Baptisan bayi


Seorang teman sekelas saya (perempuan) dia adalah seorang yang beragama Buddha dan berencana memeluk Katolik, namun belum ada kepastian hendak masuk atau tidak. Dan dia pernah bertanya kepada saya soal pembaptisan dan berencana hendak dibaptis pada Malam Paskah bulan April kemarin. Namun ketika saya menghadiri Misa Malam Paskah dia tidak ada disana. Setelah beberapa bulan kemudian,saya kembali menyinggung dia soal pembaptisan di Facebook. Namun bagaimana dengan reaksinya? Dia malah menyerang saya dan berpikir bahwa saya menganggap dia bukan orang yang beragama (Atheis). Dan setelah saya merenung beberapa hari saya berpendapat mungkin saja orang tuanya berpikir untuk membaptis dia, pada saat usianya menginjak dewasa. 

Pada masa modern saat ini ada sebuah kebiasaan para orang tua membaptis anaknya pada saat usianya menginjak dewasa. Dimana para orang tua menginginkan anak-anaknya untuk lebih mengenal ajaran Kristus sehingga anak-anak mereka dengan kesadaran mereka sendiri mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat lalu bisa dibaptis <<< ini adalah sebuah kekeliruan. Karena Hal ini sebenarnya memprihatinkan. Mengapa? Karena dengan hal demikian para orang tua memperpanjang masa resiko bagi anak-anak mereka untuk kehilangan meterai keselamatan yang harusnya diterimaseorang anak ketika dia sudah dilahirkan. Untuk itu, saya dalam tulisan ini hendak menyampaikan pesan kepada para orang tua Katolik supaya segera membaptis anak-anak mereka, supaya segera memberikan meterai keselamatan bagi mereka.

Mari kita lihat di Perjanjian Lama mengenai hal pembaptisan:

Pada awal mula penciptaan, “Roh Allah melayang-layang diatas permukaan air (Kej 1:2). Roh menaungi air yang merupakan sumber kehidupan ( lih KGK 1218), maka sejak itu juga air memiliki kemampuan untuk menguduskan. Air segera dipisahkan dari air untuk memungkinkan terjadinya tanah kering, suatu peristiwa yang kemudian dibalikkan secara dramatis, ketika Allah menarik kembali berkat-Nya pada zaman air bah. Air seperti lambang pedang bermata dua ; disatu pihak menguduskan,dipihak lain menghancurkan. Pada zaman Nuh, Allah mendatangkan air bah untuk menyapu bersih semua pendosa. Nuh bersama keluarganya diselamatkan oleh banjir besar itu berkat bahtera yang mereka tumpangi atas perintah Allah. Dengan demikian karya Allah dalam penciptaan telah dirusak oleh dosa. Air pada gilirannya menghanyutkan semua pendosa yang telah meninggalkan Allah. Sesudah air bah, Allah menciptakan kembali ketika air surut dan tanah muncul lagi (lih Kej 8:11-12). Lalu Allah memberkati kembali ciptaan serta manusia, dan terjadilah penciptaan yang baru ( lih Kej 9:1).

Nah mari kita juga pergi ke Perjanjian Baru:

Kristus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Luk 18:16). Dan Kristus pula pernah berkata, “sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Yoh 3:5). Di sini Kristus menekankan perlunya kelahiran kembali dalam pembaptisan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, maka dari itu pembaptisan bayi adalah sesuatu hal yang penting untuk dilaksanakan.

Setiap manusia (kecuali Kristus dan Maria), dilahirkan dalam kodrat manusia yang jatuh dan dinodai dosa asal. Sebagai akibat dosa asal, setiap manusia mengalami “mati kekudusan” atau kehilangan kemuliaan Allah dan ini yang menghalangi mereka untuk menjadi anak-anak Allah. Oleh karena itu mereka membutuhkan kelahiran kembali atau sesuatu yang baru yang bisa membuat mereka baru. Dan ini bisa kita temukan dalam Baptisan, di dalam pembaptisan sendiri mereka telah mendapat karunia:

1.Pengampunan seluruh dosa kita termasuk dosa asal yang kita terima dari nenek moyang kita, Adam dan Hawa (bdk. Katekismus Gereja Katolik 1263 dan 1279)
2. kita diangkat sebagai anak-anak Allah (bdk. KGK 1265 dan 1279)
3.Pemberikan meterai tak terhapuskan (bdk. KGK 1272-1274 dan 1279)
4.Persatuan dengan Gereja-Nya (bdk. KGK 1267 dan 1279)
5. Kesatuan Sakramental dari Kesatuan Kristen (bdk. KGK 1271)

Disini kita bisa melihat mereka dimasukkan ke dalam kerajaan Allah, dipersatukan dengan Kristus dan Gereja-Nya dan tentunya diangkat menjadi anak-anak Allah.

Dan lalu ayo kita lihat dari Katekismus Gereja Katolikmengenai baptisan:
KGK 1213 Pembaptisan suci adalah dasar seluruh kehidupan Kristen, pintu masuk menuju kehidupan dalam roh [vitae spiritualis ianua] dan menuju Sakramen-sakramen yang lain. Oleh Pembaptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah; kita menjadi anggota-anggota Kristus, dimasukkan ke dalam Gereja dan ikut serta dalam perutusannya: "Pembaptisan adalah Sakramen kelahiran kembali oleh air dalam Sabda" (Catech. R. 2,2,5).

KGK 1257 Tuhan sendiri mengatakan bahwa Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan Bdk. Yoh 3:5.. Karena itu, Ia memberi perintah kepada para murid-Nya, untuk mewartakan Injil dan membaptis semua bangsa Bdk. Mat 28:19-20; DS 1618; LG 14; AG 5.. Pembaptisan itu perlu untuk keselamatan orang-orang, kepada siapa Injil telah diwartakan dan yang mempunyai kemungkinan untuk memohon Sakramen ini Bdk. Mrk 16:16.. Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Karena itu, dengan rela hati ia mematuhi perintah yang diterimanya dari Tuhan, supaya membantu semua orang yang dapat dibaptis, untuk memperoleh "kelahiran kembali dari air dan Roh". 

Terakhir kita bisa melihat apa yang bapa-bapa Gereja katakan soal pembaptisan:
St. Hipolitus dari Roma dalam tulisan Tradisi Para Rasul yang ditulis pada tahun 215 M mengatakan, “Anak-anak haruslah dibaptis pertama kali. Semua anak yang dapat menanggapi [pembaptisan] untuk dirinya sendiri, hendaklah mereka menanggapinya. Bila ada anak-anak yang tidak dapat menanggapi [pembaptisan] untuk dirinya sendiri, hendaklah orang tua mereka menanggapinya untuk mereka, atau seseorang lain dari keluarga mereka.”
Dominus illuminatio mea!
 
Toggle Footer
Top