Artikel ini adalah lanjutan dari artikel pertama, dituliskan khusus untuk menanggapi pernyataan dari surat edaran Paskah gereja Yesus sejati, mengenai penolakan terhadap Perayaan Paskah.
3. Asal-usul kata EASTER :
1. Kata ini berasal dari nama dewi musim semi suku kuno Anglo Saxon (Inggris) yang bernama Eostre atau Ostara atau Ishtar.
2. Funk & Wagnall’s Stand. Ref. encyclopedia mencatat: “Meskipun Paskah adalah perayaan Kristen namun…nama aslinya hilang di masa lalu yang suram. Beberapa sarjana percaya bahwa kata ini mungkin, bersumber dari Eastre, dewi musim semi dan dewi kesuburan suku Anglo Saxon, … Perayaan ini dilakukan pada “Titik Musim Semi Matahari” (The vernal equinox) … di sini tradisi digabung dengan perayaan … kelinci paskah adalah lambang kesuburan, sedangkan telur paskah yang dilukis menggambarkan sinar matahari pada musim semi.
3. The Layman’s Bible encyclopedia (th. 1964) mencatat: Ostara/ Eostra (Easter) adalah sebuah perayaan penyembahan berhala pada musim semi yang jatuh pada “ the vernal equinox ” **, Adapun lambang dari perayaan ini adalah kebangkitan alam setelah musim dingin … kelinci … dan telur yang diwarnai yang melambangkan munculnya kembali matahari … Nama-nama yang berhubungan: Easter = Eostre = Isthar = Astarte (The queen of heaven) = Ashtoreth (Ibrani) = Asyera (1Raj 18:19).
Respon: Ini keliru, Gereja Kristus yang Katolik telah
mengarungi bahtera zaman dalam rentang waktu 2000 tahun lebih. Dan sekarang
komunitas ini malah menyebut Perayaan Paskah yang dipelihara hampir ribuan
tahun oleh Gereja Katolik lalu tiba-tiba lenyap sendiri, apakah hal itu masuk
di akal? Tidak bisakah Kristus yang merupakan sumber dari Perayaan Paskah itu menjaga perayaan umatNya yang ditujukan
kepada KebangkitanNya? Bukankah Yesus sendiri berkata "dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat
28:20). Apabila komunitas ini berpendapat seperti ini maka yang menjadi
pertanyaannya sekarang adalah siapa meneruskan ajaran- ajaran sejati dari para
Rasul?
Memang kini banyak sekali orang yang menduga bahwa Easter berasal dari nama
dewi Isthar atau dewi Eostre/Ostara. Memang sekilas bunyinya mirip,
seperti halnya juga, bahwa besar kemungkinan kata “Easter” berakar dari kata
“Eostur”, yang berarti “musim kebangkitan” (season of rising) yang
mengacu kepada musim semi. Maka kata “Easter” digunakan di Inggris, “Eastur” di
bahasa Jerman kuno, sebagai kata lain musim semi. Sedang di negara- negara
lain, digunakan istilah yang berbeda: “Pascha” (bagi Latin dan Yunani), ”
Pasqua” (Italia), “Pascua” (Spanyol), “Paschen” (Belanda), …dst yang semua berasal
dari kata Ibrani (“Pesach”) yang artinya “Passover”.
Namun jika kita melihat kepada bahasa Jerman, kata Ostern (yang artinya
Easter) berasal dari kata Ost (east atau terbitnya matahari), dan berasal dari
bentuk kata Teutonik yaitu erster (artinya yang pertama/ first) dan stehen
(artinya berdiri/ stand) yang kemudian menjadi ‘erstehen’ (bentuk kuno dari
kata kebangkitan/ resurrection), yang kemudian menjadi ‘auferstehen’ (kata
kebangkitan dalam bahasa Jerman sekarang).
