarkan kepada kita bahwa kasih itu diungkapkan dalam berbagi dan memberi. Allah mengasihi manusia, siapapun, dengan berbagi dan memberikan hidupNya kepada manusia. Maka bukti nyata tak terbantahkan iman akan Allah Sang Kasih abadi dan sempurna ialah kerelaan untuk berbagi dengan sesama serta memberikan dengan rela dan iklas.

Oleh karena itu memasuki masa Natal, dalam rangka mengisi Tahun Iman seraya mempersiapkan Sinode Keuskupan bulan Juli 2013 yang akan datang dan menyongsong Perayaan Yubileum 75 tahun Keuskupan Banjarmasin, kami mengajak umat untuk:

1.Memperjuangkan dan mewujudkan secara lebih sungguh kasih persaudaraan dalam hidup sehari-hari. Itulah kesaksian iman kita yang paling kasat mata dan berdaya pengaruh yang dasyat. “Semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi “ (Yoh 13:35).

2.Berupaya dengan sekuat tenaga untuk saling memberikan waktu dan perhatian sebagai tanda kasih kepada sesama dalam lingkup keluarga, komunitas, paroki bahkan dalam kehidupan memasyarakat dengan tetangga, rekan sekerja dan siapa saja.

3.Mewujudkan dan menggalakkan gerakan mencintai dan memelihara ciptaan dan lingkungan hidup mulai dari keluarga-keluarga. Mengelola limbah dan sampah rumah tangga dengan semestinya tanpa membebani orang lain merupakan wujud iman akan Allah Pengasih. Memelihara lingkungan hidup di sekitar kita sehingga tetap asri dan nyaman untuk dihuni oleh setiap anak-anak Tuhan menegaskan keikutsertaan kita untuk “menciptakan” dunia ini bersama Allah Pencipta.

Saudari-saudara, anak-anak yang terkasih, pada saat membaca seruan ini, hidup tidak seindah pelangi, suasana di sekitar kita tidak seterang sinar matahari pagi. Sebaliknya ada banyak penderitaan dan kemalangan, kegagalan dan kepahitan, kebencian, permusuhan  dan peperangan. Tetapi Dia yang menciptakan dan mengasihi kita memberikan jaminan, “Ya, Aku segera datang”. Maka dengan iman mantap dan sukacita kita berseru, “Amin, datanglah Tuhan Yesus” (Why 22:20). Selamat memasuki masa Adven dan merayakan Natal. Salam sejahtera dan berkat Tuhan menyertai Anda sekalian.


Banjarmasin, pada peringatan Martir-Martir Vietnam,
24 November 2012

Mgr Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin

Apakah Perayaan Natal Diadopsi Dari Perayaan Pagan Kekaisaran Romawi Kuno?


Tanggal 25 Desember sendiri dimana kita umat beriman sekalian merayakan Natal adalah hasil dari usaha para Bapa Gereja purba berdasarkan perhitungan kalender untuk mencari tahu mengenai tanggal kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan perayaan pagan. Tetapi, banyak sekali umat Kristen seperti gereja Yesus sejati dan juga non-Kristen menganggap bahwa perayaan kelahiran Tuhan pada tanggal 25 Desember adalah sebuah bentuk adopsi terhadap perayaan pagan dari Kekaisaran Romawi kuno. Bahkan pernah suatu kali saya menemukan sejumlah umat non-Kristen menuduh Kaisar Santo Konstantinus Agung menetapkan pada Konsili Nicea 325 M supaya Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember sebagai bentuk adopsi terhadap perayaan pagan ke dalam Kekristenan. Mengapa bisa seperti ini?

Pertama, Konsili Nicea yang merupakan Konsili Ekumenis pertama pada tahun 325 M sama sekali tidak pernah membahas tentang perayaan Natal.

Kedua, Natal bukanlah sebuah perayaan yang diadopsi dari perayaan pagan Kekaisaran Romawi kuno.

