Pada hari Kamis, Oktober 11 2012, atas undangan Bapa Suci Paus Benediktus XVI, Patriark Ekumenis Bartolomeus mengunjungi kota Roma, di
mana ia berbicara kepada orang banyak di Lapangan Basilika Santo Petrus dan menyampaikan
pesan pada kesempatan ulang tahun ke-50 sejak pembukaan Konsili Vatikan yang kedua. Anda dapat menemukan teksnya disini. Klik gambar untuk memperbesar.
- Latest Post
More Headlines
Patriarkh Didalam Gereja
Paus Fransiskus |
Kitab Hukum Kanonik yang tertua
menyatakan bahwa hanya ada tiga uskup yang mempunyai wewenang kepatriarkhan
yaitu Uskup Roma, Aleksandria dan Antiokhia. Penerus Rasul Petrus tentu
menempati tempat tertinggi dan merangkum di dalam dirinya semua jabatan. Ia tidak
hanya adalah uskup tetapi juga kepala otoritas gerejawi di daerah metropolitan
(umum sekarang dikenal sebagai Uskup agung), uskup tertinggi/ primat, dan
patriarkh yang utama. Setelah hirarki di antara uskup terbentuk, otoritas
tertinggi tetap ada pada Uskup Roma, yang kemudian dikenal dengan sebutan Paus.
Paus adalah kepala yang kelihatan dari seluruh Gereja. Sebagai uskup Roma, ia
memimpin keuskupan Roma; sebagai uskup metropolitan (uskup agung) ia memimpin
provinsi Roma, sebagai primat, ia memimpin para uskup Italia; dan sebagai
patriarkh ia memimpin seluruh Gereja Barat ritus Latin; sedangkan di
Gereja-gereja Timur, ia disebut sebagai imam tertinggi (supreme pontiff).
Sebelum Konsili
Nicea (325) dua uskup Timur yang mempunyai otoritas patriarkh yang sama adalah
uskup Aleksandria dan uskup Antiokhia. Agaknya sulit dijelaskan mengapa sampai
terbentuk dua daerah keuskupan ini. Uskup Aleksandria mengepalai uskup-uskup
Mesir, sedangkan Uskup Antiokhia mengepalai uskup-uskup di Syria, Asia Kecil,
Yunani dan daerah-daerah lainnya di Timur. Selanjutnya, menjadi pandangan
populer bahwa ketiga kepatriarkh-an ini berhubungan dengan Rasul Petrus. Rasul
Petrus mendirikan Gereja di Roma; di Antiokh dan di Aleksandria melalui
muridnya St. Markus.
Setelah agama
Kristen berkembang di abad ke-4, maka mulai banyak peziarah datang keHoly
Land (Tanah Suci). Sejak
saat itu Uskup Yerusalem mempunyai peran yang penting. Konsili Nicaea
memberikan penghormatan kepadanya, walau tetap mengakui keutamaan metropolis
Kaisarea, dan akhirnya melalui Juvenal Yerusalem (420-458) posisi keuskupan
Yerusalem diakui sebagai patriarkhat. Konsili Kalsedon (451) memisahkan
Palestina dan Arabia (Sinai) dari wilayah keuskupan Antiokhia dan dari mereka
terbentuklah Patriarkhat Yerusalem (Sess. VII dan VIII).
Namun naiknya
Konstantinopel ke jenjang Patriarkhat adalah sesuatu yang menimbulkan
kontroversi. Sebab pada awalnya yang yang mencetuskan Byzantium/ Konstantinopel
menjadi “Roma yang baru” adalah Kaisar Konstantin. Sepanjang beberapa abad,
para Paus menentang ambisi ini. Paus Damasus dan Gregorius Agung menolak untuk
mengakui kedudukan Keuskupan Konstantinopel di tempat kedua setelah Roma ini.
Namun demikian Konstantinopel berkembang karena dukungan Kaisar, karena
kebijakan sentral yang menguntungkan otoritas para uskup di daerah tersebut.
Konsili Kalsedon akhirnya menjadikan Konstantinopel sebagai patriarkhat dengan
Asia Kecil dan Thrace sebagai daerah yurisdiksi, dan memberikannya tempat kedua
setelah Roma (Kan. 28). Paus Leo Agung (440-461) menolak kanon ini, yang dibuat
tanpa kehadiran utusannya, dan selama berabad kemudian, Roma tetap menolak
untuk memberikan tempat kedua kepada Konstantinopel. Baru pada Konsili Lateran
yang ke-empat (1215) Patriarkh Latin di Konstantinopel diadakan, dan tahun 1439
Konsili Florence memberikannya kepada para patriarkh Yunani. Namun demikian, di
daerah Timur, kehendak Kaisar cukup kuat untuk menerima pengakuan bagi
kepatriarkh-annya sebagai patriarkh kedua, walaupun tidak secara hukum. Maka
urutannya menjadi Roma, Konstantinopel, Aleksandria, Antiokhia dan Yerusalem.
Respon Singkat Terhadap Legenda Palsu Paus Joan
Sebuah novel dengan judul "Pope Joan" |
Pertanyaan seperti ini memang jarang dirujukkan oleh
para non-katolik kepada umat Katolik. Saya sendiri tidak
pernah mendengar ada seorang dari 266 Penerus Tahkta St. Petrus yang berjenis
kelamin wanita dan bernama Joan. Awalnya saya mengetahui berita ini dari
seorang teman saya yang juga seorang Katolik yang menanyakan apakah betul ada
seorang paus yang bernama “Joan”. Pertanyaan ini sendiri sudah sangat lama
namun begitu membekas didalam pikiran saya, lalu saya mulai mencari-cari fakta
yang ada terhadap isu adanya seorang Paus yang berjenis kelamin wanita. Mulai
dari membaca daftar Paus Gereja Katolik (anda dapat menemukan daftarnya dengan mengklik link ini) hingga mencari-cari di situs populer
Katolik didunia maya.
Disini saya menyatakan
bahwa tidak pernah ada didalam Gereja Katolik seorang Paus yang bernama Joan
dan berjenis kelamin wanita. Mengapa? Sungguh menarik untuk dilihat. Saya memiliki
1 alasan mengapa saya menyampaikan argumen ini.