Jadi kata Ester/Eostur dalam bahasa Inggris yang berubah menjadi Easter,
adalah setara dengan kata Oster dalam bahasa Jerman yang kemudian menjadi
Ostern. Maka jika ada kemiripan bunyi Easter dengan Isthar itu hanya kebetulan,
dan tidak dapat dipaksakan bahwa bahwa keduanya berhubungan. Ini serupa dengan
memaksakan kata “belum” dalam bahasa Indonesia, yang dianggap mengacu kepada
kata “bloom” (artinya berkembang) dalam bahasa Inggris, yang bunyinya
mirip tapi tidak ada hubungan sama sekali, karena artinya pun lain. Jadi bukan
berarti karena sebutan Easter mirip dengan Isthar atau Eostre, maka ucapan “Happy
Easter” berkaitan dengan penyembahan berhala. Sebab bagi umat Kristen,
perayaan Easter/ Pascha/ Paska itu bersumber dari penggenapan nubuat Perjanjian
Lama di dalam kurban Salib Kristus yang memberikan buah Kebangkitan.
Dengan demikian
bukan berarti karena sebutan Easter mirip dengan Isthar atau Eostre, maka
ucapan “Happy Easter” berkaitan dengan penyembahan berhala. Sebab bagi
umat Kristen, perayaan Easter/ Pascha/ Paska itu bersumber dari penggenapan
nubuat Perjanjian Lama di dalam kurban Salib Kristus yang memberikan buah
Kebangkitan. Jangan lupa bahwa sedikit banyak nama hari- hari dalam bahasa
Inggris semua dapat dihubungkan dengan asal- usul pagan. Sebab Sunday,
berkaitan dengan matahari (Sun), Monday, dengan bulan (moon), Tuesday dengan
dewa Tiu, Wednesday dengan dewa Woden, Thursday dengan dewa Thor, Friday dengan
Freya, Saturday dengan Saturnus. Dan saya yakin bahwa komunitas gerejawi Yesus
sejati yang berdomisili di Negara Inggris pasti menggunakan kata-kata ini jadi
jika mau konsisten, sebaiknya mereka yang menolak menyebut Easter,
juga menolak semua nama hari dalam bahasa Inggris yang kedengarannya juga
berbau pagan.
Mungkin menarik
untuk diketahui bahwa William Tyndale (1494-1536), seorang tokoh pemimpin
Protestan, ahli dan penerjemah Kitab Suci yang terkenal, adalah yang pertama
kali memasukkan kata “Easter” di dalam Kitab Suci terjemahan bahasa
Inggris, dan bersamaan dengan itu ia juga menyebutkan kata Passover. Jadi
penggunaan kata “Easter” itu bukan ‘penemuan’ Gereja Katolik. Menurut St Beda
(wafat tahun 735), seorang sejarahwan besar Abad Pertengahan, istilah Easter
(yang berarti Paskah) tampaknya bermula di Inggris sekitar abad kedelapan. Kata
“Easter” berasal dari kata “Eoster”, nama dewi Teutonic, dewi terbitnya terang
hari dan musim semi dan kurban-kurban tahunan sehubungan dengannya. Jika inilah
asal kata Easter, maka Gereja “membaptis” nama tersebut, dan mempergunakannya
untuk menunjuk pada pagi hari Minggu Paskah pertama ketika Kristus, Terang
kita, bangkit dari makam dan ketika para perempuan mendapati makam kosong
sementara fajar mulai menyingsing.
Meski akar kata
Easter secara etimologis ada hubungannya dengan nama seorang dewi kafir ataupun
upacara-upacara kafir, namun makna perayaan yang dikandung dalam kata ini tak
diragukan lagi sungguh Kristiani. Dengan demikian, tidak perlulah kita
risau jika menggunakan kata “Easter”, karena bagi kita umat Kristiani kata itu
tidak mengacu kepada Isthar, tetapi kepada “Eostur”, “erster- stehen/ erstehen”
yang artinya mengacu kepada kebangkitan, yaitu Kebangkitan Kristus. Tidak seperti Hari Raya
Natal yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember dan “membaptis” perayaan
matahari oleh bangsa kafir Romawi sebelumnya, Easter atau Paskah sungguh
merupakan suatu perayaan yang unik.