Pendapat bahwa Natal diadopsi dari perayaan pagan muncul pertama kali pada abad ke-17 dari denominasi Protestan aliran Puritan di Inggris dan Presbiterian di Skotlandia. Kemudian, seorang pendeta Protestan bernama Paul Ernst Jablonski yang berasal dari Bangsa Jerman mendukung pernyataan dua denominasi di atas dengan mengatakan bahwa perayaan Natal adalah perayaan pagan yang diadopsi oleh Kekristenan.

Menurut dia, Natal diadopsi dari dua perayaan pagan, Perayaan Saturnalia untuk menyembah Dewa Saturnus dan Dies Natalis Solis Invicti (Birth of Unconquered Sun / Kelahiran Matahari tak tertaklukkan).

Perayaan Dies Natalis Solis Invicti  adalah perayaan pagan romawi yang paling sering dijadikan dasar tuduhan bahwa Natal diadopsi dari perayaan pagan. Tuduhan ini sama sekali tidak memiliki substansi sejarah mengingat Natal telah dirayakan secara sederhana di katakombe-katakombe sejak abad-abad awal. Perayaan Dies Natalis Solis Invicti ini justru adalah perayaan pagan yang ditetapkan untuk menandingi perayaan Natal Gereja Perdana (Gereja Katolik).

Kaisar Aurelianus yang memerintah dari tahun 70 M hingga tahun 75 M sangat membenci Kekristenan. Dia menetapkan Dies Natalis Solis Invicti pada tanggal 25 Desember 274 sebagai hari dimana dewa matahari lahir.

Perayaan Saturnalia adalah perayaan romawi kuno untuk penyembahan terhadap Dewa Saturnus. Pada permulaan bulan Desember, para petani sudah harus menyelesaikan segala aktivitas pertanian musim gugur dan setiap orang harus menyembah dewa Saturnus tanpa terkecuali. Pada tanggal 17 Desember hingga 23 Desember itulah secara resmi perayaan ini diresmikan untuk dirayakan. Kaisar Augustus menguranginya menjadi tiga hari dan Kaisar Kaligula menambahkannya menjadi lima. Terakhir, Kaisar Klaudis mengembalikan perayaan ini seperti semula. Nah coba anda lihat adakah tanggal 25 Desember ?

Penetapan perayaan pagan pada tanggal 25 Desember 274 ini oleh Aurelianus hanya sekedar menandingi hari raya Natal yang ditetapkan oleh Gereja Katolik. Natal merupakan hari dimana Kristus lahir untuk membebaskan umat manusia dari lumpur dosa! Natal sama sekali bukan perayaan pagan yang diadopsi ke dalam Kekristenan!

Blog Katolisitas Indonesia mengucapkan selamat hari raya Natal 2012 dan menyongsong tahun baru 2013, jadikanlah momen Natal ini sebagai waktu kita berkumpul bersama orang yang kita cintai dan mengucap syukur atas rahmat Allah pada tahun ini dan memohon penyertaanNya pada tahun 2013 nanti dan semoga kita semakin meresapi cinta kasih Allah bagi kita semua hingga Ia rela turun kedunia.

"Juruselamat kita yang tercinta telah lahir hari ini: mari kita bersukacita. Karena tidak tempat yang layak untuk kesedihan ketika kita merayakan hari kelahiran Sang Kehidupan yang menghancurkan ketakutan akan kematian dan membawakan kita sukacita keabadian terjanji." - Paus Santo Leo Agung

Dominus Illuminatio Mea 

Asal-usul Hari Raya Natal


Gereja Katolik menetapkan tanggal 25 Desember sebagai Hari Raya Natal untuk merayakan Hari Raya Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Gereja Katolik sendiri yang merupakan Gereja purba, telah merayakan Natal sejak abad-abad pertama Gereja Katolik hadir.