Alasan tersebut adalah didalam legenda palsu tidak didasari oleh fakta yang jelas dan memadai tak ada satupun fakta dan
tanggal yang jelas. Menurut cerita tersebut yang mulai sekitar abad ke13 ada
seorang wanita yang pandai yang menyamar menjadi lelaki dan memulai kariernya
menjadi seorang juru tulis dan dengan
berjalannya waktu Ia mulai memperoleh tempat yang tinggi dalam kehidupan
Gerejani hingga menjabat menjadi kardinal dan akhirnya menjadi seorang Paus.
Hingga seiring berjalannya waktu penyamaran wanita ini mulai terungkap ketika
Ia melahirkan seorang bayi ketika menaiki seekor kuda dan dalam arak-arakan ke
Basilika Santo Petrus dan Lateran lalu sejumlah massa yang melihat hal tersebut
menariknya turun dan melempari Ia batu sampai mati sekarat.
Saya sendiri
bingung mengapa legenda palsu ini terus bertahan hingga abad ke 20 saat ini.
Sekelompok orang mungkin menggunakan legenda ini mungkin menggunakan legenda
ini sebagai dasar bahwa seorang wanita tidak bisa menjadi seorang imam,
sementara orang lain menggunakan legenda palsu ini sebagai hal untuk menegaskan
bahwa wanita mesti diperhitungkan kecerdasannya dan kepandaiannya dalam
memecahkan suatu masalah.
Legenda ini dulunya pada abad ke-16 menjadi legenda
yang cukup populer dalam perdebatan antara apologet Katolik dengan apologet
Protestan dan ironisnya malah seorang protestan dari bangsa Prancislah membuktikan bahwa legenda itu palsu! Sungguh memalukan sekali, mereka yang
menyerang malah mereka yang tahu bahwa serangan mereka itu tidak ada
apa-apanya, seperti seseorang yang membawa tank kelas berat di tengah perang
tapi tidak memiliki peluru.
Semoga bermanfaat
Dominus Illuminatio Mea
Santo Isidorus dari Sevilla
Isodorus lahir di Cartagena, Spanyol pada tahun 560.
Ia dikenal sebagai seorang Uskup yang tergolong dalam bilangan pujangga gereja
karena perjuangannya demi kemajuan gereja, kebudayaan dan pendidikan di
Spanyol. Ia dididik di Sevilla oleh Leander, kakaknya sendiri, yang pada waktu
itu menjabat sebagai Uskup Sevilla. Selagi duduk di bangku sekolah, ia tidak
mencapai kemajuan berarti dalam berbagai ilmu yang diperolehnya. Walaupun ia
belajar dengan penuh semangat, namun hasil yang diperolehnya tidaklah memuaskan.
Hal ini menimbulkan kekecewaan besar; ia pun menyerah, putus asa, dan tidak mau
lagi berjuang. Lalu ia memutuskan untuk pulang saja ke kampung halamannya.
Dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya, ia
mendapat suatu pengalaman menarik di sebuah sumber air. Di sumber air itu, ia
melihat suatu batu besar yang berlubang karena titik-titik air yang menimpanya.
"Mengapa batu yang demikian keras dapat ditembusi oleh titik-titik air
yang lemah dan tak berdaya itu?" tanyanya dalam hati. Pengalaman ini
menumbuhkan suatu kesadaran baru dalam hati. Lalu ia memutuskan kembali kepada
kakaknya Leander untuk melanjutkan studinya.
Doa Santo Isidore Dari Sevilla Pelindung Internet
St. Isidorus dari Sevilla, seorang Uskup dan Pujangga Gereja dan dihormati sebagai Santo Pelindung Internet |
Doa Sebelum Membuka Internet
Allah yang mahakuasa dan kekal yang menciptakan kami dalam rupa-Mu
dan memanggil kami untuk mencari semua yang baik, benar, dan indah,
terutama di dalam pribadi ilahi Putra-Mu yang tunggal Tuhan kami Yesus
Kristus.
Kami mohon kepada-Mu dengan pengantaraan Santo Isidorus, Uskup
dan Pujangga Gereja, supaya selama perjalanan kami di internet kami
mengarahkan tangan dan mata kami kepada apa yang berkenan kepada-Mu dan
memperlakukan semua orang yang kami temui dengan kasih dan kesabaran. Demi
Kristus Tuhan kami. Amin.
Pesta Pemberkatan Basilika Lateran
Hari ini kita merayakan pesta
pemberkatan Gereja Basilik Lateran. Basilik agung ini didirikan oleh kaisar
Konstantinus Agung, putera Santa Helena, pada tahun 324. Dalam konteks sejarah
Gereja Kristen, basilik ini merupakan basilik agung yang pertama, yang melambangkan
kemerdekaan dan perdamaian di dalam Gereja setelah tiga-abad lebih berada di
dalam kancah penghambatan dan penganiayaan kaisar-kaisar Romawi yang kafir.
Pemberkatannya yang kita peringati pada hari ini merupakan peringatan akan
kemerdekaan dan perdamaian itu.
Memang semenjak zaman para rasul,
sudah ada tempat-tempat berkumpul untuk merayakan Ekaristi serta mendengarkan
Firman Tuhan. Namun karena ketenteraman Gereja selalu diselingi dengan
aksi-aksi pengejaran dan penganiayaam terhadap orang Kristen, maka gereja-gereja
pada waktu itu hanyalah berupa sebuah ruangan di dalam rumah-rumah tinggal
orang Kristen. Selama berkobarnya penganiayaan, upacara-upacara keagamaan
biasanya dirayakan di katekombe-katekombe, yaitu kuburan bawah tanah di luar
kota.
Salah satu interior bagian atas basilika |
Ketika Kaisar Konstantinus bertobat
dan mengumumkan edik Milano Dada tahun 303, ia memusatkan perhatiannya pada
pembangunan gereja-gereja yang indah. Ibunya Santa Helena menjadi salah seorang
pendorong dan pembantu dalam usaha mendirikan gereja-gereja itu. Gereja pertama
yang dibangun ialah Basilik Agung Penebus Mahakudus di Lateran. Letaknya di
atas bukit Goelius dan tergabung dengan istana kekaisaran, Lateran. Gereja ini
diberkati dengan suatu upacara agung dan meriah oleh Sri Paus Silvester I
(314-335) pada tahun 324. Karena basilika itu merupakan gereja katedral untuk
Uskup Roma yang sekaligus menjabat sebagai Paus, maka basilik itu pun disebut
'induk semua gereja', baik di Roma maupun di seluruh dunia. Karena itu juga
basilik Lateran merupakan gereja paroki bagi seluruh umat Katolik sedunia.