Tentang telur Paskah: Jika kita membaca sejarah, kebiasaan orang
menghubungkan musim semi dengan telur itu sudah ada sejak zaman dahulu kala,
yaitu zaman Persia dan Mesir kuno, yang memulai tahun baru mereka pada musim
semi. Telur dimaknai sebagai simbol kelahiran/ kehidupan baru. Maka mereka
umumnya merayakan datangnya musim semi dengan saling menghadiahkan telur di
antara mereka. Kebiasaan ini juga sudah dirayakan pada masyarakat Eropa. Ketika agama Kristen masuk, perayaan telur itu diberi makna yang rohani.
Selain juga bahwa perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, maka telur juga
diberi makna sehubungan dengan perayaan Paskah. Dalam Masa Paskah kita
merayakan ataupun memperingati Pembaptisan kita yang maknanya adalah bahwa kita
telah mati terhadap dosa, untuk hidup baru bersama Kristus.
Demikian tertulis dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma:“Dengan
demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam
kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup
yang baru…. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati
bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Rom
6:4,11)
Dengan demikian, Kekristenan mengangkat dan menguduskan suatu perayaan yang
telah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Salah satu prinsipnya adalah ‘Grace
perfects nature‘/ Rahmat Tuhan menyempurnakan kodrat, artinya Tuhan tidak
serta merta meniadakan apa yang telah terjadi secara kodrati/ alamiah. Sejak
dahulu kala, manusia menghargai kehidupan dan datangnya musim semi yang menjadi
pertanda permulaan kehidupan baru, setelah berbulan-bulan lamanya melalui musim
dingin di mana alam seolah- olah telah mati. Perayaan kehidupan baru ini
memiliki makna yang religius dengan adanya perayaan Misteri Paskah, yang
olehnya kitapun dipersatukan dengan Kristus dalam kematian-Nya untuk
dibangkitkan bersama-Nya. Melalui masa Prapaskah kita melewati masa pertobatan,
yang mengingatkan kita agar mati terhadap dosa, untuk menyongsong kebangkitan
Kristus, di mana kita juga akan dibangkitkan bersama-Nya untuk memperoleh hidup
baru di dalam Dia.
Bahwa sekarang di internet kita lebih banyak mendapatkan informasi tentang
telur Paskah daripada makna Paskah itu sendiri kemungkinan berkaitan dengan
fakta bahwa makna telur sebagai simbol kehidupan baru dapat diterima setiap
orang dari segala bangsa dan agama; sedangkan makna Paskah sebagai perayaan
Kristus yang bangkit untuk memberi kehidupan baru dan kekal, itu hanya diterima
oleh mereka yang percaya kepada Kristus. Namun sebaiknya ini tidak menyurutkan
semangat kita untuk mewartakan Kristus, sebab Ia memberikan makna kehidupan
baru yang lebih sejati daripada simbolisme sebutir telur.
3. Hasil Konsili Nicea (TH. 325) Gereja
Katolik Roma :
1.
Paskah/Easter harus dirayakan pada minggu pertama setelah bulan Purnama Paskah
atau setelah “Titik Musim Semi Matahari” pada musim semi. (the vernal equinox).
2. Hari Paskah/Easter Day ditetapkan pada hari Minggu
pertama setelah bulan purnama, setelah “the vernal equinox”, karena Juruselamat
kita bangkit dari kematian pada hari Minggu.
Simbol-simbol Paskah
Telur
paskah:
1. Lambang kesucian Babel. Mereka percaya bahwa sebuah
telur berukuran luar biasa telah jatuh dari langit di sungai efrat dan dari
telur ini lahir Dewi Astarte (Easter/Paskah masa kini).