Bapa Gereja Teofilus, Uskup Caesarea di Palestina (115-181 M), mungkin adalah orang pertama yang secara eksplisit memberikan pernyataan mengenai Natal: 
“Kita harus merayakan hari kelahiran Tuhan kita pada tanggal 25 Desember yang akan berlangsung.” [Magdeurgenses, Cent. 2.c.6. Hospinian, de Origin Festorum Christianorum]
Pada awal abad ke-5 seorang Santo dari kota Konstantinopel bernama St. Yohanes Kassianus, pergi ke Alexandria (Mesir) untuk mempelajari peraturan-peraturan biara di sana. Antara tahun 418 hingga 425, dan setelah ia mengamati Gereja yang ada disana, barulah St. Yohanes Kassianus menulis laporan pengamatannya pada sekitar tahun 418.  Dia memulis pada masa tersebut sejumlah Uskup yang ada disana kita menganggap Pesta Epifani (Penampakan Tuhan) sebagai hari kelahiran Tuhan dan tidak ada perayaan terpisah dalam menghormati kelahiran Tuhan. Dia menyebut hal ini “tradisi kuno”. Kebiasaan lama ini segera memberi jalan bagi tradisi baru.  Natal sendiri telah diperkenalkan di Mesir sekitar 418 dan 432 M dan peristiwa ini menjadi bukti kuat.

St. Hipolitus dari Roma, seorang yang dulunya adalah seorang anti-Paus pada masa penggembalaan Paus St. Zephyrinus, Paus St. Kallistus I, Paus St. Urbanus I dan Paus St. Pontianus, juga menyatakan bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember:
Untuk kedatangan pertama Tuhan kita dalam daging, [terjadi] ketika Ia lahir di Betlehem, eight days before the kalends of January (25 Desember), hari keempat (Rabu) dalam minggu ketika Augustus (kaisar Romawi) dalam 42 tahun [pemerintahannya] tetapi dari Adam 5500 tahun. Ia (Yesus) menderita pada [usia] 33 tahun, eight days before the kalends of April (25 Maret), tahun kelimabelas Kaisar Tiberius ketika Rufus dan Roubellion dan Gaius Caesar, untuk keempat kalinya, dan Gaius Cestius Saturninus menjadi konsul [di Roma]. (St. Hippolytus of Rome (c. 225 AD), Commentary on Daniel 4.23.3)
St. Yohanes Krisostomos, seorang Pujangga Gereja dan juga seorang Uskup yang terkenal akan kehebatan khotbahnya, pada tanggal 20 Desember pernah berkhotbah di Antiokhia, yang mengajak umat beriman untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Dia mengusulkan kepada para umat beriman untuk menghormati dan merayakan Natal dengan tiga dasar: Pertama, Natal adalah sebuah perayaan Kristiani yang mampu menyebar dengan pesat diberbagai daerahKedua,  waktu pelaksanaan sensus pada tahun kelahiran Yesus dapat ditentukan dari berbagai dokumen kuno yang tersimpan di kota Roma; Ketiga, waktu kelahiran Tuhan Yesus dapat dihitung dari peristiwa penampakan malaikat kepada Zakarias, di Bait Allah. Zakarias, sebagai Imam Agung, masuk ke dalam Tempat Mahakudus pada Hari Penebusan Dosa Yahudi (The Jewish Day of Atonement). Hari tersebut jatuh pada bulan September menurut kalender Gregorian. Enam bulan sesudah peristiwa ini, malaikat Gabriel datang kepada Maria dan enam bulan kemudian Yesus Kristus lahir, yaitu pada bulan Desember. Santo Yohanes Krisostomos, mengatakan dengan jelas bahwa pada masa tersebut, ketika perayaan Natal diperkenalkan di Timur, Natal telah dirayakan di kota Roma lebih dulu yang merupakan Kepatriakan urutan nomor 1 dalam Gereja perdana.


St. Gregorius dari Nazianze, Bapa Gereja dan Uskup, selama tinggal di daerah Seleucia di Isauria (Turki sekarang) merayakan Natal untuk pertama kalinya di Konstantinopel pada tanggal 25 Desember 379.

Tidak sedikit orang-orang yang skeptis terhadap Natal dan percaya terhadap mitos bahwa Natal adalah hasil adopsi dari perayaan pagan bernama Dies Natalis Solis Invicti yang sebenarnya ditetapkan Kaisar Aurelianus pada 25 Desember 274 untuk menandingi Natal Gereja Katolik.