Basilik itu sekarang disebut Gereja Santo Yohanes Lateran.
Mula-mula pesta ini hanya dirayakan di
Roma, namun lama kelamaan menjadi pesta bagi seluruh gereja. Dalam pesta ini,
selain kita mengenang dan memperingati kemerdekaan dan perdamaian yang dialami
Gereja, kita juga mau mengungkapkan cinta kasih dan kesatuan kita dengan Uskup
Roma, yang sekaligus menjabat sebagai Paus, pemersatu seluruh Gereja dalam
cinta kasih Kristus.
Gereja, tempat kita berkumpul
merupakan tanda dan lambang Gereja, Umat Allah. Gereja yang sebenarnya tidak
dibangun dari kayu dan batu yang mati, melainkan dari batu yang hidup. Kitalah
batu hidup yang membentuk rumah Allah itu, kediaman Roh Kudus yang indah
berseri karena hidup suci. Apakah kita dalam hidup sehari-hari ikut membangun
Gereja yang hidup itu?
Perang Salib, Inikah Sejarah Kelam Gereja Katolik?
Perang Salib, satu di antara dua hal
yang paling sering dipakai untuk menyerang Gereja Katolik. Satu hal yang lain
ada Inkuisisi. Sering penyerang mengutip fakta sejarah separuh-separuh, sedang
mereka yang diserang tidak tahu fakta sejarah sama sekali. Mari kita kali ini
melihat masalah Perang Salib secara umum.
Sebenarnya Perang Salib itu apa?
Sebenarnya Perang Salib itu apa?
Perang Salib sering digambarkan sebagai
usaha orang Kristen Eropa untuk menduduki tanah Islam, yaitu Timur Tengah.
Orang Islam sendiri digambarkan sebagai pihak yang cinta damai. Ini adalah
gambaran yang salah. Secara historis, sebagian daerah Timur Tengah adalah tanah
Kristen. Meski propaganda Islam mengatakan bahwa agama Islam adalah agama
damai, kenyataannya tidak demikian. Islam berkembang melalui peperangan.
Pada saat kelahiran Islam pada abad ketujuh, Muhammad memimpin perang di
Jazirah Arab. Pasukan Arab Islam menghadapi dua kerajaan besar dunia waktu itu
yang saling berperang, Byzantium dan Persia. Byzantium didominasi oleh Kristen
sedang Persia oleh Zoroaster.
Kerajaan Persia
berhasil ditaklukkan dan terserap ke dominasi Islam.(1) Zoroaster sekarang
tinggal dijalankan oleh sejumlah kecil keluarga. Sekarang tujuan invasi Islam
tinggl satu yaitu Byzantium. Seluruh tentara Byzantium di Timur Tengah
dikalahkan oleh tentara Arab Islam pada 636 dan Yerusalem jatuh pada tahun
638.(2)
Invasi Islam |
Pada abad kedelapan,
bangsa Arab, sambil membawa Islam, telah menaklukkan seluruh Afrika Utara, yang
sebelumnya didiami orang Kristen.(1) Penduduk Afrika Utara, bangsa Berber, yang
sebelumnya Kristen sekarang menjadi Islam. Bahkan tentara Berber Islam pada
tahun 711 telah mendarat di daratan Spanyol atas nama Kekhalifahan Umayyad
(Arab) dan menghancurkan pasukan Kristen Visigoth. Pada tahun 712 mereka telah
mencapai jantung Semenanjung Iberia. Pada tahun 730, tentara Berber Islam
(ditambah tentara Arab Islam yang datang belakangan) ini telah memasuki jantung
Perancis. Mereka akhirnya dapat ditahan oleh Charles Martel di Pertempuran
Tours (Poitiers) pada tahun 732.(2)
Bataille de Poitires, oleh Charles de Steuben Perhatikan Salib tegak berdiri |
Kisah penaklukan dunia oleh bangsa Islam
tidak berhenti di sana. Pada abad kedelapan, bangsa Islam telah menguasai
Sisilia (bagian Italia sekarang) dan beberapa pulau Mediterania.(2) Pada abad
kesebelas, dunia Islam dipimpin oleh bangsa Turki (Kekhalifahan Ottoman),(2)
yang telah menaklukkan Asia Kecil (Republik Turki sekarang), yang juga merupakan
daerah Kristen. Semua daerah Kristen ini (kecuali Spanyol dan Perancis) adalah
wilayah Byzantium dulunya. Kerajaan Byzantium yang dulunya luas sekarang hanya
tersisa sedikit.
Bahkan Kerajaan Byzantium sekarang
menghadapi masalah besar yaitu tentara Islam yang berkemah di luar ibukota
Constantinople. Penguasa Constantinople meminta bantuan kepada kerajaan Eropa
lainnya. Paus Urban II menjawab pada Konsili Clermont 1095 dengan meminta para
ksatria Eropa untuk membantu Byzantium. Ini lah yang menjadi Perang Salib.