2. Bangsa
Yunani mempunyai Telur suci Heliopolis dan Telur Thyphon.3. Gereja Katolik Roma
mempunyai sebuah kantor perwakilan Ishtar - Bunda Kudus, yang di atasnya
terdapat telur suci Heliopolis dengan telur Thypon pada kakinya.
Kelinci Paskah:
1. Menurut ensiklopedi Britanika:Kelinci Paskah telah
memasuki kekristenan sejak zaman purbakala dan merupakan lambang kesuburan dan
hidup baru (dari Mesir).
2. Sebagai
lambang kesuburan karena kelinci berkembang-biak sangat cepat. Dalam seni
tradisional Kristen, kelinci menggambarkan “nafsu”; lukisan kadang menunjukkan
seekor kelinci pada kaki bunda suci Maria, yang menandakan kemenangan atas
godaan jasmani.
Respon: Pada awalnya, hari Paskah yang memperingati kebangkitan Kristus dirayakan
14 hari setelah “full moon of the vernal equinox“ yang berdasarkan pada
perhitungan perayaan Passover (Paskah) Yahudi. Pada awalnya, perayaan Paskah
bukan selalu jatuh hari Minggu, namun selalu jatuh 14 hari setelah full
moon. Kemudian pada Konsili Niceae (tahun
325), hari Paskah ditetapkan pada hari Minggu pertama setelah full moon, dengan
dasar yang paling utama adalah karena Kebangkitan Kristus jatuh pada hari
Minggu. Karena hari Minggu menjadi suatu keputusan konsili untuk merayakan
Paskah, maka hari Paskah tidak lagi terlalu persis 14 hari dari full moon. Oleh
karena itu, perayaan Paskah bervariasi dari tanggal 22 Maret sampai 25 April.
Walaupun tanggalnya bervariasi, yang terpenting adalah umat Allah merayakan
hari Paskah, hari yang paling penting bagi umat Allah. (Tentang telur Paskah sudah dijawab diatas)
Kesalahan lain dari kutipan diatas adalah frase "Hasil Konsili
Nicea (th.325) Gereja Roma Katolik", dengan frase ini, komunitas
ini seolah-olah mengganggap bahwa Gereja Katolik hanya terdiri dari Gereja
Katolik Roma saja. Padahal didalam Gereja Katolik masih ada 22 Gereja Katolik
Timur yang merupakan sebuah Gereja sui iuris dan bukan hanya sekedar sebuah
ritus saja. Konsili ini sendiri dipimpin oleh Uskup Hosius dari Cordoba
sebagai utusan Paus St. Silvester bersama dengan dua orang Imam utusan Paus St.
Silvester yaitu, Pater Vitus dan Pater Vinsensius. Hosius sendiri adalah orang
yang pertama menandatangani seluruh dekrit Konsili Nicea. Ia menandatanganinya
dalam nama, “Gereja Roma dan Gereja-gereja seluruh Italia, Spanyol dan
seluruh Barat”.
Anda penasaran
terhadap komunitas gerejawi Yesus sejati ini?
Setelah browsing
di Google beberapa hari yang lalu saya menemukan di biografi dari komunitas ini
(silahkan klik ini). Ada beberapa kejanggalan bahkan tidak masuk
diakal dalam biografi komunitas gerejawi ini. Contohnya saja ketika pendiri
komunitas ini (Barnabas Zhang) mengganggap, bahwa ia telah bertemu dengan Yesus
di dalam hutan. Kita pikir secara logis saja, Kristus itu mendirikan Gereja
hanya 1, tidak pernah ia menyuruh seseorang untuk mendirikan gereja lain selain
GerejaNya yang Katolik. Dan kita tahu, kita hidup didunia ini tidak sendirian,
ada yang namanya iblis, kita tahu bahwa iblis itu tidak cerdas sekaligus ia
juga tidak bodoh, ia bisa saja menyamar jadi Yesus atau Bunda Maria sekalipun“Hal itu tidak usah
mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah
suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan
kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka” (2 Korintus 11
:14-15).