Tujuan saya menulis artikel ini bukan hanya untuk meyakinkan para pembaca sekalian bahwa perayaan Natal dirayakan tanggal 25 Desember namun saya ingin pembaca sekalian tahu bahwa Natal itu janganlah kita lihat kapan kita merayakan Natal. Namun kita harus melihat dan percaya bahwa Natal itu adalah eksitensi dimana Kristus telah rela merendahkan dirinya, lahir dikandang hewan demi menyelamatkan umat manusia.

Blog Katolisitas Indonesia mengucapkan selamat hari raya Natal 2012 dan menyongsong tahun baru 2013, jadikanlah momen Natal ini sebagai waktu kita berkumpul bersama orang yang kita cintai dan mengucap syukur atas rahmat Allah pada tahun ini dan memohon penyertaanNya pada tahun 2013 nanti dan semoga kita semakin meresapi cinta kasih Allah bagi kita semua hingga Ia rela turun kedunia.

"Juruselamat kita yang tercinta telah lahir hari ini: mari kita bersukacita. Karena tidak tempat yang layak untuk kesedihan ketika kita merayakan hari kelahiran Sang Kehidupan yang menghancurkan ketakutan akan kematian dan membawakan kita sukacita keabadian terjanji." - Paus Santo Leo Agung


Dominus illuminatio mea!            

Gambar Dalam KKGK- Penyembahan Para Majus

"BANGSA-BANGSA BUKAN-YAHUDI" karya FABRIANO (1423), penyembahan orang-orang Majus, Galeri Uffizi, Florence 
Karya agung yang sangat indah, yakni Penyembahan Orang-orang Majus (Mat 2:1-12) ini menggambarkan pernyataan Yesus kepada seluruh bangsa. Inkarnasi adalah anugerah bukan saja untuk iman Maria, Yosef, perempuan-perempuan, para gembala, orang-orang sederhana dari Bangsa Israel, melainkan juga bagi iman orang-orang asing ini yang datang dari Timur untuk menyembah Mesias yang baru lahir dan mempersembahkan persembahan-persembahan mereka.

Matius 2:11 "Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur."

Orang-orang Majus merupakan buah bungaran bagsa-bagsa yang dipanggil kepada iman, yang mendekati Yesus bukan dengan tangan hampa, melainkan dengan kekayaan-kekayaan dari tanah dan budaya mereka.

Injil Yesus adalah adalah kata-kata yang menyelamatkan bagi umat manusia seluruhnya. Kata Santo Leo Agung, “Semua bangsa yang diwakili oleh tiga orang majus, menyembah Pencipta alam semesta, dan Allah kiranya dikenal bukan hanya di Yudea, melainkan diseluruh bumi, karena di mana pun kiranya besar nama-Nya (bdk. Mzm 75:2)” (Khotbah 3 untuk Epifani).

Bagian pertama Ikhtisar ini menggambarkan pertemuan antara Allah dan manusia dan jawaban iman yang Gereja, atas nama semua manusia, berikan terhada anuger inkarnasi Putra Allah yang menebus dan terhadap pernyataan ilahinya.

Blog Katolisitas Indonesia mengucapkan selamat hari raya Natal 2012 dan menyongsong tahun baru 2013, jadikanlah momen Natal ini sebagai waktu kita berkumpul bersama orang yang kita cintai dan mengucap syukur atas rahmat Allah pada tahun ini dan memohon penyertaanNya pada tahun 2013 nanti dan semoga kita semakin meresapi cinta kasih Allah bagi kita semua hingga Ia rela turun kedunia.

"Juruselamat kita yang tercinta telah lahir hari ini: mari kita bersukacita. Karena tidak tempat yang layak untuk kesedihan ketika kita merayakan hari kelahiran Sang Kehidupan yang menghancurkan ketakutan akan kematian dan membawakan kita sukacita keabadian terjanji." - Paus Santo Leo Agung

Disadur dari Kompendium Katekismus Gereja Katolik halaman 12-14 terbitan Dioma

Santa Claus Mitoskah?