Perang salib bukanlah usaha Paus yang gila kuasa untuk menyerang kaum lemah
lembut cinta damai. Perang Salib adalah usaha bangsa Kristen Eropa untuk
bertahan dari gempuran Islam, yang dalam 400 tahun telah berhasil menguasai 2/3
tanah Kristen dan mengeringkan 3/5 Patriarchate (Alexandria, Antiokhia,
Yerusalem).(1)
Wilayah Kekhalifahan Ottoman, pada saat kejayaannya |
Tentara Salib sendiri sering digambarkan
sebagai tentara yang haus kekayaan, ketenaran dan popularitas. Para pemimpin
Tentara Salib katanya adalah anak bangsawan kedua atau ketiga, yang tidak
memiliki tanah dan kuasa karena mereka bukan ahli waris. Tujuan mereka
bergabung dengan Tentara Salib adalah demi mendapatkan gelar, kuasa, kekayaan
dan tanah. Kenyataannya berbeda jauh. Pemimpin Tentara Salib adalah para raja
suatu kerajaan atau putra mahkota. Tujuan mereka bersifat spiritual. Mereka
bergabung dengan Tentara Salib sebagai tanda penitensi dan peziarahan. Gereja
Katolik sendiri memberikan para Tentara Salib indulgensi peziarah. Banyak di
antara mereka rela menggadaikan tanah milik mereka demi membiayai pengadaan
pasukan dan artileri yang tidak sedikit. Banyak di antara mereka akhirnya
pulang dalam keadaan miskin.(1)
Tujuan Perang Salib ada dua. Pertama membantu Gereja Timur menangkal serangan Islam, sebagaimana yang mereka minta. Kedua, menguasai Yerusalem lagi yang telah ditaklukkan oleh Islam sehingga orang Kristen dapat berziarah dengan aman.(1) Ketika berada di bawah kekuasaan tentara Arab Islam, bangsa Kristen tetap diberi kebebasan menjalankan ziarah ke Yerusalem (kecuali saat kekuasaan Kalifah Hakim si Gila, yang menghancurkan gereja dan menganiaya orang Yahudi dan Kristen). Hal ini berbeda saat dunia Islam dipimpin oleh bangsa Turki (Kekhalifahan Ottoman). Mereka menutup kota Yerusalem. Orang Kristen dilarang berziarah.(2) Tentara Salib tidak pernah berniat menduduki Jazirah Arab, rumah kelahiran Islam. Ini menandakan bahwa Perang Salib murni bersifat bertahan.(3)
Tujuan Perang Salib ada dua. Pertama membantu Gereja Timur menangkal serangan Islam, sebagaimana yang mereka minta. Kedua, menguasai Yerusalem lagi yang telah ditaklukkan oleh Islam sehingga orang Kristen dapat berziarah dengan aman.(1) Ketika berada di bawah kekuasaan tentara Arab Islam, bangsa Kristen tetap diberi kebebasan menjalankan ziarah ke Yerusalem (kecuali saat kekuasaan Kalifah Hakim si Gila, yang menghancurkan gereja dan menganiaya orang Yahudi dan Kristen). Hal ini berbeda saat dunia Islam dipimpin oleh bangsa Turki (Kekhalifahan Ottoman). Mereka menutup kota Yerusalem. Orang Kristen dilarang berziarah.(2) Tentara Salib tidak pernah berniat menduduki Jazirah Arab, rumah kelahiran Islam. Ini menandakan bahwa Perang Salib murni bersifat bertahan.(3)
St. Bernard de Clairvaux, Preaching for Crusade, pelukis tidak diketahui |
Perang Salib adalah perang. Ini bearti
pasti ada pembunuhan dan aneka tindakan brutal lainnya. Meski bukan tujuan
utama, Tentara Salib tidak menolak jarahan tetapi penjarahan adalah suatu
tindakan lazim dalam perang meski sampai kini. Perang Salib juga tidak
ditujukan untuk menyerang kaum Yahudi meski pada kenyataannya beberapa daerah
Yahudi diserang. Atas kejadian, ini Paus, para uskup dan pengkhotbah (mis. St.
Bernard) jelas-jelas mengutuknya. Korban di pihak Yahudi dapat dianggap sebagai
“collateral damage” yang pasti terjadi di setiap perang.(1)
Episode Perang Salib
Setelah membersihkan benak dari berbagai mitos tidak benar akan Perang Salib, mari kita sekarang melihat episode Perang Salib itu sendiri.
Perang Salib Pertama
Pada 1071, tentara Byzantium berhasil dikalahkan oleh tentara Turki Islam di Manzikert, dekar Armenia. Ini bearti seluruh wilayah Byzantium di Asia Kecil terbuka tanpa pertahanan. Dengan cepat tentara Turki Islam ini berkemah di Nicea, dekat Constantinople, ibukota Byzantium. Kaisar Byzantium, Alexius Comnenus, memohon bantuan kepada Paus. Sialnya Paus saat itu, Gregorius VII, meski sempat berpikiran untuk memimpin langsung bala bantuan ke Byzantium, sedang ribut dengan Kaisar Romawi Suci, Henry IV, dan invasi Normandia oleh Robert Guiscard.(2)
Episode Perang Salib
Setelah membersihkan benak dari berbagai mitos tidak benar akan Perang Salib, mari kita sekarang melihat episode Perang Salib itu sendiri.
Perang Salib Pertama
Pada 1071, tentara Byzantium berhasil dikalahkan oleh tentara Turki Islam di Manzikert, dekar Armenia. Ini bearti seluruh wilayah Byzantium di Asia Kecil terbuka tanpa pertahanan. Dengan cepat tentara Turki Islam ini berkemah di Nicea, dekat Constantinople, ibukota Byzantium. Kaisar Byzantium, Alexius Comnenus, memohon bantuan kepada Paus. Sialnya Paus saat itu, Gregorius VII, meski sempat berpikiran untuk memimpin langsung bala bantuan ke Byzantium, sedang ribut dengan Kaisar Romawi Suci, Henry IV, dan invasi Normandia oleh Robert Guiscard.(2)
Kota Manzikert terletak di atas kanan yang ada tulisan 1071 |
Permohonan putus asa Byzantium ini baru
mendapatkan perhatian yang memadai oleh Paus berikutnya, Paus Urban II. Pada
musim semi 1095, paus mengizinkan utusan Byzantium untuk menyampaikan
permohonan mereka di Konsili Piacenza. Paus Urban II memberi hukuman bagi
bangsawan yang enggan membantu. Kemudian Paus, pada 27 November 1095,
memberikan khotbah pada Konsili Clermont. Reaksi para pendengar sungguh
mengagetkan.(2)