Contohnya pada peristiwa iblis yang menyamar menjadi Yesus dan Maria di
Naju, Korea Selatan. Betapa banyak umat yang percaya bahwa Kristus telah
menampakan diri, saya sendiri terkejut mengapa
Gereja Katolik menolak peristiwa tersebut namun setelah saya lihat lebih lanjut
ternyata si Yulia Kim yang mengalami peristiwa tersebut sombong. Ia hendak
mendirikan Basilika di Bukit Naju dan menolak mengikuti deklarasi
ordinaris dan petunjuk pastoral. Mengapa iblis
sampai-sampai melakukan tindakan bodoh seperti ini? Karena Ia membenci kesatuan
Gereja Kristus yang selama 2012 tahun kurang, dihantam oleh berbagai bidaah,
persoalan, peperangan, berbagai macam isme namun terbukti hingga sekarang Gereja Katolik tetap utuh sepenuhnya.
Di biografi ini pula, komunitas ini mengaku-ngaku sebagai gereja
non-denominasi. Saya rasa ini hanyalah topeng belaka, yang
dijadikan sebagai pembeda dari gereja-gereja lainnya. Jika mau jujur pengajaran
komunitas ini, 90 persen hampir mirip dengan saudara-i kita yang telah
memisahkan diri yaitu Protestan. Kanon Alkitabnya pun sama (membuang 7 Kitab
Perjanjian Lama), tidak ada penghormatan terhadap Bunda Maria dan kepada para Kudus lainnya. Perbedaan yang jelas terlihat antara komunitas gerejawi
Yesus sejati ini dengan komunitas gerejawi Protestan adalah komunitas ini
betul-betul menolak Perayaan Natal dan Paskah.
Gereja Katolik selalu mengingat janji Kristus bahwa Roh Kudus akan
membimbing Gereja ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13), maka teladan para
rasul akan pengajaran iman itu juga dirumuskan dengan yang disebut suara
Segenap Gereja yang adalah Suara Roh Kudus itu sendiri. Lalu Gereja bermusyawarah dalam merumuskan pengajaran
iman dan hukum Gerejawi (Kis 15 : 22). Konsili Gereja ini dilaksanakan untuk
memberikan jawab kepada pertentangan-pertentangan ajaran dalam tubuh jemaat
(Kis 15 : 1 - 2),dan inilah Ketetapan Iman
yang harus menjadi dasar yang diyakini agar seluruh jemaat menurutinya (Kis 16
: 4).
Karena suara segenap Gereja yang diperoleh melalui Musyawarah / Konsili ini disebut sebagai
suara Roh Kudus sendiri, oleh karena itu suara Konsili inilah yang disebut
tidak dapat salah (Infallibility). Dan komunitas ini menolak salah satu dari
hasil keputusan Konsili Nikea yang merupakan Konsili Ekumenis pertama dalam
Gereja Purba dengan mengganggap bahwa Paskah itu adalah hari raya Pagan/
penyembahan berhala, dan secara langsung komunitas ini sungguh-sungguh sudah
melecehkan suara Roh Kudus dan menghina kerja keras dari Bapa Gereja.
Kesimpulannya adalah bukan Gereja Katolik yang salah terhadap Perayaan Paskah namun penafsiran dan sekaligus kemampuan untuk membaca Kitab Suci komunitas inilah yang salah. Masih banyak lagi hal-hal yang tidak logis berkaitan dengan komunitas gerejawi
ini, namun saya rasa cukup sampai disini saja. Semoga kita semakin hati-hati
dalam mempercayai sesuatu. Apabila sesuatu hal, membuat kita semakin mencintai
Kristus dan GerejaNya, maka sudah pantas kita menerimanya namun apabila itu
menyesatkan, lebih baik kita tidak usah mendekat bahkan sebaiknya lari dari
pada Iman kita diracuni.
Katolisitas Indonesia, orang muda dan awam Katolik dari Keuskupan Banjarmasin.
Dominus illuminatio mea!