Perayaan Natal selalu indentik dengan munculnya Santa Claus yang digambarkan sebagai seorang laki-laki yang dalam usia lanjut umur dan digambarkan pula sebagai seorang kakek yang penuh kasih, yang sayang dengan anak-anak dan suka membagi-bagikan hadiah saat perayaan Natal tiba. Banyak orang yang menganggap bahwa Santa Claus hanya kisah mitos namun Santa Claus itu benar-benar ada. Nama Santa Claus yang asli adalah Santo Nikolas dari Myra yang dirayakan oleh Gereja Katolik pada tanggal 6 Desember, dikenal sebagai seorang Uskup yang baik hati.  Nikolas lahir di Parara, Asia Kecil dari sebuah keluarga yang kaya raya. 

Sejak masa mudanya ia sangat menyukai cara hidup bertapa dan melayani umat. Ia kemudian menjadi seorang imam yang sangat disukai umat. Harta warisan dari orangtuanya dimanfaatkan untuk pekerjaan-pekerjaan amal, terutama untuk menolong orang-orang miskin. Sebagai imam ia pernah berziarah ke Tanah Suci. Sekembalinya dari Yerusalem, ia dipilih menjadi Uskup kota Myra dan berkedudukan di Lycia, Asia Kecil (sekarang: Turki). Santo Nikolas dikenal di mana-mana. Ia termasuk orang kudus yang paling populer, sehingga dijadikan pelindung banyak kota, propinsi, keuskupan dan gereja.

Di kalangan Gereja Timur, ia dihormati sebagai pelindung para pelaut; sedangkan di Gereja Barat, ia dihormati sebagai pelindung anak-anak, dan pembantu para gadis miskin yang tidak mampu menyelenggarakan perkawinannya. Namun riwayat hidupnya tidak banyak diketahui, selain bahwa ia dipilih menjadi Uskup kota Myra pada abad keempat yang berkedudukan di Lycia. Ia seorang uskup yang lugu, penuh semangat dan gigih membela orang-orang yang tertindas dan para fakir miskin. Pada masa penganiayaan dan penyebaran ajaran-ajaran sesat, ia menguatkan iman umatnya dan melindungi mereka dari pengaruh ajaran-ajaran sesat.

Ketenaran namanya sebagai uskup melahirkan berbagai cerita sanjungan. Sangat banyak cerita yang menarik dan mengharukan. Namun tidak begitu mudah untuk ditelusuri kebenarannya. Salah satu cerita yang terkenal ialah cerita tentang tiga orang gadis yang diselamatkannya: konon ada seorang bapa tak mampu menyelenggarakan perkawinan ketiga orang anak gadisnya. Ia orang miskin. Karena itu ia berniat memasukkan ketiga putrinya itu ke tempat pelacuran. Hal ini didengar oleh Uskup Nikolas. Pada suatu malam secara diam-diam Uskup Nikolas melemparkan tiga bongkah emas ke dalam kamar bapa itu. Dengan demikian selamatlah tiga puteri itu dari lembah dosa. Mereka kemudian dapat menikah secara terhormat.

Ikon Santo Nikolas yang asli
Cerita yang lain berkaitan dengan kelaparan hebat yang dialami umatnya. Sewaktu Asia Kecil dilanda paceklik yang hebat, Nikolas mondar-mandir ke daerah-daerah lain untuk minta bantuan bagi umatnya. Ia kembali dengan sebuah kapal yang sarat dengan muatan gandum dan buah-buahan. Namun, tanpa sepengetahuannya, beberapa iblis hitam bersembunyi dalam kantong-kantong gandum itu. Segera Nikolas membuat tanda salib atas kantong-kantong itu dan seketika itu juga setan-setan hitam itu berbalik menjadi pembantunya yang setia.

Nikolas adalah santo nasional Rusia. Cerita tentang tertolongnya ketiga puteri di atas melahirkan tradisi yang melukiskan Santo Nikolas sebagai penyayang anak-anak. Salah satu tradisi yang paling populer ialah tradisi pembagian hadiah kepada anak-anak pada waktu Pesta Natal oleh orangtuanya melalui 'Sinterklas'. Tradisi ini diperkenalkan kepada umat Kristen Amerika oleh orang-orang Belanda Protestan, yang menobatkan Santo Nikolas sebagai tukang sulap bernama Santa Claus. "Sinterklas", yaitu hari pembagian hadiah kepada anak-anak yang dilakukan oleh seorang berpakaian uskup yang menguji pengetahuan agama anak-anak, tetapi ia membawa serta hamba hitam yang menghukum anak-anak nakal.