Serendak seluruh peserta Konsili merespon positif. Mereka mengambil salib merah sebagai lambang tentara. Dalam beberapa jam, seluruh kain berwarna merah lenyap dari kota karena dipotong menjadi lambang salib dan dijahit ke pakaian para kesatria.(3) Petani pun merespon seruan ini. Ribuan petani dan kesatria tak berpengalaman berjalan kaki dari Eropa ke Timur Tengah dan memasuki daerah musuh tanpa garis komando yang jelas, tanpa pemimpin tunggal, tanpa logistik, tanpa taktik yang rinci. Mereka hanya ingin menolong Gereja Timur dan membebaskan Yerusalem. Alhasil, dengan mudahnya mereka dikalahkan. Tentara yang dibangun atas spontanitas ini disebut Tentara Salib Petani (Peasant Crusade) atau Tentara Salib Rakyat (Peoples’ Crusade). Karena tidak memiliki pemimpin, Tentara Salib ini bergerak tidak terpimpin. Beberapa kelompok, sedihnya, menyerang kaum Yahudi.(3) Para baron Frankis menghimpun kekuatan dan memimpin Tentara Salib dengan lebih persiapan yang lebih baik pada tahun 1096. Saat ini tidak ada raja yang ikut. Tentara Salib kali ini dipimpin oleh Bohemond of Taranto, Raymond of Tolouse, Hugh of Vermandois, Godfrey of Bouillon, Balwin of Bologne, Robert of Flanders, dan Robert of Normandy. Paus Urban II juga mengirimkan utusannya, Uskup Le Puy, Mgr. Adhemar, yang akan berperan menjada keharmonisan para pemimpin ini. (2,3)
Serendak seluruh peserta Konsili merespon positif. Mereka mengambil salib merah sebagai lambang tentara. Dalam beberapa jam, seluruh kain berwarna merah lenyap dari kota karena dipotong menjadi lambang salib dan dijahit ke pakaian para kesatria.(3) Petani pun merespon seruan ini. Ribuan petani dan kesatria tak berpengalaman berjalan kaki dari Eropa ke Timur Tengah dan memasuki daerah musuh tanpa garis komando yang jelas, tanpa pemimpin tunggal, tanpa logistik, tanpa taktik yang rinci. Mereka hanya ingin menolong Gereja Timur dan membebaskan Yerusalem. Alhasil, dengan mudahnya mereka dikalahkan. Tentara yang dibangun atas spontanitas ini disebut Tentara Salib Petani (Peasant Crusade) atau Tentara Salib Rakyat (Peoples’ Crusade). Karena tidak memiliki pemimpin, Tentara Salib ini bergerak tidak terpimpin. Beberapa kelompok, sedihnya, menyerang kaum Yahudi.(3) Para baron Frankis menghimpun kekuatan dan memimpin Tentara Salib dengan lebih persiapan yang lebih baik pada tahun 1096. Saat ini tidak ada raja yang ikut. Tentara Salib kali ini dipimpin oleh Bohemond of Taranto, Raymond of Tolouse, Hugh of Vermandois, Godfrey of Bouillon, Balwin of Bologne, Robert of Flanders, dan Robert of Normandy. Paus Urban II juga mengirimkan utusannya, Uskup Le Puy, Mgr. Adhemar, yang akan berperan menjada keharmonisan para pemimpin ini. (2,3)
Paus Urban II pada Konsili Clermont |
Tentara ini mencapai Constantinople pada
April 1907. Pada Juni 1097 mereka berhasil mengembalikan Nicea (kota dekat
Constantinople) ke tangan orang Kristen. Pada tanggal 1 Juli 1907, Tentara
Salib menyerang Dorylaeum. Pada Oktober 1907, Tentara Salib mencapai Antiokhia
dan mengepungnya. Pada tahun 1908 Antiokhia dibebaskan. Meski sempat
dikempung balik, Tentara Salib berhasil menghalau tentara Turki Islam pada
tanggal 28 Juni 1098. Para pemimpin setuju untuk beristirahat hingga
tanggal 1 November 1098. Pada bulan Agustus, Uskup Adhmar meninggal tanpa
meninggalkan pengganti. Sekarang para pemimpin kehilangan pemersatu. Bohemond
enggan berangkat dan ingin menguasai Antiokhia sendirian. Raymond of Tolouse
tetap ingin menyerang Yerusalem. Para tentara mendung Raymond bahkan mengancam
akan merubuhkan tembok kota bila mereka diperintah untuk tinggal di
Antiokhia.(3) Pada tanggal 13 Januari 1099, Raymond
memimpin Tentara Salib menuju Yerusalem. Pada tanggal 7 Juni, Tentara Salib
berhasil melihat Yerusalem dari Mountjoy, tempat para peziarah menatap
Yerusalem pertama kali dalam peziarahan mereka. Saat ini ditandai dengan air
mata haru dan ucapan syukur sambil berlutut oleh para tentara kepada Tuhan
karena telah menyertai peziarahan mereka.(3)
Pengepungan Yerusalem lebih sulit daripada Antiokhia. Di tengah keputus-asaan, seseorang dari tentara mengatakan bahwa ia mendapat mimpi dari Uskup Adhemar yang meminta mereka mengitari tembok Yerusalem di siang hari terik dengan telanjang kaki, berpuasa dan memohon kepada Tuhan. Para tentara mendapatkan semangat mereka lagi dan benar-benar melakukan permintaan Uskup Adhemar. Pada tanggal 15 Juni 1099, Tentara Salib mulai menyerang kota Yerusalem lagi. Godfrey of Bouillon bahkan melakukannya sambil memanggul salib. Tentara Godfrey berhasil masuk dan membuka Gerbang St. Stefanus. Tetapi Yerusalem baru jatuh setelah tentara Raymond ikut masuk ke Yerusalem. (3)
Pengepungan Yerusalem lebih sulit daripada Antiokhia. Di tengah keputus-asaan, seseorang dari tentara mengatakan bahwa ia mendapat mimpi dari Uskup Adhemar yang meminta mereka mengitari tembok Yerusalem di siang hari terik dengan telanjang kaki, berpuasa dan memohon kepada Tuhan. Para tentara mendapatkan semangat mereka lagi dan benar-benar melakukan permintaan Uskup Adhemar. Pada tanggal 15 Juni 1099, Tentara Salib mulai menyerang kota Yerusalem lagi. Godfrey of Bouillon bahkan melakukannya sambil memanggul salib. Tentara Godfrey berhasil masuk dan membuka Gerbang St. Stefanus. Tetapi Yerusalem baru jatuh setelah tentara Raymond ikut masuk ke Yerusalem. (3)
Mungkin gambar ini lebih cocok untuk Tentara Salib yang berziarah |
Pada Juli 1099, Yerusalem berhasil
dibebaskan. Terjadi Penjarahan dan pembunuhan orang tidak berdosa (The Sack of
Jerusalem). Baik Raymond maupun Godfrey tidak terlibat dan tidak menyetujui
tindakan ini. Banyak pihak menyalahkan Tentara Salib akan Penjarahan Yerusalem
ini, bahkan menambahkan pembantaian menyebabkan banjir darah hingga setinggi