Dari kisah hidup St. Nikolas ini, dibuatlah sebuah tokoh kakek tua yang gemar berbagi hadiah kepada anak-anak kecil setiap Natal yang kita kenal dengan nama Santa Claus atau Sinter Klaas.Tapi tahukah anda bahwa seorang Uskup yang baik hati ini pernah meninju seorang Imam?
Konsili Ekumenis Pertama yaitu Konsili Nicea yang diadakan pada tahun 325oleh Kaisar Konstantinus ini dan dipimpin oleh Uskup Hosius dari Cordova sebagai wakil Paus St. Silvester bertujuan untuk membahas pengajaran sesat yang berasal dari seorang Imambernama Arius sekaligus menegaskan ajaran mengenai Ke-Allah-an Yesus Kristus. Pengajaran Arius ini dikenal dengan sebutan Arianisme. Arius mengajarkan bahwa Yesus Kristus,bukanlah Allah sepenuhnya melainkan hanya sebuah ciptaan pertama dari Allah Bapa.

Konsili Nicea ini pun dimulai dan bapak Uskup memanggil Arius ke tengah Konsili dan meminta ia untuk menjelaskan pengajarannya. St. Nikolas yang tidak tahan lagi melihat Arius segera lari mendapati Arius dan menamparnya dengan segenap hati hingga Arius terjatuh.  Dan tentu saja tindakan St. Nikolas dilihat oleh seluruh hadirin yang berada disana dan termasuk juga bapak Uskup Hosius dari Cordova selaku pemimpin Konsili tersebut. Dan seketika itu juga St. Nikolaus diturungkan dari tahta keuskupannya dengan menyita dua simbol yang menandai kekuasaan seseorang sebagai Uskup yaitu Salinan Injil dan Pallium miliknya. St. Nikolas pun dilempar ke dalam penjara.

Lukisan St.Nikolas menampar Arius
Kemudian setelah St. Nikolas dimasukkan ke dalam lalu dipenjara, pada malam harinya Tuhan Yesus bersama dengan Bunda-Nya mengunjungi Nikolas di dalam penjara. Dan kemudian menyerahkan salinan Injil dan Pallium Uskup kepada St. Nikolas.

Ketika Para Uskup mendengar mujizat ini, Konsili segera memerintahkan supaya Nikolas posisinya sebagai Uskup dipulihkan kembali. Konsili pun dimenangkan di pihak St. Athanasius Agung dan St. Nikolas mengutuk ajaran sesat Arianisme dan menegaskan kembali ajaran tentang Tuhan Yesus.

Blog Katolisitas Indonesia mengucapkan selamat hari raya Natal 2012 dan menyongsong tahun baru 2013, jadikanlah momen Natal ini sebagai waktu kita berkumpul bersama orang yang kita cintai dan mengucap syukur atas rahmat Allah pada tahun ini dan memohon penyertaanNya pada tahun 2013 nanti dan semoga kita semakin meresapi cinta kasih Allah bagi kita semua hingga Ia rela turun kedunia.

"Juruselamat kita yang tercinta telah lahir hari ini: mari kita bersukacita. Karena tidak tempat yang layak untuk kesedihan ketika kita merayakan hari kelahiran Sang Kehidupan yang menghancurkan ketakutan akan kematian dan membawakan kita sukacita keabadian terjanji." - Paus Santo Leo Agung

Referensi : Iman Katolik
Dominus Illuminatio Mea!

Putra Allah Yang Menjadi Manusia


Gereja Universal dari segenap penjuru bumi, pada hari ini merayakan datangnya Juruselamat dalam rupa bayi mungil. Lahirlah sang Juruselamat dunia, Terang dari Terang yang merupakan Raja segala Raja, yang rela menghampakan diri-Nya menjadi seorang manusia. Meskipun dalam rupa Allah, Ia telah menjadi manusia dan tinggal diantara kita. Salah satu pertanyaan yang terkadang menjanggal dalam benak umat Kristen diantaranya adalah mengapa Allah harus menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia. Logika berpikir yang terkadang digunakan adalah Allah adalah Mahakuasa, Ia mampu menjadikan segala sesuatu dengan hanya berfirman, seperti Ia menciptakan langit dan bumi sejak dulu kala. Namun bagaimana dengan dosa manusia? Apakah Ia tidak bisa menghapuskan dosa manusia dari sejak kala dengan sekedar berfirman?