mata kaki. Pembantaian dan penjarahan kota taklukan adalah sesuatu yang biasa
pada perang terutama perang zaman dahulu. Meski ini terlihat brutal dari
kacamata modern, ini adalah sesuatu yang lazim bagi Abad Pertengahan. Mengenai
darah setinggi mata kaki, hal itu jelas tidak mungkin. Dengan luas kota
Yerusalem, dibutuhkan banyak sekali korban untuk bisa menggenangi seluruh kota
dengan darah hingga setinggi mata kaki. Jumlah penduduk di sekitar Yerusalem
saat itu pun tidak akan mencukupi.(4) Kerajaan Salib di Timur Tengah
didirikan. Raymond dan Godfrey menolak mahkota Yerusalem dengan alasan mereka
tidak mau mengenakan mahkota emas sementara Tuhan Yesus mengenakan mahkota
duri. Godfrey setuju untuk menjaga Yerusalem. Dia menggunakan gelar “Pembela
Makam Suci” (Defender of the Holy Sepulcher). Kebanyakan dari tentara berziarah
ke Makam Suci, menuntaskan sumpah mereka dan kembali ke Eropa.(3) Sebenarnya
istilah “perang salib” adalah istilah modern. Orang yang terlibat dalam “perang
salib” itu sendiri menggunakan istilah “ziarah”.(2)
Tentara Salib berhasil membangun Kerajaan Salib, yang dibagi menjadi empat wilayah County of Edessa, Principality of Antiochia, County of Tripoly, dan Kingdom of Jerusalem.(2) Untuk menjamin keamanan Yerusalem, ordo militer Kesatria St John (Knight of St. John, atau Hospitaller) didirikan. Sayangnya kejayaan ini tidak bertahan lama.(3)
Tentara Salib berhasil membangun Kerajaan Salib, yang dibagi menjadi empat wilayah County of Edessa, Principality of Antiochia, County of Tripoly, dan Kingdom of Jerusalem.(2) Untuk menjamin keamanan Yerusalem, ordo militer Kesatria St John (Knight of St. John, atau Hospitaller) didirikan. Sayangnya kejayaan ini tidak bertahan lama.(3)
Kingdom of Crusade |
Perang Salib Kedua
Pada 24 Desember 1144, County of Edessa jatuh ke tangan Turki dan Kurdi, yang dipimpin oleh Zengi.(1,3) Bangsa Eropa merasa perlunya Perang Salib baru. Raja Perancis, Louis VII of France dan Raja Jerman, Conrad III, memimpin Perang Salib Kedua yang gagal ini. Parahnya lagi, Tentara Salib menyerang Damaskus, kota yang awalnya merupakan sekutu Tentara Salib. Kegagalan yang kontras dengan Perang Salib Pertama ini membuat bangsa Eropa merasa diri dihukum Tuhan. Akibatnya, banyak gerakan awam bangkit memperbaiki kehidupan religius masyarakat Eropa saat itu. Kaum awam pun ikut berperan dengan puasa dan doa. Namun Tuhan berkata lain. Di pihak Islam bangkit Saladin, pemimpin hebat dari suku Kurdi, yang berhasil mempersatukan dunia Islam melawan kerajaan Kristen Eropa yang terpecah-pecah. Pada 1187, sultan yang gemar menyerukan jihad terhadap orang Kristen ini menang mutlak di Pertempuran Hattin. Sejak saat itu, satu per satu kota Kerajaan Salib jatuh ke tangan tentara Islam, termasuk Yerusalem pada tanggal 2 Oktober 1187. Kejadian inilah yang diangkat ke layar lebar dalam “Kingdom of Heaven”. Hanya tersisa beberapa pelabuhan yang dikuasai Tentara Salib. Relik Salib Suci diambil oleh tentara Islam.(1)
Pada 24 Desember 1144, County of Edessa jatuh ke tangan Turki dan Kurdi, yang dipimpin oleh Zengi.(1,3) Bangsa Eropa merasa perlunya Perang Salib baru. Raja Perancis, Louis VII of France dan Raja Jerman, Conrad III, memimpin Perang Salib Kedua yang gagal ini. Parahnya lagi, Tentara Salib menyerang Damaskus, kota yang awalnya merupakan sekutu Tentara Salib. Kegagalan yang kontras dengan Perang Salib Pertama ini membuat bangsa Eropa merasa diri dihukum Tuhan. Akibatnya, banyak gerakan awam bangkit memperbaiki kehidupan religius masyarakat Eropa saat itu. Kaum awam pun ikut berperan dengan puasa dan doa. Namun Tuhan berkata lain. Di pihak Islam bangkit Saladin, pemimpin hebat dari suku Kurdi, yang berhasil mempersatukan dunia Islam melawan kerajaan Kristen Eropa yang terpecah-pecah. Pada 1187, sultan yang gemar menyerukan jihad terhadap orang Kristen ini menang mutlak di Pertempuran Hattin. Sejak saat itu, satu per satu kota Kerajaan Salib jatuh ke tangan tentara Islam, termasuk Yerusalem pada tanggal 2 Oktober 1187. Kejadian inilah yang diangkat ke layar lebar dalam “Kingdom of Heaven”. Hanya tersisa beberapa pelabuhan yang dikuasai Tentara Salib. Relik Salib Suci diambil oleh tentara Islam.(1)
Kekalahan Tentara Salib pada Pertempuran Hattin |
Perang Salib
Ketiga
Kekalahan tragis
ini memancing Perang Salib Ketiga, yang dipimpin oleh Kaisar Jerman Frederik I
Barbarossa, Raja Perancis Philip II Agustus, dan Raja Inggris Richard I
Lionheart. Kaisar Barbarossa tenggelam saat berusaha menyembragi sungai
dengan kuda lengkap dengan baju zirahnya. Tentara Jerman pulang. Raja Phillip
II juga pulang setelah berhasil mengalahkan kota Acre. Perang Salib Ketiga
sekarang menjadi tanggung jawab penuh Raja Richard. (1)
Ilustrasi yang menggambarkan tenggelamnya Barbarossa |
Raja Richard I Lionheart adalah petarung
unggul, ahli taktik yang berpengalaman dan pemimpin yang hebat, bahkan
dihormati oleh Sultan Saladin. Sebenarnya kedua pemimpin ini saling menghormati
dan saling mengakui. Raja Richard berhasil mengusai seluruh pantai Timur
Tengah, tetapi tidak berhasil menguasai Yerusalem. Richard kemudian mengadakan
gencatan senjata dengan Saladin dan kembali ke Eropa. Saladin berjanji akan
mengizinkan peziarah memasuki Yerusalem selama mereka tidak bersenjata. (1)
Perang Salib Keempat (1201-1204)
Perang Salib Keempat, meski lebih
dipersiapkan dan lebih heboh, tetap gagal bahkan berakibat pahit, yaitu
penjarahan Constantinople. (1) Mengapa Perang Salib Keempat ini begitu bodoh,
silakan lihat di sini.
St. Louis IX |
Perang Salib
Kelima (1217-1221)
Paus Innocent
III berniat membentuk Tentara Salib kelima tetapi meninggal seblum
menyelesaikannya (1217). Perang Salib kelima ini ditujukan ke Mesir tetapi
gagal juga. (3)
Perang Salib
Keenam dan Ketujuh
Raja Perancis, St. Louis IX memimpin dua Perang salib dalam hidupnya. Yang pertama berhasil menguasai Damietta di Mesir, namun tentara Islam berhasil merebutnya kembali. Usaha kedua dihabiskan oleh St. Louis IX terutama untuk memperkuat pertahanan tanpa berhasil menguasai Yerusalem. Pada 1290, beliau berusaha menyerang Tunis namun meninggal dalam perjalanan karena sakit dan usia tua. Pada tahun 1291, tentara Islam berhasil mengusir Tentara Salib, Kerajaan salib lenyap dari peta. (1,3)
Mengapa Perang Salib gagal?
Raja Perancis, St. Louis IX memimpin dua Perang salib dalam hidupnya. Yang pertama berhasil menguasai Damietta di Mesir, namun tentara Islam berhasil merebutnya kembali. Usaha kedua dihabiskan oleh St. Louis IX terutama untuk memperkuat pertahanan tanpa berhasil menguasai Yerusalem. Pada 1290, beliau berusaha menyerang Tunis namun meninggal dalam perjalanan karena sakit dan usia tua. Pada tahun 1291, tentara Islam berhasil mengusir Tentara Salib, Kerajaan salib lenyap dari peta. (1,3)
Mengapa Perang Salib gagal?
Pada zaman
Perang Salib, tentara Islam tumbuh menjadi kekuasaan adidaya dunia. Mereka
mengusai perdagangan dan ilmu pengetahuan. Salah satu hal penting lainnya
adalah tentara Islam lebih bersatu dibandingkan kerajaan Eropa. (1)
Sementara pihak lain menuding kelemahan iman bangsa Kristen Eropa, (1) saya ingin melihat dari sudut yang lebih duniawi. Tentara Salib berasal dari Eropa, menempuh perjalanan jauh hingga ke Timur Tengah. Saat itu, transportasi tidak sebagus sekarang. Korban jatuh dengan cepat selama perjalanan, entah karena kelelahan atau kecapaian. Medan pertempuran juga berbeda. Medan Eropa berupa hutan di mana kuda adalah suatu keuntungan sementara di Timur Tengah, medan perang berupa padang pasir panas di mana unta adalah keuntungan. Belum lagi peristiwa bodoh tenggelamnya Kaisar Barbarossa. Ini menandakan Tentara Salib tidak menguasai medan dengan baik. Sistem logistik belum berkembang. Tentara Salib bertempur dengan baju zirah yang cocok di udara sejuk Eropa tetapi baju perang tentara Islam yang simpel terbukti lebih cocok untuk udara gurun. Sering terjadi perdebatan kekuasaan antara pemimpin Tentara Salib yang baru datang dengan penguasa Kerajaan Salib yang sudah ada duluan. Ini disebabkan karena kerajaan Kristen Eropa bukan suatu kerajaan tunggal sehingga persaingan kuasa terjadi. Belum lagi, kudeta dan perang yang terjadi di daerah asal sementara sang raja berperang di Timur Tengah. Semua hal ini menyebabkan kekalahan Tentara Salib.
Perkembangan Lanjut
Sementara pihak lain menuding kelemahan iman bangsa Kristen Eropa, (1) saya ingin melihat dari sudut yang lebih duniawi. Tentara Salib berasal dari Eropa, menempuh perjalanan jauh hingga ke Timur Tengah. Saat itu, transportasi tidak sebagus sekarang. Korban jatuh dengan cepat selama perjalanan, entah karena kelelahan atau kecapaian. Medan pertempuran juga berbeda. Medan Eropa berupa hutan di mana kuda adalah suatu keuntungan sementara di Timur Tengah, medan perang berupa padang pasir panas di mana unta adalah keuntungan. Belum lagi peristiwa bodoh tenggelamnya Kaisar Barbarossa. Ini menandakan Tentara Salib tidak menguasai medan dengan baik. Sistem logistik belum berkembang. Tentara Salib bertempur dengan baju zirah yang cocok di udara sejuk Eropa tetapi baju perang tentara Islam yang simpel terbukti lebih cocok untuk udara gurun. Sering terjadi perdebatan kekuasaan antara pemimpin Tentara Salib yang baru datang dengan penguasa Kerajaan Salib yang sudah ada duluan. Ini disebabkan karena kerajaan Kristen Eropa bukan suatu kerajaan tunggal sehingga persaingan kuasa terjadi. Belum lagi, kudeta dan perang yang terjadi di daerah asal sementara sang raja berperang di Timur Tengah. Semua hal ini menyebabkan kekalahan Tentara Salib.
Perkembangan Lanjut
Pada tahun 1480,
Sultan Mehmet II menguasai Otranto dan berniat menguasai Roma. Sultan ini
meninggal tiba-tiba dan rencananya pun ikut meninggal bersama dengannya. Pada
1529, Sultan Sulaiman The Magnificent mengepung Wina tetapi gagal merebutnya
karena tidak membawa artileri yang memadai lantaran hujan lebat.(1) Saya akan
membahas kisah heroik martir Otranto di sini. Sementara itu
Renaissance merebak di Eropa. Sekarang Eropa berkembang pesat, kekuatan ekonomi
tentara Islam berhasil diimbangi. Ancaman invasi Islam ditundukkan di
Pertempuran Lepanto tahun 1571. Sejak saat itu, tidak ada lagi usaha signifikan
dari Islam untuk menduduki Eropa. Saya akan menulis artikel terpisah mengenai
Pertempuran Lepanto. Di Eropa sendiri terjadi perubahan. Reformasi Protestan
terjadi. Mereka menyangkal keutamaan Paus dan doktrin indulgensi. Ini
menyebabkan mimpi Perang salib terkubur dan tak pernah dipikirkan lagi. (1). Istilah Perang
Salib sendiri sering dipakai untuk hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan
Timur Tengah. Contohnya Reconquista Spanyol sering disebut Perang Salib.