Sungguh benar bahwa Allah itu mahakuasa dan memang dengan mudah Ia bisa menyelamatkan manusia. Tetapi Allah yang mahakuasa itu hendak menunjukkan tidak hanya kuasa-Nya, tetapi juga kasih-Nya kepada manusia secara nyata. Oleh karena itu Ia menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Nah, sampai di sini, mereka bertanya “Apakah tanpa menjadi manusia, Allah tidak dapat menunjukkan kasih-Nya?

1. Hendak berdamai dengan kita.
(Katekismus Gereja Katolik 457) Allah "telah mengasihi kita dan telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (1 Yoh 4:10). Kita tahu bahwa "Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juru Selamat dunia" (1 Yoh 4:14), bahwa "Ia telah menyatakan Diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa" (1 Yoh 3:5)

2. Ingin supaya kita mengenal cinta kasih Allah.
(KGK 458) "Kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia, supaya kita hidup oleh-Nya" (1 Yoh 4:9). "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:16).

3. Ingin supaya kita mengambil bagian dalam hidup kodrat ilahi.
(KGK 460) "Untuk itulah Sabda Allah menjadi manusia, dan Anak Allah menjadi anak manusia, supaya manusia menerima Sabda dalam dirinya, dan sebagai anak angkat, menjadi anak Allah" (Ireneus, haer. 3,19,1). Sabda Allah "menjadi manusia, supaya kita di-ilahi-kan" (Atanasius, inc. 54,3). "Karena Putera Allah yang tunggal hendak memberi kepada kita bagian dalam ke-Allah-an-Nya, Ia menerima kodrat kita, menjadi manusia, supaya mengilahikan manusia" (Tomas Aqu., opusc. 57 in festo Corp. Chr. 1).

Blog Katolisitas Indonesia mengucapkan selamat hari raya Natal 2012 dan menyongsong tahun baru 2013, jadikanlah momen Natal ini sebagai waktu kita berkumpul bersama orang yang kita cintai dan mengucap syukur atas rahmat Allah pada tahun ini dan memohon penyertaanNya pada tahun 2013 mendatang.
"Juruselamat kita yang tercinta telah lahir hari ini: mari kita bersukacita. Karena tidak tempat yang layak untuk kesedihan ketika kita merayakan hari kelahiran Sang Kehidupan yang menghancurkan ketakutan akan kematian dan membawakan kita sukacita keabadian terjanji." - Paus Santo Leo Agung
Dominus illuminatio mea!

Respon Singkat Terhadap Takhta Antiokhia

Bapa Gereja purba yang menggunakan istilah "Katolik"
Salah seorang rekan Katolik saya di Facebook mengirimkan sebuah pertanyaan ke saya, tentang apakah betul bahwa Rasul Petrus pernah mendirikan Takhta di Antiokhia dan dia pun berkata bahwa bukankah suksesi Santo Petrus hanya berada di Roma saja, saya merasa tertarik untuk mempublikasikan tanggapan saya di blog ini.

Gereja perdana yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik yaitu Gereja Katolik. Pada awalnya terdiri dari 3 kepatriakan dengan urutan yang paling pertama adalah Roma, Alexandria dan Antiokhia. Anda bisa menemukan perjalanan waktu Gereja Barat dan Timur disini dan disini. Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri tidak pernah diidentifikasi dengan istilah “orthodox” Bapa Gereja awal yang pertama kali menggunakan istilah GEREJA KATOLIK adalah St. Ignatius dari Antiokia. Beliau menurut tradisi Kristen adalah murid St. Yohanes Rasul dan konon beliau juga seorang anak yang pernah dipangku oleh Tuhan Yesusdalam Markus 9:36.

Kutipan dari tulisan St. Ignatius dari Antiokia kepada Jemaat di Smirna:
Wherever the bishop appears, let the people be there; just as wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church" (Letter to the Smyrneans 8:2 [A.D. 110])."Di mana ada uskup, hendaknya umat hadir di situ, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, Gereja Katolik hadir di situ."
Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebelum masa St. Ignatius, istilah "Gereja Katolik" telah digunakan sebagai nama Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di ayat berikut.
Mat 16:18Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan GEREJA-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

Mt 16:18kagw de soi legw oti su ei petroV kai epi tauth th petra oikodomhsw mou thn EKKLHSIAN kai pulai adou ou katiscusousin authV (Perjanjian Baru Yunani - Stephanos 1550)

Mt 16:18And I say also unto thee, That thou art Peter, and upon this rock I will build my CHURCH; and the gates of hell shall not prevail against it. 
Kis 9:31Selama beberapa waktu Gereja di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.(Cat: "Jemaat" diganti jadi "Gereja")

Acts 9:31So the church throughout all Judea and Galilee and Samaria had peace and was built up; and walking in the fear of the Lord and in the comfort of the Holy Spirit it was multiplied.

Kis 9:31μεν ουν εκκλησια καθ ολης της ιουδαιας και γαλιλαιας και σαμαρειας ειχεν ειρηνην οικοδομουμενη και πορευομενη τω φοβω του κυριου, και τη παρακλησει του αγιου πνευματος επληθυνοντο.atau ini saja, terjemahan berbahasa Yunani yang lebih enak dibaca.

Acts 9:31ai men oun ekklhsiai kaq olhV thV ioudaiaV kai galilaiaV kai samareiaV eicon eirhnhn oikodomoumenai kai poreuomenai tw fobw tou kuriou kai th paraklhsei tou agiou pneumatoV eplhqunonto (Perjanjian Baru Yunani - Stephanos 1550).
Perhatikan ekklhsiai kaq olhV pada Kitab Suci berbahasa Yunani. Nah, kata tersebut kira-kira berbunyi "Ekklesia Katha Holos" yang diterjemahkan di Inggris menjadi "the church throughout all," dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Gereja di seluruh." Sehingga Istilah “Orthodox” tidak bisa pernah secara resmi mengacu kepada Gereja yang menamakan diri mereka Orthodox seperti ROCOR (Russian Orthodox Church Outside Russia) yang telah memisahkan diri dari Gereja Katolik. Jadi Gereja Orthodok adalah Gereja yg merujuk pada kodrat Gereja dalam Kredo Nicea kita, yaitu Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

Sungguh tepat sekali dikatakan bahwa St. Petrus membangun suksesi Apostolik di Kepausan Antiokhia. Tetapi meskipun demikian, Primasi St. Petrus tetap berada di Kepausan Roma karena Roma adalah suksesor aktualnya dan sangat berhak mewarisinya. Setelah itu St. Petrus menyerahkan kepausan Antiokia kepada suksesornya yaitu St. Evodius, setelah itu dia menjadi Uskup Roma hingga akhirnya dia disalibkan terbalik dibukit Vatikan dan dimakamkan dibawah Basilika Santo Petrus di Vatikan. Berikut kutipan-kutipan dari St. Ignasius, Uskup Antiokia dan Theodoret, Uskup Cyrus (Cyrus berada di bawah yurisdiksi Antiokia).
"Ignatius, also called Theophorus, to the Church that has found mercy in the transcendent Majesty of the Most High and... which presides in the chief place of the Roman territory, a church worthy of God, worthy of honor... presiding in love, maintaining the law of Christ, and bearer of the Father's name: her [and her members -- EBB] do I therefore salute... who imperturbably enjoy the full measure of God's grace and have every foreign stain filtered out of them." + St. Ignatius of Antioch (c. AD 98-117) (Letter to the Romans, preface)

"I therefore beseech your holiness to persuade the most holy and blessed bishop (Pope Leo) to use his Apostolic power, and to order me to hasten to your Council. For that most holy throne (Rome) has the sovereignty over the churches throughout the universe on many grounds." -Theodoret, Bishop of Cyrus in Syria (450) (Theodoret, Tom. iv. Epist. cxvi. Renato, p. 1197).
Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top