Inkuisisi Abad Pertengahan terhadap kaum Cathar juga disebut Perang Salib.
Perlawanan terhadap ajaran Jan Hus sekitar 1415 juga sering disebut Perang
Salib. Ada pula Perang Salib yang berhubungan dengan Timur Tengah tetapi tidak
termasuk dalam ketujuh rangkaian di atas misalnya Perang Salib Alexandria 1365,
Perang Salib Nikopolis 1396 dan Perang Salib Varna 1444.(2)
Sekarang mengapa kaum Islam jengkel bila
Perang Salib disinggung-singggung? Bukannya mereka yang menang? Sebenarnya
orang Islam bergembira akan kemenangan mereka hingga abad ke-19, saat
kolonialisme Eropa. Pada sejarawan saat itu mendengung-dengungkan Perang Salib
sebagai kolonialisme Eropa pertama. Karena kolonialisme dibenci dan menimbulkan
sakit hati, Perang Salib pun dibenci dan menimbulkan sakit hati. Yang tidak
dimengerti adalah Perang Salib adalah usaha bertahan bangsa Eropa Kristen dari
ancaman orang Muslim yang merebut wilayah mereka, seperti yang dijelaskan di
atas. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan kolonialisme.(5) Juga tidak
perlu terburu-buru meminta maaf kepada orang Islam mengenai Perang Salib. Toh
mereka juga yang cari gara-gara duluan. Orang yang meminta maaf perlu
mengerti akan hal apa yang dia mintai maaf. Perang Salib bukanlah kesalahan
bangsa Kristen Eropa. Tidak perlu kita sekarang meminta para leluhur Kristen
Eropa dikutuk. Perang Salib adalah bagian dari persaingan antara dua agama
besar yaitu Kristen dan Islam. Persiangan ini telah bermula sejak abad ketujuh
hingga sekarang. Perang Salib hanyalah letupan dari sesuatu yang mendidih di
bawah permukaan. Meminta maaf atas Perang Salib memang suatu langkah yang
mungkin dapat dipuji tetapi tidak akan dihargai oleh orang Islam. Lebih baik
bila fakta sejarah mengenai Perang Salib tidak dilihat dalam kerangka
benar-salah melainkan sebagai suatu fakta sejarah yang telah terjadi.(6)
Kesimpulan
Kesimpulan
Perang Salib adalah usaha bangsa Kristen
Eropa untuk membebaskan Timur Tengah dari cengkraman Islam. Para Tentara Salib
adalah orang-orang saleh yang rela menanggung derita perang demi tujuan mulia.
Meski kenyataannya Perang Salib tidak sukses besar, ini tidak bearti Tuhan
meninggalkan Gereja Katolik. Tuhan dapat membawa kebaikan dari sesuatu yang
nampaknya tidak baik. Perang Salib bukanlah kesalahan sejarah. Perang Salib
adalah peristiwa Abad Pertengahan sehingga analisis mengenainya harus
menggunakan kacamata Abad Pertengahan, bukan kacamata zaman modern. Perang
Salib memang harus terjadi. Deus Vult.
Respon Santo Siprianus Dari Kartago Terhadap Dogma EENS
Dalam Audiensi Umum tanggal 6 Juni 2007,
Paus Benediktus XVI berbicara mengenai seorang Bapa Gereja dari abad ke-3
yang terkenal akan kesetiaannya pada Gereja Katolik. Bapa Gereja itu adalah
Santo Siprianus dari Kartago. St. Siprianus lahir di Kartago disebuah keluarga
yang kaya namun beraliran Paganisme. Dia menjadi seorang Katolik ketika dia
menginjak umur 35 tahun. Ia adalah Uskup Afrika pertama yang mendapatkan mati
demi imannya kepada Kristus dan Gereja Katolik.
Disini Katolisitas Indonesia akan
menampilkan beberapa kutipan dari Santo Siprianus terutama yang berbicara
mengenai dogma "Extra Ecclesiam Nulla Salus" yang dinyatakan oleh
Paus Benediktus XVI. Kalimat ini memang sudah dikenal sejak lama dan Santo
Siprianus-lah yang pertama kali mengucapkannya namun masih secara eksplisit.
Sungguh, Gereja Katolik adalah subyek pembicaraan yang paling St. Siprianus sukai. Ia selalu membedakan bahwa Gereja Katolik itu ada yang tampak (hierarkis) dan ada juga yang tidak tampak (mistik). Tetapi ia menegaskan bahwa hanya ada satu Gereja, yaitu Gereja yang didirikan diatas Santo Petrus.
Dia tidak kenal lelah untuk memberitahukan semua orang bahwa “Orang yang memisahkan diri dari Tahkta Santo Petrus, yang di atasnya Gereja telah dibangun, apakah dia masih berpikir bahwa dia masih didalam Gereja? ” [On the unity of the Catholic Church],4).Siprianus sangat tahu bahwa “di luar Gereja tidak ada keselamatan” dan mengungkapkannya dengan tegas.(Epistles 4, 4 and 73, 21). Dan Ia juga tahu bahwa“tak seorang pun dapat mempunyai Allah sebagai Bapa kalau tidak mempunyai Gereja sebagai Ibu”. (De unit., 6). Karakteristik yang tidak terpisahkan dari Gereja adalah kesatuan yang dilambangkan oleh Jubah Kristus yang tidak berjahit. (ibid., 7). Siprianus berkata bahwa kesatuan itu didirikan diatas Santo Petrus dan disempurnakan dalamperayaanEkaristi. (Epistle 63, 13).Dia tidak kenal lelah untuk memberitahukan semua orang bahwa “Orang yang memisahkan diri dari Tahkta Santo Petrus, yang di atasnya Gereja telah dibangun, apakah dia masih berpikir bahwa dia masih didalam Gereja? ” [On the unity of the Catholic Church],4).“Allah itu adalah satu, dan Kristus itu satu dan iman juga adalah satu. (De unit., 23).